17. Rahasia Rara

186 6 0
                                    

Rara membuka pintu mobil lalu menutupnya kembali sambil melambaikan tangan pada pengemudinya. Di ujung sana ada mata yang mengawasinya sejak tadi. Kecurigaan mulai melintas di benaknya. Ia mengekori Rara yang sibuk dengan ponselnya. Berkali-kali ia terlihat menghubungi seseorang tapi tak tersambung. Seseorang menepuk pundaknya.

Rara terkejut kemudian menoleh " Alya! " Pekiknya. " Bikin kaget aja "

" Ngapain sih? Dari tadi sibuk aja mainan HP " tanya Alya sambil menyamakan langkah disamping Rara.

" Aku telepon Rio dari tadi gak diangkat-angkat " ucapnya kecewa.

" Ya elah.. lebay amat sih, tar juga ketemu di kelas " ledek Alya.

Rara hanya tersenyum. " Sekarang aku tau, yang namanya rindu itu berat " kata Rara berseri-seri.

Jam kuliah telah selesai. Tapi sosok yang ditunggu Rara tak jua hadir, Rara menatap bangku di sebelahnya yang kosong. Tiba-tiba ada rasa kecewa di hatinya. Inikah yang di sebut candu?

Rara kembali menekan ponselnya. Dan masih sama seperti sebelumnya, tidak tersambung. Tiba-tiba rasa mulas mendera perutnya. Ia berlari sambil membawa tas dan ponselnya lalu meletakkannya di meja Alya.

" Nitip sebentar, mules! " Ucap Rara sambil berlari ke arah toilet.

Alya hanya geleng-geleng kepala sambil membereskan buku di atas mejanya. Tiba-tiba " Ding " ponsel Rara berbunyi. " Mungkin dari Rio " batinnya lalu membukanya.

" Sudah selesai belum kuliahnya? Mau aku jemput jam berapa? " Bunyi pesan di ponsel Rara.

Alya kembali memastikan nomor pada ponsel itu. Bukan nomor Rio. Lalu ia melihat ID pengirimnya " bukankah ini cowo yang nganter Rara tadi..?" Batinnya.

Karna tak juga ada jawaban, pria itu memutuskan untuk menelepon. Dengan ragu Alya mengangkatnya tanpa suara.

" Hallo Ra, kamu mau aku jemput jam berapa?. Nanti kita mampir ke supermarket dulu ya, bahan makanan di apartemen kita udah mulai habis "

Sadar Rara tak menjawab, Rangga terdiam " jangan-jangan yang angkat teleponnya Rio " batinnya. " Hallo ra, kok diem aja? " Tanya Rangga memastikan.

" Raranya ke kamar mandi. Saya Alya, temannya "

" Oh " Rangga bersyukur. Ternyata bukan Rio. " Nanti tolong kasih tau Rara ya kalo sy telepon " suruhnya. Lalu memutuskan panggilannya.

Dari pintu Rara memandangi Alya yang masih memegang ponsel di telinganya. " Siapa yang telepon ya? " Tanya Rara.

Alya melirik Rara dengan sinis " Rara! Apa maksudnya dengan apartemen kita? Rahasia apa yang kamu simpan? " Bentaknya.

Rara langsung menutup mulut Alya dengan tangannya. Takut gadis itu akan berteriak lagi. " Kita ke kantin, oke! " Rara menyeret Alya dengan segera.

" Sekarang ceritain semua ke aku! " Ucapnya sambil berpangku tangan. " Siapa cowok yang tadi pagi mengantarmu, dan ingin menjemputmu " selidiknya.

" Itu.. Rangga " jawab Rara pelan " dia suamiku " lirihnya.

" Apa?!" Teriak Alya.

Rara kembali membungkam mulutnya " bisa gak sih gak teriak-teriak " maki Rara.

" Oke.. oke.. " Alya mengatur napas menenangkan diri.

" Aku di jodohkan sama orang tuaku dengan Rangga, anak temen papa "

" Jadi kamu beneran udah nikah ? "

" Iya "

" Terus Rio tau? "

" Enggaklah. Aku sengaja nyembunyiin pernikahan ini dari Rio, toh cuma sampe wisuda "

" Maksudnya? " Alya tidak paham dengan ucapan Rara.

" Waktu di jodohkan, Rangga tau kalo aku punya pacar, dia gak enak kalo menolak pernikahan ini, takut ngerusak persahabatan orang tuanya. Rangga bilang aku masih bisa pacaran sama rio meskipun udah nikah asal gak kelewat batas. Dia setuju mencoba pernikahan sampe aku wisuda, kalo di rasa g cocok ya kita cerai " cerita Rara panjang lebar.

" Kalo ternyata cocok gimana? " Tanya Alya.

" Kayaknya enggak bakalan deh ya, coba deh kamu bayangin mana ada cowo yang ngebiarin istrinya pacaran sama cowo lain "

" Aneh juga sih "

" Aku malah sempet berfikir, jangan-jangan Rangga gay "

Alya tampak terkejut " kok kamu bisa bilang gt sih? "

" Coba deh pikir, kalo dia normal seenggaknya adalah kontak fisik sama aku, tapi 2 hari tidur sekamar sama aku dia santai-santai aja gak kegoda sama sekali, padahal aku kan istri sahnya. Trus waktu kita pindah ke apartemennya, dia udah nyiapin kamar yang terpisah buat aku. Kalo dia normal harusnya itu jadi kesempatan dong buat dia secara kita cuma berdua di apartemen "

" Iya juga sih " Alya mengangguk-anggukan kepalanya.

" Tar aku kenalin ke dia ya, tapi janji jaga rahasia ini! Jangan sampe Rio tau. Aku berkorban begini buat Rio. Biar bisa membuktikan ke orang tuaku kalo setelah lulus nanti, Rio juga punya masa depan yang bagus. Biar orang tuaku tenang aku jadi menyetujui pernikahan ini. Paling enggak sampe wisuda "

" Oke, sabar ya Rara! Cinta emang banyak ujiannya " hibur Alya sambil menepuk-nepuk pundaknya.

Luka Cinta RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang