"Kesempatan yang bagus," ucap Rio setelah melirik mobil yang sangat di kenalnya. "Masalah ini bisa cepat di luruskan."
Setelahnya dia mengetuk pintu beberapa kali dan terdengar suara dari dalam rumah dan tidak lama pintu itu terbuka.
"Maaf, cari siapa ya?"
"Putra saya Varo, ini rumah Varo ya?"
Wanita yang usianya cukup tua itu terdiam, Bi Nur memandangi Rio dengan tak terbaca. Bohong kalau dia bilang tidak tahu siapa pria di depannya, tapi untuk membiarkannya masuk rasanya bukan waktu yang tepat.
Vania sedang bahagia dengan Varo beserta Raja di dapur dan kalau ada Rio maka suasana di sana akan berubah.
"Kenapa melamun Bi? Saya..."
"Ma, Om Raja curang!"
"Nah, itu mereka ada di dalam." Rio hendak menerobos masuk, tapi buru-buru di cegah Bi Nur yang berdiri di depan pria itu.
"Jangan sekarang Mas, mereka lagi bahagia."
Pria itu menatap Bi Nur kaget karna wanita itu ternyata mengenalnya. Rio menggeleng menolak keinginan itu dengan sedikit memaksa masuk hingga kini ada di dapur, di bawah pandangan tidak suka dari dua orang
"Om Rio!" Varo buru-buru turun dari kursi makan dan melangkah mendekati Rio. "Om benaran ke sini?"
"Iya, mana mungkin Om ingkar janji." Rio tersenyum pada Varo di bawah tatapan tidak suka dari Raja dari Vania.
"Lo-"
"Jangan sekarang, Mas." Vania juga menahan emosi menatap Raja lalu menggeleng.
"Bagaimana bisa dia ada di sini? Atau... ada sesuatu yang saya tidak tahu?" Raja pura-pura memberikan tatapan ingin tahu pada Vania yang tidak mengatakan apapun
Dia menghela nafas kasar dan kembali melihat interaksi Rio bersama Varo. Kedekatan mereka tidak seperti di buat-buat karna nyatanya memang terjadi secara alami. Dan Vania di buat cemburu oleh mereka.
Andai bisa dia ingin memisahkan mereka, tapi Vania sadar tak mungkin menghalangi kebahagiaan putranya. Setelah di pikir-pikir semalaman dia tak bisa selamanya egois, Varo berhak tahu tapi Vania tidak tahu caranya mengatakan yang sebenarnya pada sang putra.
Sementara itu Raja menahan rasa irinya melihat bagaimana Varo sangat menyayangi Rio dan begitu sebaliknya. Varo tidak sungkan untuk memberikan Rio kue dan tersenyum puas ketika Rio mengangguk.
"Kue buatan Mama rasanya memang terbaik Om," ucap Varo dengan semangat. "Om mau lagi? Masih banyak loh."
"Mau, tapi yang ini aja belum habis." Rio memakan potongan kue di tangannya dengan mengabaikan tatapan dua orang lainnya.
"Harusnya Om datang ke sini dari dulu," ucap Varo lagi. "Iya kan Ma? Oh ya, ada Om Raja. Kenalin dia temannya Mama dan Om Raja, Om Rio ini temannya Varo."
"Om udah kenal sama dia." Ucap Raja dengan menatap Rio tajam. "Kita harus bicara setelah ini."
****
"Mama!"
Winda yang baru saja menutup pintu tersentak kaget, lalu berbalik dan melihat Arinda berlari kecil mendekatinya.
"Ada apa ini? Kok kelihatannya seneng banget?" tanya Winda begitu Adinda ada di dekatnya. Dia berpura-pura tidak tahu, membuat Arinda cemberut.
"Mama gimana hasilnya? Arin udah sembuh kan? Udah boleh pergi ke luar kota kan?" tanya Arinda berurutan, membuat Winda tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati (SELESAI)
Chick-LitVania, janda beranak satu yang memilih meninggalkan suaminya dari pada harus di madu karna kata orang kalau dia wanita mandul. Kini dia hidup dengan bahagia bersama putranya tanpa adanya banyang-banyang masa lalu jauh dari ibu kota Jakarta. Mencari...