26. Duo mama yang kompak.

153 7 1
                                    

" Aduh.. maaf ya besan, jadi repot gara-gara Rangga sakit. Kalo bi Santi gak bilang saya gak tau " ucap Irna merasa tidak enak karna melihat Yuli mengurusi Rangga.

" Gak apa-apa, justru saya gak enak sama besan, Rara belum bisa ngurus suaminya dengan baik. Makanya saya nginep di sini paling tidak sampai Rangga agak enakan "

" Ya udah, saya juga nginep disini dulu aja "

Rangga menekan dahinya yang pusing. Bahkan lebih pusing lagi saat mendengar obrolan duo ibunya itu. 1 aja udah bikin pusing kepala, apalagi dua-duanya disini.

Rara hanya mendengus pasrah. Enak gak enak sih duo ibunya disini, enaknya Rangga ada yang ngurusin. Gak enaknya dia terkurung sama Rangga di kamar yang sama.

" Rangga udah gak apa-apa kok ma.. kan nanti juga ada bi Santi. Kasian dong para papa yang ditinggalin. Kan Rangga udah punya istri yang jagain Rangga " ucap Rangga. Rangga berharap dengan ucapannya itu duo ibunya akan pulang.

" Gak apa-apa, nanti papa juga nginep disini " sahut Yuli.

" Kamarnya gak cukup ma " sela Rara.

" Nanti para papa biar tidur di ruang tamu aja " timpal Irna.

God! Ngusir dua orang malah yang dateng empat orang. Rangga pasrah. Rara lebih pasrah lagi. Keduanya sepakat tutup mulut. Padahal cuma sakit gejala typus, ditungguin sama keluarga besar kayak orang mau lahiran aja.

Yuli dan Irna meninggalkan kamar Rangga agar ia bisa beristirahat. Melihat Rara menghempaskan tubuhnya di sofa, Rangga paham ada hal yang tak nyaman dengannya.

" Maaf ya! " Ucap Rangga tiba-tiba.

" Maaf buat apa?" Rara mengerutkan keningnya.

" Gara-gara aku sakit, kamu jadi repot "

" Sebenernya gak repot sih kak, tapi.. aku udah 2 hari ini gak ketemu Rio. Aku kangen ". Rara menunduk sambil memainkan ujung kaosnya.

" Kamu bisa pergi kuliah. Kan mama ada disini jadi ada yang ngurus aku "

" Aku gak enak, masa kamu sakit aku pergi kuliah "

" Bilang aja kamu ada tugas "

" Serius nih gak apa-apa? "

" Iya.. udah sana mandi! "

Wajah bete Rara langsung berubah sumringah. Ia bergegas mandi dan bersiap-siap berangkat ke kampus untuk bertemu Rio. Rasa rindu yang membuncah membuat Rara sangat bersemangat. Bahkan gadis itu memakai parfum yang hampir tak pernah di pakainya.

" Aku berangkat dulu ya kak. Trima kasih " ucap Rara sambil menyentuh tangan Rangga.

Rangga mengangguk. Ia memandangi punggung gadis yang keluar dari kamarnya itu. Hangat sentuhannya masih terasa di jari-jari Rangga. Tiba-tiba ia berharap kelak tangan gadis itu menggenggamnya dan tak melepaskannya.

Luka Cinta RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang