Bab 20

26.1K 3.2K 497
                                    

BERTEMAN

----

Bullying adalah tindakan di mana satu orang atau lebih mencoba untuk menyakiti atau mengontrol orang lain dengan cara kekerasan. Salah satu alasan terjadinya bully yang paling sering di temukan adalah si pembully iri dengan targetnya. Dan Jungha adalah salah satu korban dari sekian banyak korban bullying di dunia.

Beberapa hari belakangan ini gadis itu sering menjadi bulan-bulanan para siswi yang mengaku bahwa mereka adalah fans Taeyong dengan Minju yang menjadi leader-nya. Apalagi alasan mereka selain iri terhadap gadis itu? Iri karena Taeyong dekat dengan Jungha, iri karena Taeyong menggendong Jungha.

Alasan klasik sebenarnya, cuma karena lelaki, para gadis itu tak berfikir kedepan apa akibat dari perbuatan yang di lakukannya. Ingat! Apa yang kau tanam, itu yang akan kau tuai.

“Kembalikan buku Jungha!” bentak Yoon Ara berusaha merebut buku Jungha dari tangan Jo Hyunsoo.

Jungha sendiri sedari tadi hanya bisa terdiam di depan pintu kelas. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menatap buku tugasnya yang sampulnya sudah rusak. Bahkan bukunya sudah tak terbentuk karena perempuan yang tengah tertawa kejam itu sudah mengguntingnya.

Teman-teman lakinya tidak ada yang tahu Jungha menjadi bulan-bulanan seperti ini. Jungha, Ara, dan Hina tidak pernah memberi tahu pada mereka. Karena Jina selalu membawanya ke tempat sepi. Namun, sekarang gadis itu nampaknya benar-benar sudah jengah, sampai berani membully Jungha di tengah keramaian seperti ini.

Buku itu, tugas yang ia kerjakan sampai tengah malam, ludes di hadapannya. Bahkan tugas itu belum sempat di nilai. Dan sekarang, buku itu hancur menjadi lembaran tak karuan dan jatuh berhamburan di lantai.

Hyunsoo tersenyum ke arah Jina yang sedang melipat tangannya di depan dada. Lalu membuang gunting dan menatap Jungha sambil tersenyum meremehkan.

“Jangan main-main dengan kami, Jungha.” ucap Hyunsoo.

Jungha masih terdiam, padahal dia marah. Tubuhnya kaku, matanya memanas.

Gadis itu melongos ke samping saat mendengar cibiran dari orang-orang di sekelilingnya. Ingin sekali dia menumpahkan air matanya sekarang. Namun, sekali lagi, memperlihatkan kelemahan malah membuat kita semakin ditindas.

Dari tempatnya berdiri—di koridor lantai dua, Jungha dapat melihat Taeyong yang sedang bersandar di bawah pohon menatap ke arahnya. Lelaki itu hanya terdiam. Entah apa yang ada dipikirannya kini.

Jungha memalingkan wajahnya ke depan dan mendapati Jina sudah berdiri di hadapannya. “Kau tahu, ini belum seberapa. Maka dari itu, jauhin Taeyong dan kau akan aman.” Jina menatap Jungha remeh. Lalu tersenyum miring dan berjalan pergi. Tak lupa dengan songongnya gadis itu menubruk bahu Jungha.

Dan yang bisa Jungha lakukan hanyalah menghela napas kasar.

Ting!

Han Taeyong
| Rooftop.
10.45

Jauhin Taeyong dan kau akan aman.

Hei, siapa gadis itu? Berani sekali dia menyuruh Jungha untuk menjauhi Taeyong. Taeyong temannya dan dia teman Taeyong, mereka teman. Lagi pula, Jungha juga tidak bisa jika harus jauh-jauh dengan lelaki itu sementara dirinya sendiri dalam bahaya.

Huh!

⸙⸙⸙

Jungha menoleh ke arah Taeyong yang masih terdiam, hanyut dalam pikirannya. Sudah hampir lima belas menit mereka di sini, namun sampai saat ini lelaki itu belum mengeluarkan barang sepatah katapun.

Kesal, Jungha mendecak.
“Ya! Untuk apa kau membawaku ke sini?”

Sudah kesekian kali pertanyaan itu keluar dari mulut Jungha. Namun, sama seperti sebelumnya, lelaki itu masih saja terdiam seakan menganggap Jungha tak ada.

“Maaf.”

Jungha mengernyit mendengar kata itu keluar dari mulut lelaki di sampingnya. “Untuk?”

Taeyong tak langsung menjawab, lelaki itu menoleh ke arah Jungha dan menatap tepat di manik gadis itu. “Kau dirundung karena aku, kan?”

Jungha terkekeh, paham ke mana lelaki itu membawa obrolan ini. Gadis itu sama sekali tak menyalahkan Taeyong dan berharap lelaki itu meminta maaf dengannya. Tidak. Jungha rasa ini hanya salah paham. Kedekatannya dengan Taeyong selama ini di salah artikan oleh penggemar fanatik lelaki itu.

“Tidak masalah. Itulah akibatnya karena berteman dengan lelaki yang mempunyai banyak penggemar,” ucap Jungha diakhiri kekehan garingnya.

Taeyong tersenyum. Untuk kedua kalinya gadis itu melihat Taeyong tersenyum. Senyum yang menyiratkan ketenangan dan kehangatan. Jungha ingin melihat lelaki itu tersenyum setiap saat. Melihat senyum itu membuat jiwanya tenang. Dan, lelaki itu bertambah tampan.

“Tak perlu memujiku seperti itu. Aku tahu, aku sangat tampan.”

Oke, Stop!

Jungha menolehkan pandangannya ke sembarang arah. Malu. Gadis itu melupakan fakta bahwa Taeyong memiliki kemampuan mendengar pikiran orang lain. Ah, malunyaa.

“Taeyong.”

“Hm?”

“Kamu kalau lagi salah tingkah gimana, ya?”

Taeyong mengernyit. Pertanyaan macam apa ini? “Maksudmu?”

Jungha mengangkat bahunya. “Aku sudah melihatmu senyum dan marah. Selanjutnya, aku ingin melihat ekspresi lain dari wajahmu. Kalau kau salah tingkah, apa akan seimut diriku?”

Taeyong terdiam, sama sekali tak merespon ucapan Jungha. “Aish, sudahlah lupakan saja!” Jungha mengibaskan tangannya di udara. Taeyong yang melihat itu hanya tersenyum kecil kemudian terdiam.

“Taeyong …”

Taeyong menoleh.

“Kau mau, kan, jadi temanku?”

.

.

.

TBC

28/10/19

28/10/19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[END] MR. VAMPIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang