" Kamu sudah buat sarapan untuk Rangga? " Tanya Yuli.
Rara menggeleng.
" Teh manis hangat? "
Rara kembali menggeleng.
" Aduh! " Pekik Yuli. " Ini anak udah nikah masih gak paham juga " gerutunya.
Yuli bergegas ke dapur. Membuatkan segelas teh manis hangat dan semangkok bubur untuk Rangga.
" Rangga, minum dulu teh manisnya abis itu makan buburnya, biar kamu lebih bertenaga "
Rara hanya mematung memperhatikan ibunya yang sibuk mengurusi Rangga. Yuli melotot ke arah Rara, matanya mengisyaratkan agar Rara mendekat.
" Rara kamu suapi suamimu, mama mau bikin sarapan dulu. Kamu bagaimana sih, suaminya sakit kok bengong aja dari tadi " omelnya.
" Bukan salah Rara ma, mungkin Rara terlalu panik waktu tau saya demam. Jadi dia bingung mau bagaimana " bela Rangga.
Rara menyerahkan segelas teh manis hangat pada Rangga. Rangga perlahan meminumnya. Lalu Rara menyuapi Rangga bubur buatan ibunya. Rara jadi merasa bersalah karna tak cepat tanggap. Malah, Rangga di buat lebih lelah karna memindahkan barang-barang Rara ke kamarnya.
Pak Min tergopoh-gopoh menuju kamar Rangga. Di ketuknya pintu itu dengan pelan. " Non, obatnya sudah sy beli " ucapnya di depan pintu.
Rara membuka pintu kamarnya. " Trima kasih pak" ucapnya seraya mengambil sekantong obat dari tangan pak Min lalu meminumkannya pada Rangga. Setelah Rangga tertidur, Rara menghampiri ibunya yang sibuk di dapur untuk sarapan.
" Mama akan menginap disini 3 hari "
Rara mendadak menyemburkan susu yang sedang di minumnya. " Apa? Nginep 3 hari? " Ucapnya terkejut.
" Melihat kelakuan kamu tadi, kayaknya kamu gak bakalan bisa ngurusin Rangga deh "
" Mama gak usah kawatir, kan ada bi Santi "
" Buktinya sampe sekarang bi Santi belum dateng "
" Bi Santi memang datengnya jam 10 ma.. kan beresin rumah mama Irna dulu "
" Justru itu kenapa mama nginep disini, karna Rangga gak ada yang ngurusin. Nanti mama gak enak dong sama besan "
Rara mendengus sebal. Ia sudah membayangkan 3 hari yang menyebalkan. Terkurung bersama Rangga di kamar. God! Semoga Rangga lekas sembuh.
Rara membawa sepiring potongan buah naga ke kamar. Ia melihat Rangga sudah terbangun dari tidurnya.
" Udah baikan? " Tanya Rara.
Rangga mengangguk.
" Mama mau nginap 3 hari disini " ucap Rara sambil menyuapkan potongan buah naga itu pada Rangga.
Rangga langsung melotot. " Gimana dong? " Tanyanya.
" Ya.. mau gimana lagi. Udah aku usir mama tetep pengen nginep disini. Takut aku gak bisa ngurusin Kak Rangga "
Keduanya membuang nafas berat. Pasrah dengan keadaan.
Malam tiba. Yuli tidur di kamar Rara, sedangkan Rara dikamar bersama Rangga. Keduanya terlihat canggung.
" Aku tidur di sofa aja " kata Rangga.
" Eh jangan, kak Rangga kan lagi sakit. Biar aku aja yang tidur di sofa " kata Rara.
" Mana bisa aku ngebiarin kamu tidur di sofa, aku udah gak apa-apa kok "
" Gak bisa! Kak Rangga harus tidur di kasur. Biar aku yang di sofa "
" Oke! Biar adil, gimana kalo kita sama-sama tidur di kasur? " Pinta Rangga.
Rara mengernyitkan dahinya. " Gak ah, tar aku di apa-apain lagi " Rara menolak.
" Hey... Emang apa yang bisa di lakukan sama orang sakit kaya aku sih? Bergerak aja aku pusing, boro-boro mau ngapa-ngapain kamu. Lagian ini bukan kali pertama kamu tidur sekamar sama aku "
" Tidur sekamar ya kak, tapi kan gak tidur seranjang "
" Ya udah terserah kamu aja deh " Rangga menarik selimutnya lalu menutup matanya.
Rara memandangi Rangga yang sudah tertidur itu. Rara baru ingat kalo Rangga itu gay, toh waktu sekamar dengannya Rangga memang hanya sekedar tidur saja jadi untuk apa Rara takut.
Perlahan Rara naik ke atas ranjang. Di lihatnya punggung Rangga yang sudah tidak bergerak. Rara lupa kalau sebagian obatnya mempunyai efek mengantuk. Rara menarik selimutnya dan tertidur.
Tak di sadari ada senyum berkembang di bibir Rangga. Ia belum sepenuhnya tertidur. Lebih tepatnya berpura-pura tidur. Baru kali ini Rangga merasa bahwa sakitnya membawa berkah untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Cinta Rara
RomanceSaat Rara merasakan jatuh cinta pertama kalinya, orang tuanya menjodohkannya dengan Rangga, anak teman ayahnya..