34. Gaun untuk Rara.

139 5 0
                                    

Kotak berwarna emas dengan pita diatasnya itu terlihat indah. Lebih indah lagi gaun yang berada di dalamnya. Rangga tak sabar melihat Rara mengenakannya. Pasti sangat cantik sekali. Rangga sedikit penasaran, kira-kira apa komentar Rara tentang gaun pilihannya? Ia mempercepat laju kendaraannya agar sampai di apartemennya dengan segera.

Rangga mengetuk pintu kamar Rara. Seorang gadis cantik berpiyama muncul di hadapannya. Rangga menyodorkan kotak berwarna emas itu pada Rara.

" Apa ini? " Tanya Rara.

" Bukalah! "

Rara membuka tutup kotak berwarna emas itu. Didalamnya terdapat gaun berwarna hitam. Di bukanya lalu di pakainya di depan Rangga. Pas sekali ukurannya. Gaun itu lebih terlihat bernilai ketika Rara memakainya. Gaun yang indah dengan gadis yang cantik. Sungguh perpaduan yang sempurna.

" Suka? " Tanya Rangga.

" Suka banget! Ini kak Rangga yang pilih sendiri? "

" Iya "

" Wah.. bisa ngepas banget ya. Hebat deh kak Rangga "

" Syukurlah kalo kamu suka. Aku pengen liat kamu pake gaun itu pada hari sabtu "

" Oh my god! Ya ampun kak Rangga kenapa hebat banget sih. Tau aja hari sabtu aku mau ketemu sama orang tuanya Rio. Makasih banyak ya kak udah beliin gaun ini "

Deg! Rangga tercekat mendengarnya. Tapi buru-buru ia tersenyum. " Tentu saja! Kamu harus terlihat cantik didepan calon mertuamu bukan? "

Rara mengangguk senang. Rangga kembali tersenyum padanya. " Ya udah, aku mau mandi dulu ya. Selamat tidur " ucap Rangga lalu masuk ke kamarnya.

Rangga menyeret kakinya ke kamar mandi. Di biarkannya air menyiram kepalanya, mengalir keseluruh badannya. Kedua tangannya memegang dinding dengan kepala tertunduk mencoba menenangkan pikirannya.

Bagaimana bisa ia tak ada di pikiran Rara sedikitpun. Dengan semua perhatian dan kasih sayang yang ia curahkan. Sebenarnya bagaimana Rara menganggapnya?. Ia membuang napasnya berat. Lalu membiarkan lagi oksigen itu masuk ke paru-parunya dan membuangnya lagi. Hingga hatinya benar-benar tenang baru ia menghentikannya.
-----
Esok harinya.

Rara sudah selesai mandi dan berdandan sebisanya. Ia hanya memakai bedak tabur dan sedikit liptint untuk memoles bibirnya. Bunyi bel membuatnya meninggalkan cermin dan bergegas ke pintu apartemennya. Dan betapa terkejutnya ia melihat ibunya di depan pintu.

Ibunya pun tak kalah terkejut melihat Rara dengan gaun hitamnya. Seumur-umur Yuli hampir tak pernah melihat putrinya memakai gaun. " Waw.. anak mama cantik banget.. pasti mau ketemu Rangga ya.. ?"

Rara menyeringai bingung mau menjawab apa. Ia hanya mengangguk.

" Kebetulan, nih mama bawa oleh-oleh buat Rangga. Ayo kita antar ke kantornya. Akhirnya anak mama dewasa juga. Udah bisa nyenengin suaminya "

Entah ingin tersenyum atau menangis, yang jelas Rara hanya bisa mengangguk mengikuti ibunya.

Selama diperjalanan, pikiran Rara tertuju pada Rio. Dia sudah membuat janji dengan orang tuanya. Bagaimana bisa ia terjerat dengan situasi seperti ini?

Rara dan ibunya berjalan pelan ke kantor Rangga. Ia langsung ke ruangan Rangga dan bertemu dengan Anton.

Anton sangat senang melihat Rara memakai gaun pemberian Rangga, itu artinya Rara akan ikut bersama Rangga ke pesta perjamuan.

" Wah.. non Rara cantik sekali. Pasti bos sangat senang karna non Rara bisa menemani bos ke pesta perjamuan. Gaun ini bos sendiri yang memilihnya lho " ucap Anton.

Rara mengernyitkan dahinya " apa? Ke pesta perjamuan? Hari ini? " Tanya Rara.

Anton dan Yuli saling pandang. Bukankah Rara berdandan untuk pergi bersama Rangga? Tapi justru kenapa Rara seperti tidak tahu?.

Dari belakang Rangga menyapa. " Eh mama, udah lama? " Tanyanya. Matanya bertemu pandang dengan mata Rara.

" Kalian tidak pergi bersama? " Tanya Yuli.

" Kami pergi bersama, cuma aku sengaja aja mau kasih surprise ke Rara. Jadi aku menyembunyikan acaranya " jawab Rangga.

" Ya udah, nih ada oleh-oleh buat kamu. Kemarin mama habis ke bandung sama papa. Mama langsung pulang ya "

" Hati-hati di jalan ma " ucap Rangga.

Rara tetap dengan ekspresi diamnya. Pikirannya tiba-tiba kalut. Rangga menyenggol tangannya.

" Kok malah bengong! Sana buruan pergi! Tar keburu Rio nungguin. "

Rara menelan ludahnya. Perlahan ia bergerak meninggalkan Rangga dan Anton yang masih berdiri di depan ruangannya.

Luka Cinta RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang