14. Pesta Pernikahan

187 7 0
                                    

" Saya Terima nikah dan kawinnya Tamara binti Salim dengan mas kawin tersebut dibayar tunai! " Ucap Rangga mantap.

" Bagaimana para saksi? Sah?" Tanya penghulu.

"Sah...! " Jawab para saksi serentak.

Mereka ber sama-sama mengucap syukur. Acara prosesi pernikahan berlangsung dengan khidmat dan sakral. Doa tulus mengalir dari sanak keluarga dan sahabat. Sesuai permintaan Rara bahwa pesta pernikahan akan di laksanakan setelah wisudanya nanti.

Malam tiba. Rara duduk sendirian di tepi ranjang pengantinnya. Ia menyentuh satu persatu kelopak mawar yang bertaburan di atas ranjangnya. " Alangkah indahnya jika pengantin prianya adalah Rio " Batinnya.

Pintu kamar terbuka. Rara mendapati sosok Rangga di depan nya masih dengan kemeja putihnya.

" Belum tidur? Tanya Rangga.

" Kak Rangga tidur di kamar ini juga? " Tanya Rara ragu.

" Iyalah, ini kan kamar pengantin ku " Canda Rangga.

Dan " Bukk! " Sebuah bantal mendarat di wajah tampan Rangga. Rara memandangnya dengan ekspresi kesal.

" Hei adik kecil, kenapa jadi marah? "

" Ish.. Emang kak Rangga masih punya waktu buat bercanda ya" Bibir Rara mengerucut sebal.

" Keluarga besar kita masih berkumpul di sini. Apa yang akan merekan katakan kalo kita tidur terpisah?

" Tapi.. "

" Tidur sana! Aku nanti tidur di bawah kok. Kamu kebanyakan mikir yang enggak-enggak aja "

Rangga mengambil bantal dan selimut lalu merebahkan tubuhnya di atas karpet bulu di kamar pengantin nya. Tiba-tiba Rangga berdiri lagi dan menghampiri Rara yang masih duduk di tepi ranjang.

" Apa lagi? " Dengusnya kesal.

" Cuma mau bilang, yang sabar ya..! " Ledek nya lagi. " Cuma sampe lusa kok. Abis itu kita pindah ke apartemenmu "

" Apa? Apartemen kak Rangga? Kita tinggal berdua disana? " Rara terkejut.

" Itu lebih baik buat kita, disana kamarnya ada 2 jadi kita bisa tidur pisah kamar tanpa ada yang tau. Atau.. Kamu lebih memilih kita tinggal disini biar kamu bisa tidur sekamar sama aku terus? "

Dan " Bukk" Kali kedua bantal mendarat lagi di wajah Rangga. Rangga terkekeh-kekeh.

" Itu terserah kamu, aku ikut aja!. Udah ah aku mau tidur. G enak kan dirumah mertua bangunnya kesiangan "

" Oke! Aku ikut kak Rangga di apartemen "

Dipikir-pikir benar juga kata Rangga. Kalau Rara tinggal disini akan susah buatnya untuk ketemu Rio. Apalagi tau watak ibunya yang super cemasan, bisa jadi Rangga di suruh ngikutin Rara terus.

Rara melongok sosok yang sedang tidur di karpet coklat itu memastikan kalau dia sudah tertidur dengan lelap. Biar bagaimanapun, Rangga tetaplah lelaki normal. Ia harus lebih waspada apalagi hanya di kamar berduaan dengannya. Rara bisa apa kalo ternyata setan menguasai Rangga? Toh mereka suami istri yang sah di mata agama dan hukum.

Setelah Rara yakin Rangga sudah tertidur, ia menaiki ranjangnya dan menarik selimutnya. Ia tak mau berlarut-larut dengan pikirannya, pernikahannya hari ini cukup menguras energinya.

Luka Cinta RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang