"Ja, pinjam mobil lo dong." Kata Rio begitu Raja duduk di kursi makan. "Gue mau beli sesuatu di Ibu Kota."
"Setidaknya biarin gue napas dulu baru ngomong." Raja sedikit melempar kunci di atas meja makan tepat di depan Rio. "Jangan lama-lama soalnya gue mau keluar juga."
"Kalau gitu kita bareng aja, gue belum hafal jalanan sini jadi dari pada... oke, gue ngga akan lama." Rio tersenyum masam lalu memakan rotinya.
Sementara Raja menggelengkan kepala, lalu mengambil roti dan selai coklat. Sarapannya hari ini hanya dua itu karna asisten rumah tangga yang biasa di datang setiap pagi dan pulang ketika sore meminta izin dengan alasan keluarga.
Sebenarnya Raja tidak terlalu menyukai makanan manis, tapi dari pada mati kelaparan lebih baik dia memakan apa yang ada.
"Ngomong-ngomong lo mau ke mana Ja? Eh, hari ini kenapa lo ngga ngajar?" tanya Rio setelah meminum susu coklatnya. Dia menatap Raja dan menunggu pria itu untuk bicara.
"Ada urusan dari sekolah, hari ini gue ngga ada jam kelas gue." Raja hanya memakan satu roti saja. Meski belum kenyang tapi itu lebih baik dari pada tidak mengisi perutnya.
Sementara Rio hanya mengangguk tanpa memiliki niat untuk bicara lagi. Dia mengambil satu roti lagi dan mencampurkannya dengan selai kacang.
"Dari dulu lo ngga berubah ya, Ja." Rio tertawa kecil begitu mendapatkan tatapan tidak mengerti dari Raja. "Masih pemilih soal makanan."
"Ngga, gue ngga gitu ke semua makanan. Gue hanya tidak terlalu suka dengan yang manis."
"Perasaan enggak deh, gue masih ingat dulu itu lo rela ngga makan satu hari saking ngga sukanya." Cerita Rio membuat Raja memutar bola matanya malas.
"Itu dulu," ucap Raja. "Sekarang gue udah ngga gitu."
"Ngga ke bayang sih Ja, kalau kebiasaan itu masih ada sampai sekarang bahkan sampai lo bawa ke dalam pernikahan lo nanti, itu pun kalau elo menikah ya." Rio lalu tertawa yang membuat Raja jengkel setengah mati. "Nanti istri lo akan bilang-"
"Urus aja pernikahan lo yang benar, nah setelah itu baru lo urus hidup gue." Ucap Raja berhasil membuat ekspresi Rio berubah keruh. "Tiga jam aja, setelah itu lo pulangi mobil gue dengan selamat."
Setelah mengatakan itu Raja berdiri dan melangkah meninggalkan meja makan. Dia keluar dari rumah menuju samping untuk mengambil motornya.
Raja sengaja pergi untuk menghalangi terjadinya keributan. Dia mencari makan di luar dari pada duduk di depan Rio yang membuatnya emosi.
Sudah dia bilang kan kalau dunianya tidak akan baik-baik saja setelah kedatangan Rio? Nah, ini salah satunya.
****
Anak laki-laki itu, Varo, sedang berjalan dengan tidak tenang di dalam kamarnya. Bi Nur bersama Gea juga ada di kamar, sedang melipat kain Varo, yang sama pusing melihatnya.
"Bi, mama kok belum pulang." ucap Varo lalu mendaratkan bokongnya di sebelah Gea.
"Tatata.." Gea bersuara dengan khas bayinya sambil bertepuk tangan.
"Apa Gea? Mau main ya? Nanti aja ya, soalnya Mas Varo lagi pusing." Varo mencubit pipi Gea pelan.
"Tatata.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati (SELESAI)
Chick-LitVania, janda beranak satu yang memilih meninggalkan suaminya dari pada harus di madu karna kata orang kalau dia wanita mandul. Kini dia hidup dengan bahagia bersama putranya tanpa adanya banyang-banyang masa lalu jauh dari ibu kota Jakarta. Mencari...