22. Sedingin udara puncak.

137 7 0
                                    

Rara menghirup udara dalam-dalam. Membiarkan udara sejuk itu mengisi rongga-rongga dadanya. Ditambah dengan pemandangan kebun teh yang menghampar luas di sisi jalan. Membuat Rara mengagumi betapa indah ciptaan Tuhan.

" Rara! Sini bantuin! " Teriak Alya sambil berkacak pinggang.

Rara nyengir kuda melihat Alya dan Rangga sibuk menurunkan barang-barang bawaan dari mobil. Ia bergegas berlari membantu.

Alya dan Rara sibuk menata barang-barang sedangkan Rangga menyiapkan tenda dan alat pemanggang. Sesekali Rangga melirik gadis itu dengan ujung matanya lalu tersenyum. Rara terlihat sangat cantik bahkan dengan wajah yang terkena noda arang. Ia terlihat sibuk mengupas jagung bersama Alya.

" Kita mau tamasya apa camping kak? Kayaknya berlebihan banget deh " kata Rara yang melihat ada tenda, alat pemanggang, selimut tebal, P3K dan makanan yang banyak.

" Hawa disini kan dingin, kalo kamu kedinginan kamu bisa masuk ke tenda, disana ada selimut sama penghangat ruangan "

" Ehem.. perhatian banget sih " ledek Alya.

" Aku gak mau pulang dari sini kalian malah sakit. Sedikit lebay gak apa-apalah.. yang penting kalian baik-baik aja selama disini "

Tiba-tiba ponsel Rara berdering. Rara memandang nomor yang ada pada layar ponselnya itu. Telepon dari Rio. Rara tersenyum senang. " Aku terima telepon dari Rio dulu ya " ucapnya lalu menjauh.

" Kita bakar jagung yuk kak! " Ajak Alya.

" Yuk! " Rangga bersemangat.

Alya memandangi Rangga yang sedari tadi matanya tak lepas menatap Rara yang duduk di rerumputan sambil memainkan ujung dahan kering. Ada kilatan cinta di matanya.

" Kak Rangga, boleh aku tanya sesuatu gak? " Tanya Alya.

" Apa? "

" Kak Rangga yakin baik-baik aja? "

" Maksudnya ?"

" Mulut sih bisa bohong, tapi mata kan gak bisa "

Rangga terkekeh mendengar ucapan Alya. Sahabat istrinya ini memang agak kritis dan super bawel. " Aku baik-baik aja " jawab Rangga.

" Kak Rangga, maaf nih ya.. maaf banget! Kak Rangga gak suka perempuan ya? " Alya memasang tampang melas takut Rangga marah mendengar ucapannya.

Rangga justru tertawa keras. " Emang aku keliatan suka sama laki-laki ? "

" Ya enggak sih.. tapi jujur buatku aneh aja "

" Aneh dimananya? "

" Kak Rangga gak cemburu liat istri kakak ngobrol mesra sama cowok lain? Bahkan dia gak menoleh sama sekali ke kak Rangga. Itu sedikit mencurigakan. Aku jadi berfikir kalo kak Rangga itu gak normal deh "

" Alya.. aku pria normal! Aku juga suka sama perempuan "

" Apa mungkin kak Rangga gak cinta sama Rara? Makanya kak Rangga segitu cueknya? "

" Aku lebih tau perasaanku. Biarlah Rara nyaman dengan keadaan yang seperti ini. Aku menikahinya bukan untuk memaksanya tapi menyayanginya " 

Alya lagi-lagi terdiam mendengar jawaban Rangga. Terbesit kekaguman pada Rangga. Rangga bisa mendapat wanita yang jauh lebih baik dari Rara. Dengan wajah tampannya saja, wanita mana yang tak tertarik? Di tambah kesuksesannya yang melejit, wanita mana yang akan menolaknya? Tapi Rangga memilih tetap bersamanya meski Rara tak mencintainya.

Luka Cinta RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang