45. Monster Rangga

129 7 2
                                    

Rara melongok ke arah pintu apartemennya, Rangga terlihat sedang melepas sepasang sepatunya lalu meletakkannya di rak. Rara yang semula nonton tv sambil tidur-tiduran langsung merubah posisi menjadi duduk tegak. " Aku seorang lelaki " kata-kata itu masih terngiang di telinganya. Sepertinya Rara terlalu ceroboh dengan menganggap bahwa Rangga adalah seorang gay. Kenyataannya dia lelaki tulen. Untung saja Rangga adalah orang yang baik. Entah bagaimana nasibnya kalau dia melakukan nikah kontraknya dengan lelaki yang lain. Bisa habis dia!

" Sudah makan? " Tanya Rangga.

Pertanyaan yang paling sering Rangga tanyakan bila melihat Rara. Apa Rara terlihat seperti orang yang hobby makan? Kenapa saat melihatnya yang di tanyakan sudah makan atau belum? Tapi rasanya itu basa basi yang paling lumrah.

" Rara, ditanya bengong aja" umpat Rangga.

Rara langsung menggeleng. Tanda dia belum makan.

" Mau makan apa? "

" Sop iga sapi, kayaknya seger tuh "

" Oke! Tunggu ya! "

Rangga menggulung lengan bajunya dan bergegas ke dapur. Ia segera mengambil bahan-bahan di kulkas dan mengeksekusinya. Rara masih santai menonton tv. Memasak memang tugas Rangga, Rara hanya tinggal mencuci piring setelah makan.

Rangga membawa 2 mangkok sop iga sapi ke ruang keluarga. Dilihatnya Rara tertidur pulas di sofa. Rangga meletakkan sop di meja dan duduk disamping Rara yang tertidur dengan remot masih ditangannya. Rangga hanya ingin mengambil remot ditangan Rara, tapi Rara keburu terbangun dan reflek memukul kepala Rangga dengan remot yang belum sempat diambilnya.

" Aduh! " Teriak Rangga sambil memegangi kepalanya yang sakit.

" Mau ngapain? " Tanya Rara sambil mengacungkan remot itu ke muka Rangga.

" Mau ambil remot terus bangunin kamu, itu sopnya udah mateng " masih dengan tangan yang mengusap-usap kepalanya.

" Oh.. bilang dong dari tadi " ucap Rara cuek sambil mengambil sop dimeja lalu menyeruput kuahnya yang enak dan segar.

" Belum apa-apa aja udah di pukul pake remot " keluh Rangga.

" Aku harus lebih berhati-hati sekarang sama kak Rangga "

" Lho.. memang aku kenapa? "

" Karna kak Rangga laki-laki "

Rangga mengerutkan dahinya. Dua alis tebalnya sampai bertautan " dari dulu aku laki-laki kali " celetuknya.

" Iya. Tapi sekarang kak Rangga laki-laki tulen "

" Lha.. emang kemarin aku ngondek apa? "

" Enggak sih. Tapi siapa yang gak berpikir kalo kak Rangga laki setengah mateng? Laki kok hobynya masak udah gitu adem sama cewek "

" Tuhan itu menciptakan pasangan kan untuk saling melengkapi. Aku ditakdirkan pinter masak ya karna ternyata istriku gak bisa masak. Aku bukan adem sama cewek, tapi memang udah niat cuma mencintai 1 cewek yaitu istriku. Kenyataannya istriku cintanya sama cowok lain. Terus aku harus apa dong? "

Rara terdiam. Benarkah tuhan mengirim Rangga untuk melengkapi hidupnya? Ah.. Rasanya Rangga terlalu sempurna untuknya. Tapi sampai detik ini hatinya tak bisa berpaling dari Rio. Cinta pertamanya.

" Bengong lagi.. bengong lagi.. dari kemarin aku lihat kamu kebanyakan bengong deh Ra "

" Ini semua gara-gara kak Rangga. Kaka Rangga itu kaya monster yang selalu menari-nari di otakku tau! Kalo inget itu aku jadi kesel sendiri. Pengen marah pengen teriak pengen nangis, pokoknya gak karu-karuan deh rasanya. Dan aku ingetin sama kak Rangga itu yang pertama dan terakhir kalinya kak Rangga bersikap gak sopan sama aku! " Rara mengambil mangkok sopnya dan bergegas masuk kedalam kamarnya.

Rangga hanya mematung melihat ekspresi kemarahan Rara. Bahkan saat marahpun ia terlihat sangat manis. God! Turun darimana bidadari itu? Bantu aku untuk memilikinya!

Luka Cinta RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang