Empat Belas

22K 1.2K 16
                                    


Raja sampai di rumahnya ketika jam menunjukkan pukul sembilan malam. Dia duduk di samping Rio buru-buru mematikan sambungan teleponnya, lalu langsung menatap sepupunya.

"Lo dari mana aja Ja?" tanya Rio penasaran. Selama satu minggu tinggal di rumah ini Raja tak pernah pulang lewat dari jam tujuh malam, tapi berbeda dengan hari ini.

"Tadi Va... ada orang yang kecelakaan dan gue jadi saksi matanya." Raja membuka kancing lengan kameja dan menggulung sampai ke siku. "Bi Ani udah pulang?"

"Baru aja, dia capek nunggu lo pulang." Rio menaikkan satu alisnya melihat Raja tersenyum-senyum sambil menatap ponselnya. "Dari siapa? Zara?"

Raja buru-buru menjauhkan ponsel dari jangkauan Rio. "Bukan, gue ngga pernah suka dengan wanita itu."

"Terus dari siapa?" Rio masih berusaha untuk melihat teman chat Raja yang malah bangkit berdiri dari duduknya.

"Kalau sudah saatnya gue akan kasih tahu lo dan keluarga besar." Raja melangkah meninggalkan Rio di ruang tamu.

"Sialan, sok misterius lo!"

Raja mendengar umpatan Rio, tapi mengabaikannya dengan terus melangkah menuju kamar yang di dominasi warna abu-abu itu. Dia membaca chat dari beberapa menit lalu di kirimnya pada Vania yang masih menampilkan centeng dua.

"Mungkin dia sedang memberikan pengertian pada Varo," ucap Raja meyakinkan diri. "Gue ngga boleh terlalu mengejarnya kalau tidak dia bisa ngga nyaman."

Raja terus menyemangati dirinya sendiri sampai akhirnya memutuskan untuk mandi agar tubuhnya segar. Dia meletakkan ponsel di ranjang, lalu berjalan menuju kamar mandi. Hal yang di lakukan Raja pertama kali adalah mengecek ponselnya alih-alih menggunakan pakaian lebih dulu.

Dia lagi-lagi menghembuskan nafas kecewa. "Apa Varo sekhawatir itu dengan keadaan Vania sampai anak itu melarang Mamanya untuk buka ponsel?" tanya Raja lagi pada dirinya sendiri.

"Ah, lebih baik gue pakai pakaian dulu." Raja meninggalkan ponsel di ranjang dan melangkah menuju lemari.

Dia mengambil kaos berwarna hitam dan celana pendek yang senada, lalu mengenakannya. Raja kembali mengingat bagaimana dia memaksa agar Vania mau di antarkannya pulang dan hal itu tanpa sadar membuat Raja tersenyum sendiri.

"Gue udah gila." Raja kembali ke ranjang dan berbaring di sana setelah mengambil ponselnya. "Akhirnya yang di tunggu-tunggu membalas juga."

Namun, setelah melihat nama yang tertera di layar ponsel senyum di wajar Raja hilang. Dia juga tak berniat untuk membalasnya. Raja menunggu dengan terus menatap pesan yang belum bertanda biru.

Hingga akhirnya melihat centang biru lalu dengan buru-buru dia keluar dari aplikasi. Raja menunggu hingga beberapa menit baru membuka pesannya.

Raja : Hai Vania, ini Raja.

Vania : Oh, oke.

Raja tak langsung membalas, dia diam beberapa menit untuk memikirkan agar mereka bisa bertukar pesan cukup lama.

Raja : Oya, gimana kesehatanmu?

Vania : Alhamdulillah, baik.

Pilihan Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang