11. sisi baik rangga

199 8 0
                                    

Rangga memandangi satu demi satu dokumen diatas mejanya ditemani oleh Anton, asistennya. Keheningan tiba-tiba terusik oleh suara notifikasi dari ponselnya.

" Kak Rangga, aku ada di kafe depan kantor kak Rangga. Bisa temuin aku sebentar gak kak? "

Rangga mengerutkan keningnya. Pasti masalah pernikahannya. Rangga tersenyum simpul saat kembali membaca pesan singkat di ponselnya itu.

" Kenapa bos? " Tanya Anton heran karna tiba-tiba bosnya bertingkah aneh. Senyum-senyum sendiri.

" Enggak " Jawab Rangga masih dengan senyum berbunga-bunga di hatinya.

" Bos yakin gak apa-apa? " Anton memastikan.

Rangga mengabaikannya lalu memakai jasnya " Aku keluar sebentar, nanti dokumen yang ku minta letakkan aja di meja ku " Suruhnya.

" Bos mau kemana? "

" Kafe depan kantor "

Dhuarrr! Anton bagai tersambar petir. Apa gerangan yang membuat bosnya begitu gembira bahkan ia pergi sendiri tanpa mengajaknya.

" Sudah lama? " Tanya Rangga sambil menarik kursi lalu mendudukinya.

" Enggak kok " Jawab Rara canggung.

" Mau pesan apa? "

" Sundae aja kak "

Rangga tersenyum mendengar apa yang di pesan Rara " Gadis ini benar-benar belum dewasa " Batinnya.

" Mbak, kopi sama sundae ya " Pesannya sambil memberikan buku menu pada pelayan restoran.

" Tau nomorku darimana? " Tanya rangga.

" Dari Vanya kak "

" Kenapa tiba-tiba menemuiku? "

" Itu.. Anu.. " Suaranya tersangkut di tenggorokan " Masalah pernikahan " Lanjutnya ragu.

" Oh.. Kenapa? "

" Kak Rangga setuju? "

" Kenapa aku harus menolak? Aku lajang. Umurku udah 29th. Yang lebih penting lagi, aku percaya pada pilihan orang tuaku. Dan sebagai anak rasanya aku tidak bisa mengecewakan mereka."

" Tapi aku gak bisa nikah sama orang yang gak aku cintai kak, jujur saja aku sudah punya pacar dan aku mencintainya. " Lirihnya.

" Cinta? Emang cinta itu apa? "

" Kata pacarku cinta itu candu, ingin memiliki, ingin bersama terus "

" Tapi menurutku cinta itu nyaman. Nyaman ketika bersama meski tak memiliki yang paling penting nyaman melihat orang yang kita cintai bahagia. "

" Terus nasibku gimana dong kak? Aku cintanya sama Rio " Rara menahan bening di matanya.

" Tak apa, kamu bisa tetap bersamanya "

Rara mendongak mendengar ucapan rangga " Ta.. Tapi.. " Suaranya tercekat.

" Jika wanita dinilai dari diamnya, bukankah pria dinilai dari ucapannya? " Ucap Rangga " Apa kau tak percaya dengan perkataanku? " Lanjutnya.

Rara hanya diam sambil memilin-milin ujung kaosnya.

" Karna kamu hanya diam, maka ku anggap setuju "

Rara kembali mendongak " Tapi itu gak adil buat kak Rangga "

" Adil itu relativ, asal kamu bisa menjaga dirimu selama pernikahan kita, aku gak masalah. Kita kan gak tau apa yang terjadi besok. Sudahlah! Jangan terlalu di fikirkan "

Rangga menatap lekat gadis didepannya " Maafkan keegoisan ku yang ingin memilikimu " Batinnya.

" Kak Rangga yakin gak apa-apa aku masih pacaran sama Rio padahal kita udah nikah? "

" Yakin 100% "

" Em.. Baiklah.. Ini perjanjian kita ya kak.. Kalo ternyata kita bener-bener gak cocok sampai aku wisuda kita harus pisah. Karna aku gak mau kehilangan Rio. "

" Oke! Abis dari sini mau kemana? "

" Balik lagi ke kampus kak "

" Mau ku antar? "

" Gak usah kak, aku bawa mobil kok. Kak Rangga balik aja ke kantor. Thanks udah meluangkan waktunya buat aku "

" Oke, Hati-hati dijalan! "

Luka Cinta RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang