Rara mengucek-ngucek matanya. Ia masih menguap tanda ia masih mengantuk dan ingin kembali tidur. Tapi ia mengurungkan niatnya karna tak enak pada Rangga. Bagaimana bisa seorang istri masih tertidur lelap sedangkan suaminya sudah sibuk sejak pagi untuk menyiapkan sarapan. Meskipun pernikahan mereka hanya sandiwara, tapi Rara merasa ada beban moral yang di tanggungnya. Paling tidak, ia bisa membantu membereskan rumah.
Rara sejenak terpaku, sosok yang biasa dilihatnya di dapur lengkap dengan celemeknya tidak berada di sana. Dapurpun masih rapi belum terjamah. Apa Rangga sudah berangkat kerja pagi-pagi sekali? Tapi sesibuk apapun, Rangga pasti membuat sarapan pagi.
Penasaran, diketuknya kamar Rangga. Tak ada jawaban! Rara kembali mengetuk sambil memanggil namanya. Tetap tak ada jawaban. Dengan hati-hati di bukanya pintu kamar itu.
Rangga masih tertidur disana. Tapi Rara merasa ada yang aneh melihat dahi Rangga yang bercucuran keringat padahal kamarnya ber-AC. Perlahan Rara mendekatinya.
" Kak.. " panggil Rara.
" Mm " Rangga tak membuka mulutnya. Hanya terdengar suara gumaman.
Perlahan Rara menempelkan tangannya pada dahi Rangga. Tuhan ! Rangga demam! Rara langsung panik. Bukannya cepat-cepat menolong Rangga, Rara justru mondar mandir karna bingung apa yang harus di lakukannya.
Ia ingin menghubungi keluarga Rangga, tapi takut di kira istri yang tak bisa mengurus suaminya. Rara masih mondar-mandir sambil menggigit-gigit kuku jempolnya.
Ia mengambil ponsel lalu menelepon ibunya. Meminta agar ibunya memanggilkan dokter pribadi keluarganya ke apartemennya. Setelah ibunya menyanggupi Rara perlahan lebih tenang. Ia kembali mendekati Rangga.
" Tunggu sebentar y kak, dokter Fahmi dan mama dalam perjalanan kesini "
Rangga perlahan membuka matanya. Rasa pusing benar-benar menyergapnya tapi lebih pusing lagi saat mendengar ibu mertuanya akan datang ke apartemennya.
" Ra.. mama mau dateng? " Tanya Rangga berusaha untuk duduk bersandar di ranjangnya.
" Iya " jawab Rara enteng.
Rangga menepuk jidatnya. " Gawat! Bagaimana kalo mama tau kita tidur terpisah begini? "
Rara ikut menepuk jidatnya. Bodohnya dia! " Gimana dong kak? " Ia mulai panik lagi.
" Ayo cepat pindahkan barang-barangmu kesini! " Rangga bergegas berdiri dan berjalan ke kamar Rara disusul oleh Rara yang berlari di belakangnya.
Rangga benar-benar mengalahkan rasa pusingnya. Berdua, mereka memindahkan barang-barang Rara ke kamar Rangga. Saat dirasa cukup, Rangga terkulai di ranjangnya. Rara membantunya naik ke atas ranjang lalu menyelimutinya.
Wajah tampan cerianya terlihat begitu pucat. Rangga sangat sibuk hingga kurang beristirahat. Tak lama kemudian, Yuli datang bersama dokter fahmi.
Dokter fahmi segera memeriksa kondisi Rangga, melihat dari gejalanya, Rangga terkena gejala typus. Dokter membuatkan resep lalu menyerahkannya pada Rara.
" Gimana keadaan kak.. eh suami saya dok? " Lagi, Rara hampir keceplosan.
" Rangga kena gejala typus, tapi kondisinya masih baik. Hanya butuh beristirahat saja. Tolong di jaga makanannya ya dan jangan terlalu capek " pesan dokter Fahmi.
" Baik dok " jawab Rara.
Dokter Fahmi lalu pamit untuk kembali ke Rumah sakit. Rara menyuruh pak Min untuk pergi ke Apotik membeli obat yang sudah di resepkan oleh dokter Fahmi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Cinta Rara
RomanceSaat Rara merasakan jatuh cinta pertama kalinya, orang tuanya menjodohkannya dengan Rangga, anak teman ayahnya..