15. Hari Yang Canggung.

181 7 0
                                    

Yuli dan bi inem sejak pagi sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk pengantin baru. Raut bahagia terlihat di wajahnya. Meski kejutan-kejutan halus mulai tampak di wajahnya namun tak menghilangkan garis-garis kecantikannya dulu saat muda. Wajah cantik Rara adalah warisan dari ibunya.

Rangga perlahan menuruni satu persatu anak tangga. Dilihatnya wanita yang kini menjadi ibu mertuanya sudah sibuk di dapur bersama bi inem. " Pagi mama, bi inem " Sapa Rangga.

" Eh.. Rangga udah bangun. Mana Rara? " Tanya Yuli.

" Rara masih tidur tante, mungkin kecapean kemarin " Jawab Rangga.

Tiba-tiba Yuli tertawa cekikikan. " Iya.. Mama paham kok " Jawab Yuli dengan senyum yang di tahan-tahan.

Rangga mengerutkan dahi melihat ekspresi ibu mertuanya itu. " Kayaknya aku salah ngomong nih. " Batinnya. " Itu ma.. Semaleman Rara gak bisa tidur " Jelasnya.

" Ha.. Ha.. Ha.. Namanya juga baru pertama, jadi grogi gitu deh.. Wajar kalo gak bisa tidur " Ucap Yuli dengan wajah berseri-seri.

" Waduh.. Salah ngomong lagi ini " Rangga memegangi dahinya yang berkerut makin banyak.

Di belakang Rangga, sosok Rara berlarian menuruni tangga sambil menggaruk-garuk kepalanya. Rambut panjangnya terlihat acak-acakan. Yuli terlihat melotot ke arah putri semata wayangnya itu.

" Ya ampun ini anak! Suaminya udah ganteng, ini istrinya malah baru bangun, rambut berantakan. Boro-boro mandi, cuci muka aja belum udah lari ke meja makan " Omel Yuli sambil bertolak pinggang.

" Rara laper, makan dulu ah baru mandi " Jawabnya enteng.

" Ish.. Jorok amat sih. Gak malu sama suaminya ya.. Mentang-mentang udah tau luar dalem tapi bukan berarti kamu gak jaga penampilan kamu di depan suami "

Rara memelototi ibunya " Ih.. Mama apa-apa n sih "

" Maaf ya Rangga, Rara emang begitu kelakuannya "

" Gak apa-apa ma.. Begitu juga udah cantik banget "

Kali ini mata Rara gantian melotot ke arah Rangga yang sejak tadi senyam-senyum melihat pertengkarannya dengan ibuknya.

" Kapan kalian mau bulan madu? " Tanya Yuli.

Rangga dan Rara saling pandang. Mereka memang sudah menikah, tapi agenda untuk bulan madu benar-benar tak ada dalam rencana mereka. Karna Yuli sudah bertanya, mau tak mau mereka harus punya jawaban.

" Habis Rara ujian semester ma " Jawab Rangga. Masalah pergi atau tidak itu urusan belakangan.

" Apa gak kelamaan? Mama pengen cepet-cepet punya cucu "

Rangga dan Rara kompak terbatuk. Tak menyangka jawaban jujur ibunya.

" Saya lagi banyak kerjaan yang belum bisa saya tinggal ma, Rara juga sibuk belajar karna sebentar lagi mau ujian jadi, nunggu ada waktu luang dulu "

" Rara.. Beruntung banget kamu punya suami kaya Rangga, sayang dan perhatian banget sama kamu.. Pokoknya mama sama papa g salah pilih Rangga jadi menantu "

Rara menganggap omongan ibunya sebagai angin lalu, ia terlihat jengkel karna Rangga dengan mudah mengambil simpati dari kedua orang tuanya. Di liriknya sosok Rangga yang tengah asyik dengan sarapannya. Pembawaannya begitu tenang dan santai tapi tak menghilangkan kharisma dirinya.

Luka Cinta RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang