18. Pertemuan Rangga dan Alya.

163 6 0
                                    

Rara menggandeng Alya sambil menunggu Rangga menjemputnya. Tak lama mobil sport berwarna merah berhenti di depan mereka. Rara membuka pintu depan Dan Alya duduk di kursi belakang. " Ini Alya, temanku yang tadi angkat telepon kak Rangga " Rara memperkenalkan Alya sebelum Rangga bertanya.

" Hai Alya, aku Rangga. Kakaknya Rara " Sapa Rangga.

" Alya Udah tau tentang pernikahan kita kak " Ujar Rara.

" Oh.. Kamu pasti kaget ya? Tolong jangan beritahu Rio ya! " Pinta Rangga.

Awalnya Alya begitu penasaran pada Rangga, Pria brengsek mana yang mau melakukan pernikahan sandiwara dengan sahabatnya. Tetapi saat melihat Rangga, ada rona ketulusan di matanya. Membuat Alya mengurungkan niatnya untuk memaki suami sahabatnya itu.

" Kita makan bareng Alya gak apa-apa kan? " Tanya Rara.

" Tentu dong ! " Sahut Rangga.

Rangga mengajak Rara dan Alya ke pusat perbelanjaan yang lengkap. Sebelum pergi berbelanja, mereka mampir ke salah satu restoran dan memesan menu makanan.

" Kak Rangga udah lama kenal sama Rara? " Tanya Alya yang sedari tadi diam.

" Enggak, cuma 3 kali ketemu terus lamaran "

" God! Trus kak Rangga terima gitu aja? " Alya penasaran.

" Kenapa enggak? " Jawab Rangga enteng.

" Alesannya? "

" Gak ada "

Alya menepuk jidatnya. " Kak Rangga, mana ada orang nikah gak ada alesannya? " Alya mulai kehilangan sifat jaimnya.

" Karna kalo masih ada alesannya, buat aku itu belum tulus namanya "

Mulut Alya langsung menganga mendengar jawaban Rangga. Entah jawabannya itu menyiratkan cinta gila yang mengagung-agungkan ketulusan, atau orang ini memang mati rasa. Ia terdiam tak melanjutkan lagi omongannya.

Rara hanya senyam-senyum melihat obrolan Alya dan Rangga. " Iya kan.. kata aku juga Rangga itu aneh. Masih di tanyain juga " batinnya sambil terkekeh.

Setelah selesai makan, mereka bergegas memasuki pasar swalayan untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga.

" Kalian berkelilinglah, belanja aja yang kalian butuh biar aku yang bayar " suruh Rangga.

Tak pikir panjang, Rara dan Alya mengambil troli dan melesat menyusuri area perbelanjaan.

Rangga berjalan mendekati kaca swalayan, matanya menatap sosok yang di kenalnya. Sosok itu sedang bergandengan tangan dengan mesra. Ia kembali memastikan pandangannya tidak salah. Saat ia merasa yakin, entah apa yang harus di rasakannya. Bahagia atau sedih?

Luka Cinta RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang