Bab 16

32.5K 3.7K 578
                                    

BERULAH

---

Pukul dua pagi, tiba-tiba Jungha terbangun dari tidurnya saat dia merasakan sesuatu menekan-nekan dadanya, membuat saluran pernapasannya terasa sesak. Hendak memanggil Sandara, namun, seketika dia teringat bahwa wanita itu tengah ada urusan bisnis di Seoul.

Jungha bangkit lalu menyalakan lampu di samping nakas. Ia mulai mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamar. Namun nihil, gadis itu tidak mendapatkan apa-apa selain jendela kamarnya yang terbuka lalu tertutup.

Kretek,

Panik, gadis itu langsung menyibak selimutnya lalu turun dari kasur miliknya. Jungha kembali mengedarkan pandangannya sambil berjaga-jaga. Sampai sebuah geraman seseorang yang cukup memekakan telinga mengintrupsinya.

Sedetik kemudian, perut gadis itu terasa begitu panas, dadanya berkedut nyeri. Jungha melangkah mundur, salah satu tangannya memegang dadanya dan yang satu lagi meraba-raba apa pun yang ada di dekatnya untuk membantunya berdiri.

Sakit. Kepalanya mulai berkunang-kunang.

Tak sengaja, gadis itu menyenggol vas bunga yang berada di atas nakas hingga pecah berkeping-keping. Tatapannya memburam lalu lama-lama menggelap. Kakinya mulai melemah, lalu tanpa aba-aba, gadis itu terjengkang ke belakang tepat di pecahan vas bunga tadi. Sakit, tetapi rasa sakit itu tidak sebanding dengan rasa mual juga perih di perutnya.

Sebelum dia benar-benar menutup mata, sekelebat bayangan muncul di hadapannya. Gadis itu memincingkan mata supaya tatapannya jelas. Namun terlambat, karena kegelapan langsung menguasainya.

⸙⸙⸙

Taeyong baru saja menempelkan bokongnya pada kursi berwarna cokelat susu yang menghadap langsung ke arah jendela kaca besar —yang memperlihatkan deretan pepohonan malam hari, sebelum akhirnya Jaehyun dengan biadabnya masuk ke kamar lelaki itu dengan tatapan nyalang juga emosi yang tertahan.

Taeyong menatapnya lamat dengan tatapan bertanya. Dirinya mendecak kesal saat berhasil mendengar pikiran lelaki tersebut. Tanpa babibu lagi, Taeyong langsung melesat pergi meninggalkan Jaehyun yang masih terdiam di tempat —berkutat dengan potongan kejadian-kejadian yang terlintas di otaknya.

Di sisi lain, Taeyong berlari sambil sesekali melompat dari gedung satu ke gedung lain. Mata elang yang menyala tajam, juga tangan yang terkepal kuat, menandakan emosi lelaki itu sudah diambang batas. Berkali-kali tubuhnya tergores sesuatu hingga mengeluarkan cairan kental berwarna kecoklatan, tetapi hal itu nampaknya tak diindahkannya. Yang ada di otaknya hanya satu, Jungha. Ya, hanya Jungha.

Lelaki itu menghentikan langkahnya tepat di sebuah pekarangan rumah yang begitu sederhana. Menyapu pandang, tatapan Taeyong terhenti pada jendela lantai dua yang terbuka. Jendela yang biasa menjadi akses dirinya untuk keluar masuk rumah tersebut.

Tanpa berpikir panjang, Taeyong langsung melangkah dan melompat masuk lewat jendela. Tepat di dalam sana, Taeyong melihat siluet pria dengan jubah hitam tengah menatap seorang gadis yang tengah tertidur di tempatnya. Satu tangan pria itu memegang sebuah belati. Dengan cepat, Taeyong berlari sambil membawa sosok tersebut keluar dari kamar Jungha sebelum gadisnya itu terluka.

Taeyong menghempaskan pria itu bagai kapas. Taring kini sudah muncul di deretan gigi putihnya. Tatapan nyalang yang penuh kebencian juga tak luntur dari matanya.

[END] MR. VAMPIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang