50. Keinginan Mama

143 8 0
                                    

Yuli menyodorkan segelas jamu godokan pada Rara. Rara menerimanya dengan ragu. Zaman udah canggih gini masih aja disuruh minum jamu. Diciumnya bau jamu yang khas itu. Aromanya saja sudah menandakan kalau jamu ini rasanya sangat pahit.

" Ini yakin gak apa-apa ma? " Tanya Rara.

" Aman "

" Baunya aja kaya gini "

" Namanya juga jamu "

" Pasti pahit nih ya "

" Ini udah mama bikinin jahe manisnya "

Rara segera meminum jamunya dengan cepat. Benar dugaannya rasanya benar-benar pahit. Segera di teguknya jahe hangat yang di sediakan ibunya. Tapi tak juga menghilangkan rasa pahit yang tersangkut di tenggorokannya.

" Ini jamu bikinnya dari apa sih ma? Pahit amat rasanya " lagi, Rara menuangkan jahe hangat lalu di teguknya.

" Pokoknya dari ramuan tradisional yang topcer deh "

" Emang mama buru-buru banget pengen punya cucu ya? "

" Iya dong! Mama sama papa kan udah tua. Pengen nimang-nimang cucu. Mama sih pengennya kamu punya anak yang banyak. Jangan kayak mama. Kesepian. Kamu juga dari kecil kesepian terus karna gak punya saudara "

Rara menggaruk-garuk kepalanya. Bagaimana ia bisa menuruti keinginan orang tuanya. Menikahpun cuma pura-pura. Mungkin Rara harus secepatnya bicara pada Rio. Ia tak bisa membiarkan ibunya terlalu banyak berharap. Bahkan ribuan kali ia minum jamu pun tak akan ada hasilnya jika ia tidak benar-benar menikah.

" Pagi ma.. " sapa Rangga

" Eh.. Rangga udah rapi. Sini sarapan dulu!"

" Iya ma.. "

" Maaf ya Rangga kalo Rara belum bisa ngurusin kamu. Maklum, namanya juga anak tunggal. Nanti sedikit-sedikit mama ajarin ya biar bisa jadi istri yang baik buat kamu "

" Mama udah percayain Rara ke saya juga udah bahagia banget ma.. "

" Rumah tangga bisa bahagia kalo saling mengerti saling melengkapi "

" Saya bakalan terus berusaha biar Rara bahagia ma.. "

" Mama percaya kok sama kamu. Buruan di habisin sarapannya nanti kesiangan ngantornya "

Rangga mengangguk. " Rara gak makan? " Tanyanya melihat Rara masih meminum jahe hangat dari tadi.

" Kenyang duluan " jawabnya asal

" Jangan lupa makan ya " Rangga bergegas menghabiskan sarapannya. Hari senin adalah hari sibuk yang pastinya macet dimana-mana.

" Berangkat dulu ya " pamit Rangga

" Eh.. tunggu! Ada yang ketinggalan "
Cegat Yuli.

" Apa ya ma? " Tanya Rangga.

" Sebelum kerja harus cium istri dulu biar rejekinya lancar "

Rangga terdiam sejenak. Dilihatnya Rara sedang memegang gelas. Gak lucu kan kalo Rangga di pukul pake gelas bisa bocor ni kepala.

" Lho kok malah bengong " kata Yuli.

" Malu ada mama " Rangga mencoba berkelit.

" Cuek aja! Mama juga pernah muda "

" Ih.. mama apaan sih. Kasian kan Rangganya di ledekin melulu " gerutu Rara.

" Yang ngeledek siapa? Mama cuma ngasih tau aja kok. Berkahnya pernikahan itu karna kasih sayang "

Tak ingin lebih berlama-lama lagi, Rangga mendekati Rara lalu mencium keningnya dan segera berlari keluar apartemen. Dalam hati Rangga berdoa semoga mama mertuanya tinggal lebih lama di apartemennya.

Luka Cinta RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang