" Bisa ya kamu kayak gini ke aku! " Maki Rara.
" Aku gak punya pilihan Ra. Saat aku bilang ke orang tuaku tentang hubungan kita, mereka malah mengundang keluarga Clara untuk membicarakan acara lamaran "
" Untung aku gak jadi berangkat ke rumahmu. Coba kamu bayangin gimana malunya aku dateng ke rumah kamu, berharap jadi istri kamu, tapi kamu dan keluargamu sedang berkumpul membicarakan lamaranmu dengan orang lain "
" Aku tahu aku salah. Tapi kamu coba maklum dong Ra. Aku gak punya pilihan "
" Pilihan? Bahkan aku rela menyakiti orang-orang yang menyayangiku karna memilih bersamamu. Dan sekarang kamu bilang gak punya pilihan "
" Rara please! Kasih aku waktu! Aku bakal nyelesein semua ini "
" Sudah membicarakan lamaran, apalagi yang mau di selesein? Mending kamu cepet-cepet selesein lamaran kamu biar bisa cepet-cepet nikah sama Clara! "
" Itu baru pembicaraan lamaran Ra, acaranya juga belum terjadi. Kenapa kamu gak bisa lebih bersabar lagi sih? "
" Bersabar katamu? Apa kamu tau berapa banyak hal yang aku lewatin demi bisa bersama denganmu? "
" Akupun sama! Sama menderitanya seperti kamu. Tapi kita tetap harus menggunakan kepala dingin agar hubungan kita tetap langgeng. Itu baru acara kumpul keluarga Ra, belum acara resmi. Jangan terlalu diambil hati. Aku akan terus mengusahakan hubungan kita "
" Mengusahakan hubungan yang mana? Bahkan ada acara kumpul keluarga saja kamu tidak mengabariku. Untung Tuhan masih baik padaku. Aku di beri kesadaran sebelum aku membuat keputusan fatal denganmu "
" Jadi kamu menganggap hubungan ini sebagai kesalahan yang fatal? "
" Iya! Jika hanya hal kecil begitu aja kamu gak bisa mempertahankanku, bagaimana jika ada yang lebih besar lagi? "
" Benar kata orang tuaku! Kamu tidak akan jauh berbeda dengan ayahmu! Asal tuduh tanpa bukti. Apa kamu tau kenapa orang tuaku tidak menyetujui kita? Itu semua karna ayahmu! Ayahmu yang menuduh ayahku tanpa bukti hingga dia kehilangan semuanya. Dan sekarang di depan mataku sendiri, anaknya pun menuduhku tanpa bukti. Benar-benar kompak! "
" Baik! Kita akhiri semuanya disini. Semoga kamu bahagia dengan Clara"
Rara berlari meninggalkan Rio di taman. Sudah tidak ada jalan lagi untuknya dan Rio. Di pertahankan pun akan tetap sia-sia. Ada luka di hatinya. Orang yang dipercaya bisa membahagiakannya nyatanya malah meninggalkan luka yang dalam baginya. Ia tersakiti oleh cinta pertamanya. Cinta yang mati-matian di pertahankannya selama ini.
Rara kembali ke apartemen. Ia memilih tinggal sendiri dan menyuruh ibunya pulang. Membiarkan ibunya menemaninya hanya akan membuatnya bersedih. Jawaban apa yang akan diberikannya saat ibunya menanyakan Rangga? Bahkan kepergiannya ke jepang saja, Rara tidak tahu. Ia terlalu sibuk dengan dunia dan harapannya untuk hidup bersama Rio dan mengabaikan orang yang benar-benar menyayanginya.
Dibukanya pintu kamar Rangga. Sosok yang biasa duduk sambil membaca buku tidak terlihat di sana. Diliriknya ponsel digenggaman tangannya, pun tak ada pesan atau panggilan yang masuk. Apakah Rangga kini telah melepasnya?
Ingatan-ingatan kenangan bersama Rangga perlahan berkelebat di otaknya. Membuatnya perlahan tersenyum kemudian menangis. Iya! Rara menangisi kebodohannya! Betapa bodohnya ia saat tak bisa melihat ketulusan Rangga. Betapa bodohnya ia memilih orang yang tidak memilihnya. Yang lebih bodoh lagi, menyakiti orang yang mencintainya demi orang yang menyakitinya.
Rara akan menunggunya kembali. Ia akan memperbaiki semua kesalahannya. Ia akan menunggu Rangga menerimanya kembali seperti Rangga dulu menunggunya. Ya! Rara akan menunggu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Cinta Rara
RomanceSaat Rara merasakan jatuh cinta pertama kalinya, orang tuanya menjodohkannya dengan Rangga, anak teman ayahnya..