Sore ini Namjoon memiliki janji temu dengan seorang calon investor yang berencana bekerja sama dengannya.
Sebenarnya ini hanya pertemuan santai tanpa ada kesan formal, bahkan baik Namjoon maupun calon partner bisnisnya itu sama-sama datang ke restoran bersama masing-masing keluarganya.
Ya, Namjoon mengajak Rohee dan Jeongyeon.
Bahkan, sejak tadi Rohee sedang asik bermain bersama anak dari kolega Namjoon. Sedangkan Jeongyeon megawasinya bersama istri dari kolega Namjoon tersebut.
"Pah, si Kakak lesnya udah selesai.".suara intrupsi dari istri kolega Namjoon membuat perbincangan mereka harus selesai.
"Pak Namjoon, saya duluan ya." pamit kolega Namjoon tersebut "Si Sulung udah selesai les, saya harus jemput."
Namjoon mengangguk sembari bersalaman dengan koleganya, "Ayo mah, si kakak nanti nungguin."
"Mari Jeng, saya duluan." pamit istri dari kolega Namjoon kepada Jeongyeon, sedangkan Jeongyeon hanya tersenyum saja.
"Papaah," panggil Rohee yang sedari-tadi asik bermain di area bermain anak yang disediakan restoran tersebut "aku mau es krim."
Namjoon langsung mengangkat Rohee kedalam gendongannya.
"Let's go!," ajak Namjoon sembari berjalan keluar restoran diikuti Jeongyeon di sampingnya.
Dan akhirnya, keduanya-pun berjalan berbarengan menuju sebuah kedai es krim yang biasa mereka beli, dengan Rohee yang berada di gendongan Namjoon.
💸
"Tunggu sebentar lagi sayang, sampe aku berhasil kuasain salah satu anak perusahaan si Namjoon. Nanti Jeongyeon aku buang, dan kita hidup kaya raya."
Sepasang manusia yang sedang asik mengobrol, atau lebih tepatnya membicarakan orang lain.
"Si Jeongyeon itu anaknya gampangan, jadi kamu tenang aja sayang."
Namjoon menoleh kepada Jeongyeon yang kini tatapannya sudah berubah menjadi lebih dingin, walaupun Namjoon dapat melihat ada gurat kekecewaan dari tatapan Jeongyeon.
"Tapi awas kalo kamu beneran suka sama si Jeongyeon," suara wanita yang berada di depan Namjoon dan Jeongyeon kembali berbicara.
"Gak akan lah, apa sih lebihnya Jeongyeon dibaning kamu? Gak ada."
Namjoon menarik nafasnya dalam-dalam, seandainya tidak ada Rohee di dekat mereka. Sudah dapat dipastikan bahwa sepasang manusia yang sedari-tadi membicarakan mereka sudah babak belur di tangan Namjoon.
Tetapi, dikarenakan ada Rohee. Namjoon hanya berusaha mengatur emosinya, menggendong Rohee dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya merangkul Jeongyeon, berusaha menenangkan perempuan tersebut.
Lelaki yang berada di depan mereka adalah kekasih Jeongyeon. Lelaki yang selama ini membuat Namjoon diam menahan semuanya sendiri.
Jika saja tak ada lelaki lain di hati Jeongyeon, sudah sejak dulu Namjoon menikahi Jeongyeon.
Tetapi, karena ada lelaki idaman lain di hati Jeongyeon. Namjoon lebih memilih diam, memendamnya sendiri, menanti waktu yang tepat.
Dan ini adalah waktu yang tepat.
Seharusnya sejak dahulu saja mereka mengetahui maksud busuk dari pria yang mendekati Jeongyeon tersebut. Agar dari dulu Namjoon hidup bahagian dengan keluarga kecilnya.
💸
"Gak usah dipikirin," kata Namjoon memecah keheningan saat keduanya sama-sama berada di dalam mobil.
Rohee sudah terlelap tidur di jok belakang, sedangkan Namjoon fokus menyetir dengan Jeongyeon duduk di sebelahnya.
"Maaf," gumam Jeongyeon yang hanya bisa menunduk.
"Kamu gak salah apa-apa," jelas Namjoon "dianya aja yang emang punya niat licik.
"Kita harusnya bersyukur, karena fakta itu terbongkar dengan sendirinya." lanjut Namjoon santai, dengan tangan kirinya yang mengelu-elus pucuk kepala Jeongyeon.
Jeongyeon hanya bisa terdiam, ia benar-benar merasa tak enak pada Namjoon.
Namjoon sudah banyak membantunya, tetapi apa yang Jeongyeon balas? Tak ada. Ia bahkan hampir membuat Namjoon kehilangan perusahaan jika saja masih terus dekat dengan lelaki yang ia suka itu.
Namjoon memarkirkan mobilnya pada basement apartemen Jeongyeon. Dan setelah itu, segera keluar menuju jok belakang untuk menggendong Rohee.
Suasana hening menyelimuti keduanya saat berada di dalam lift, Namjoon yang menggendong Rohee, sedangkan Jeongyeon hanya diam menunduk di belakang Namjoon.
💸
Jeongyeon duduk terdiam di meja makan, kepalanya masih terus merunduk menatap kebawah. Dan entah mengapa air matanya jatuh secara tiba-tiba.
Sebenarnya, tak ada rasa kecewa ataupun patah hati yang Jeongyeon rasakan.
Rasa malu dan tak enak hati kepada Namjoon, justru yang mendominasi. Dibandingkan patah hatinya karena diselingkuhi.
"Ssstt.. Kenapa malah nangis," kata Namjoon yang baru saja keluar dari kamar Rohee "air mata kamu terlalu berharga buat menangisi laki-laki kaya gitu."
Tangis Jeongyeon justru semakin pecah, ia menangis bukan karena lelaki itu. Ia menangis karena perlakuan Namjoon yang terlalu baik kepadanya.
Namjoon menarik Jeongyeon dalam pelukannya, menenangkannya agar menjadi sedikit lebih baik.
"Untuk terakhir kalinya aku meminta," gumam Namjoon sembari memeluk Jeongyeon dengan erat "beri aku kesempatan buat jaga kamu, jaga Rohee, jaga keluarga kecil aku."
Jeongyeon semakin menangis, suaranya sedikit tertahan karena kini wajahnya berada di dada Namjoon.
"Aku mohon," gumam Namjoon membuat Jeongyeon mendongakan wajahnya menatap Namjoon yang merunduk kepadanya.
"Ma..ma..maaf," gumam Jeongyeon disela-sela tangisnya "maaf ka..rena selhmmmph"
Perkataan Jeongyeon langsung terhenti karena kali ini Namjoon membungkam dengan bibirnya, memberikan sedikit lumatan membuat mata Jeongyeon langsung membulat karena terkejut, walau pada akhirnya gadis tersebut memejamkan katanya, ikut terbawa suasana.
Namjoon semakin mengeratkan pelukannya pada Jeongyeon agar lebih mendekat, lelaki tersebut benar-benar mendominasi Jeongyeon dengan hati-hati. Sedangkan Jeongyeon hanya memejamkan matanya saja, memeluk Namjoon dengan erat karena tubuhnya terasa lemas.
"PAPAAH JANGAN MAKAN MAMAAAAH!!" teriakan Rohee langsung merusak susana ruang makan di apartemen tersebut.
TbcIni otak gue kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
KIMrich✓
Fanfiction[KIMcheees Series] Uang bukan lagi segalanya Uang terlalu biasa bagi mereka Keluarga bahagia Kekayaan yang mereka inginkan Sesungguhnya