Anton menghampiri Rangga untuk mengingatkan bahwa sudah waktunya pergi ke pesta perjamuan. Rasa iba benar-benar menyelimuti hati Anton. Bagaimana bisa bos nya begitu bodoh? Membiarkan gaun yang di belinya untuk menghadiri pertemuan istrinya dengan orang tua pacarnya. Terbuat dari apa sebenarnya hatinya?
Perjamuan di adakan di salah satu restoran termegah di jakarta. Rangga masih mengenakan setelan jas hitam dan celana hitam. Setelan itu sengaja ia pilih agar cocok dengan gaun Rara. Sedangkan Anton memakai setelan jas berwarna abu-abu.
Perjamuan berlangsung dengan meriah. Hanya Rangga yang sejak tadi duduk. Bahkan ia belum mengambil hidangan pembuka. Hatinya terlalu kecewa untuk saat ini. Ia mati-matian berusaha untuk menahannya.
" Mau saya ambilkan makanan bos? " Tanya Anton yang melihat bosnya hanya duduk terdiam.
" Aku gak nafsu makan " jawabnya lesu.
Anton tetap pergi mengambilkan beberapa makanan untuk bosnya. Baginya Rangga adalah bos terbaik yang dimilikinya. Usianya lebih muda 2 tahun dari Anton, tapi kesuksesannya jauh melampaui orang-orang seumurannya. Karir Rangga adalah pencapaian terbesar dalam hidupnya. Dan Anton tak berharap karir cemerlang itu akan hancur karna seorang wanita.
Pesta sudah berlangsung 1 jam. Tapi Rangga tak betah berlama-lama disana. Ia ingin cepat-cepat pulang dan membiarkan air membasahi kepalanya. Mendinginkan otaknya yang panas.
" Aku ingin pulang " kata Rangga.
Anton mengangguk. Ia tahu bosnya butuh waktu untuk menenangkan dirinya. Ia meminta Rangga untuk menunggu sejenak karna ia ingin berpamitan pada menejer bagian pemasaran.
Rangga segera berdiri saat melihat Anton berjalan bersama menejer bagian pemasaran. Menejer itu langsung menjabat tangannya.
" Maaf pak kevin, saya mau pamit dulu " ucap Rangga
" Mau kemana? Aku baru aja dateng "
Terdengar suara di belakang Rangga. Rangga mengenali suara itu. Suara wanita yang sangat di cintainya. Perlahan ia menoleh. Rara berdiri dengan anggun disana.
Rangga tersenyum. Diabaikannya menejer pemasaran dan Anton yang masih berdiri disana. Rangga menyeret sebuah kursi dan mempersilahkan Rara duduk. Ia kembali duduk dan memakan hidangan pembuka yang sejak tadi tidak di sentuhnya.
Anton dan menejer pemasaran itu masih terdiam disana. Baru saja terdengar kata-kata Rangga bahwa ia akan pamit, tapi kenyataannya ia duduk dengan tenang dikursinya. Anton segera mengantarkan menejer pemasaran kembali ke mejanya.
" Kenapa kamu disini? " Tanya Rangga.
" Ya karna aku ingin kesini "
" Pertemuanmu dengan orang tua Rio bagaimana? "
" Bisa lain waktu "
" Kenapa bisa di batalkan? Bukankah ini kesempatan yang kamu tunggu-tunggu? "
" Aku cuma merasa jadi orang yang jahat aja, kalo aku gak kesini. Gaun ini kak Rangga siapkan untuk mengajakku kesini kan? Kenapa gak bilang? "
" Karna kamu udah bilang mau ketemu sama orang tuanya Rio "
" Ya kan kak Rangga bisa bilang, kenapa diem aja. Aku bener-bener ngerasa kaya orang yang gak berperasaan sekarang"
" Kamu sebenernya kesini mau nemenin aku apa marahin aku sih? Aku ceo lho disini, aku bisa malu kalo ketahuan aku dimarahi sama istriku didepan orang banyak " candanya.
Rara memukul pundak Rangga. Sedang Rangga hanya terkekeh sambil menggodanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Cinta Rara
RomansaSaat Rara merasakan jatuh cinta pertama kalinya, orang tuanya menjodohkannya dengan Rangga, anak teman ayahnya..