Sepuluh

24.3K 1.4K 18
                                    

"Berasa pasangan suka sesama jenis kalau kayak gini Ja." Ucap Rio pertama kali setelah mereka keluar dari restoran. "Memang lo ngga merasa kalau kita di lihatin dari tadi Ja?"

"Jangan terlalu percaya diri Yo, mereka punya mata. Lagian di kanan kiri kita ada banyak toko, ya kali mereka melihat kita alih-alih ke tokonya." Balas Raja dengan terus melangkah di lantai satu.

"Lo benar juga Ja." Setelahnya Rio tak mengatakan apapun lagi.

Raja mendengar gumam dari sepupunya, membuatnya melirik Rio malas lalu mendengus. "Emang siapa yang suruh lo ngekorin gue? Tadi udah gua bilang kalau kita jalan sendiri-sendiri aja."

"Sensinya dari dulu ngga berubah ya Ja?" Rio menggelengkan kepala hendak membuka pintu mobil, tapi mengurungkannya. "Gue cuma bercanda biar suasananya ngga kaku atau sekarang lo sedang memikirkan wanita tadi? Siapa namanya? Zara?"

"Gue udah bilang buat jangan mengatakan nama wanita itu lagi!" Raja menatap Rio tajam. Sebagai seorang sepupu sekaligus sahabat pria itu mengerti dengan larangannya setelah keluar dari restoran. Namun, nyatanya Rio sama tidak mengertinya kalau dia tak tertarik dengan Zara.

Selama makan di meja yang sama dengan wanita itu tadi, Raja tak mengatakan satu kata pun untuk menanggapi Zara. Dia hanya tersenyum sangat tipis untuk menanggapinya, tapi sama seperti sebelum-sebelumnya Zara terus mengajak bicara meski selalu di abaikannya.

Raja melakukan itu bukan ingin terlihat misterius lalu Zara akan semakin penasaran padanya, tapi dia ingin wanita itu sadar kalau keberadaannya tak sukai olehnya.

"Maaf." Rio masuk ke dalam pintu mengemudi dan menunggu Raja duduk di sampingnya.

Rio tentu saja tidak merasa bersalah. Dia senang karna pada akhirnya ada wanita mengejar Raja dan semoga Zara tak menyerah dengan semua itu. Diam-diam dia sudah buat rencana untuk membantu Zara untuk mendekati sepupunya.

"Jalan!"

Tanpa menoleh pria itu menuruti keinginan Raja. Mereka melalui perjalanan menuju rumah dengan kesunyian. Rio yang sudah bosan menyalakan musik di mobil dan sesekali ikut bernyanyi dengan suara ala kadarnya.

Raja sebenarnya terganggu, tapi malas untuk buka suara. Dia sibuk dengan isi kepalanya yang hanya tentang Vania, Vania dan Vania saja. Pria itu juga menyusun rencana agar mereka kembali bertemu seperti hari ini, tapi itu jelas tak mungkin ada kebetulan dua kali.

"Eh, Om kemarin hubungin gue." Rio bicara lebih dulu sambil melirik Raja sebentar. "Katanya ada alasan lain lo pindah ke sini ya? Apa itu?"

Raja menoleh dengan cepat. "Bukan urusan lo!" ucap Raja sinis, membuat Rio melirik sahabatnya tidak suka.

"Memang bukan urusan gue dan gue juga ngga penasaran!"

Pria itu tak menanggapi, dia diam dengan hati yang di liputi perasaan kesal pada sang ayah. Padahal Raja sudah meminta agar ayah, ibu dan kedua adik kembarnya untuk tidak mengatakan alasan yang sebenarnya pada siapa pun, tapi ternyata salah satu di antara mereka tak bisa menjaga rahasia.

Tiba-tiba saja Raja tersentak mengingat terakhir kali mereka, Raja dan ayahnya, bicara. Malam ini tak berakhir baik dan hal itu membuatnya curiga kalau sang ayah sengaja melakukannya agar dia segera kembali ke Jakarta.

Pilihan Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang