Raja menekankan laju motornya begitu melihat banyak orang yang berkumpul di jalan menuju pasar tradisional di kota. Dia berpikir ada kecelakaan, tapi tak memiliki niat untuk berhenti guna melihat korbannya.
Dia terus mengendarai motor dengan kecepatan lambat karna di dengan sesekali matanya melirik sang korban. Sesekali motornya berhenti ulah pengendara di depannya yang berhenti di tengah jalan guna melihat lebih lama keramaian itu.
"Sial." Raja tak bisa menahan emosinya. Dia harus segera sampai ke rumah kepala sekolah yang jaraknya tak jauh dari pasar, tapi karna masalah ini membuat perjalanannya semakin lama.
Dia ingin mendahului pengendara mobil ini, tapi dia tak ingin mengambil risiko. Raja melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan menghela nafas kasar. Lalu dia kembali menoleh pada tempat yang masih ramai oleh orang.
"Vania?" Raja seolah terkena serangan jantung ketika melihat sosok wanita yang sedang menyentuh kepalanya. "Ngga mungkin, gue pasti salah lihat."
Raja kembali memastikan dan tak ada perubahan. Tanpa membuang waktu lagi, dengan cepat Raja membelokkan motornya tanpa rasa takut dan buru-buru menerobos kerumunan.
Pria itu meringis melihat beberapa luka lecet ada di lutut dan tangan Vania. Kemudian mengalihkan pandangan pada korban lainnya.
"Saya baru saja di rampok dan dia adalah perampoknya."
"Jangan asal menuduh Mbak, oh saya tahu, Mbak ngga mau tanggung jawabkan?" Pria yang duduk di jalan dengan kondisinya lebih parah dari Vania, kepalanya terluka, menatap Vania menantang. "Ngaku aja Mbak!"
"Demi tuhan saya ngga bohong." Vania terus membela diri di saat semua mata masih tertuju padanya. Orang-orang yang berkerumun memihak pria yang mencoba merampas tasnya, tapi semua usaha orang itu berakhir sia-sia karna kejadian ini.
"Jangan membawa tuhan Mbak, saya juga ngga mau tahu, Mbak harus tanggung jawab."
"Saya akan bertanggung jawab, kalau Anda mengakui semuanya."
"Kenapa saya harus mengakui sesuatu yang tak pernah saya lakukan?"
Vania menatap pria itu penuh emosi, dia tak pernah membayangkan kejadian ini akan terjadi. Padahal tadi Vania hanya ingin ke pasar untuk membeli keperluan dapur, tapi belum sampai di tempat tujuan dia sudah mendapatkan musibah ini.
"Saya saksi mata," ucap Raja tiba-tiba setelah diam untuk mendengar masalahnya. Ada yang membela Vania, tapi lebih banyak yang mengatakan kalau wanita itu berbohong agar tidak bertanggung jawab. "Bukan hanya saya, tapi ada beberapa orang lainnya. Hmm.. kalau Anda mau kita bisa membuat semuanya jelas."
Raja mengabaikan tatapan di berikan Vania dengan terus menatap pria yang menatapnya penuh haru.
"Iya Pak, saya mau. Kepala saya juga mau pecak karna Mbak ini ngga mau bertanggung jawab," ucapnya yakin.
Raja mengangguk dan mengalihkan pandangan pada orang-orang yang masih berkerumun membuat jalanan macet. "Dia sepakat ingin menempuh jalur hukum, jadi kalian semua bisa bubar."
"Tapi Mas-"
"Jangan bicara," potong Raja cepat sambil menunggu satu-persatu orang di sekitarnya pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati (SELESAI)
Chick-LitVania, janda beranak satu yang memilih meninggalkan suaminya dari pada harus di madu karna kata orang kalau dia wanita mandul. Kini dia hidup dengan bahagia bersama putranya tanpa adanya banyang-banyang masa lalu jauh dari ibu kota Jakarta. Mencari...