SIAPA KALIAN
----------
“Aww,” ringis Jungha saat dirinya merasa perih di bagian lengan. Alarm di sampingnya terus berbunyi. Namun, seluruh tubuhnya seakan mati rasa. Pusing, kepalanya berputar. Bulir keringat mulai muncul dari pelipisnya.
“Bibi,” panggil gadis itu. Tak lama setelahnya, pintu kamarnya terbuka hingga menampilkan sosok cantik dengan rambut yang dicepol asal.
“Ada apa, sayang?” tanya Sandara khawatir. Diliriknya alarm berwarna hijau yang berbunyi sebelum akhirnya dimatikan.
Rasa panas begitu terasa saat tangan Sandara menyentuh dahi Jungha. Dahinya mengernyit. “Kau demam?”
“Aku hanya merasa sedikit pusing, Bi,” bisik Jungha.
“Ya ampun. Kau istirahatlah dulu! Bibi akan membuatkanmu sarapan,” ucap Sandara, “kamu hari ini absen dulu, ya. Bibi akan mengabarkan Wali Kelasmu.”
Jungha memejamkan matanya lalu mengangguk. Bunyi pintu tertutup menandakan Sandara telah pergi. Gadis itu menghela napas, kenapa demamnya ini tiba-tiba? Pusing, pusing sekali. Belum lagi rasa nyeri di lengannya yang entah karena apa.
Jungha membuka matanya, digulungnya piyama putih itu sampai menampilkan lengannya yang putih. Jungha mengernyit, tidak ada luka di sana. Lalu rasa nyeri itu datang karena apa?
“Jungha.” Suara itu membuat Jungha menoleh. Sandara masuk dengan nampan berisi makanan di tangannya.
“Ini, sayang,” ucapnya sambil menaruh nampan itu di atas nakas. Lalu wanita itu membantu Jungha untuk duduk dengan bersandar pada bantal miliknya.
“Dimakan ya. Habis itu minum obatnya. Bibi ingin bersiap-siap berangkat kerja. Maaf, ya, Bibi tidak bisa menemanimu.”
Jungha tersenyum. “Tidak masalah, Bi. Terima kasih buburnya,” ucapnya sambil memeluk wanita itu.
“Iya, sayang.”
Jungha tersenyum seiring dengan Sandara yang melangkah pergi. Gadis itu menghela napas, lalu mengambil sarapan yang tadi ditaruh di atas nakas. Dilihatnya bubur dan segelas susu dengan malas. Ah, rasanya tidak ada selera makan.
Gadis itu mengambil sendok lalu mulai memasukkan bubur itu ke dalam mulutnya. Pahit.
Hendak menyuap kembali, tetapi getaran ponsel miliknya mampu mengintrupsinya. Diraihnya benda pipih itu, lalu memasukkan kata sandi dan membuka aplikasi chatnya.
Yoon Ara
| Junghaaa
| Kau sakit?
08.15Iya, hanya sedikit demam |
08.15
Read| Astaga, Jungha
| Pulang sekolah aku akan ke rumahmu
08.15Iya, Ara |
Apa kelas sedang tidak belajar? |
08.16
Read| Belajar
| Bu Dara sedang keluar
08.16Ohh |
08.16
Read| Jungha, kau sakit sungguhan, kan?
08.17Iya |
Bibi Sandara sudah mengabari Bu Linzy, kan? |
08.17
Read| Iya sudah
| Tapi, kenapa kalian bisa sakit bersamaan, ya?
08.17Maksud kamu? |
08.17
Read| Taeyong juga tidak masuk sekolah
| Jangan-jangan kalian 😂
08.18Aish, menyebalkan |
Sudahlah aku ingin melanjutkan makanku |
Bye |
08.18
ReadKesal, Jungha lalu membuang ponselnya sembarangan ke kasur lalu kembali melahap bubur yang sudah dingin. Taeyong nggak masuk? Kenapa? Apa dia sakit? Hah, tidak mungkin. Taeyong, kan vampir.
Ah sialan! Karena Ara dirinya kembali memikirkan lelaki monster itu. Sudah cukup! Jungha malas harus berurusan dengannya. Apapun itu, dia harus bisa menjaga jarak dengan Taeyong.
Brukk ...
Jungha mengernyit saat mendengar suara yang cukup memekakan telinga dari balkonnya. Menoleh, gadis itu melihat bayangan lewat tirainya yang masih tertutup. Dengan berani, Jungha turun dari ranjangnya lalu membuka pintu dengan hati-hati.
Panik, dia menemukan dua orang laki-laki yang mengenakan baju tebal dengan masker dan topi yang menghalangi wajahnya.
“Siapa kalian?”
⸙⸙⸙
Gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali agar terbiasa dengan lampu yang menyilaukan mata. Ditatapnya langit-langit kamar yang asing baginya. Tidak, ini bukan kamarnya.
Gadis itu terkesiap, lalu berusaha untuk duduk. Ditatapnya sekeliling ruangan yang begitu mewah. Ralat, sangat mewah. Baginya ruang kamar ini sangat besar, belum lagi barang-barang yang tertata rapi di tempatnya.
Tunggu, dia ada di mana? Gadis itu, Jungha, kembali memejamkan matanya. Mencoba mengingat kejadian tadi. Ah, dapat! Mengerjap, dirinya kalut sesaat setelah teringat kejadian di mana dua orang pria tiba-tiba berada di balkon kamarnya.
Oh, Tuhan, apa sekarang dia menjadi korban penculikan?
Jungha bangkit, lalu berjalan keluar kamar. Astaga, rumah ini benar-benar mengesankan! Siapakah yang tinggal di rumah sebesar ini? Ah, gadis itu tidak habis pikir.
“Huh, di mana pintu keluarnya?” bisiknya sambil menyapu pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Hm memalukan, dirinya tersesat di rumah sebesar ini.
Jungha kembali berjalan mengelilingi seluruh ruangan dan menuruni tangga yang melingkar. Berjalan melewati jalan setapak yang membawanya ke sebuah ruangan yang bisa dikatakan adalah ruang tamu.
Terkejut, Jungha melangkah mundur karena melihat seseorang tengah tertidur di sofa. Pikiran normalnya mengatakan kalau lelaki itulah yang menculiknya. Gadis itu kembali menyapu pandangannya mencari jalan keluar. Oh, dia baru sadar, penerangan di rumah ini sangatlah minim. Belum lagi cahaya matahari yang nampaknya tidak terlihat di sini.
“Sudah bangun, Nona?”
----------
To be continued
a/n Mulmed, Jungha.
21/6/19

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] MR. VAMPIRE
VampireCOMPLETED : Underworld Series I Lee Taeyong. Lelaki pendiam dengan sorot mata tajam mematikan. Lelaki yang sekalinya berbicara menyakitkan, namun sayangnya dia berwajah tampan. Bibir dan tubuh tegapnya yang terlihat pucat, entah mengapa begitu mengg...