Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Autumn atau biasa disebut dengan musim gugur. Seperti namanya, pada saat ini pohon akan merontokkan semua daunnya yang telah mengering. Disepanjang jalan, dan sejauh matamu memandang pasti kau hanya menemukan daun kering yang memenuhi jalan. Mungkin bagi sebagian orang musin gugur hanya merepotkan, karena membuat kotor setiap inci dari jalan maupun atap rumah.
Tapi tidak bagiku, Autumn adalah musim yang sangat indah. Dihiasi oleh warna oranye kecoklatan yang dihasilkan dari dedaunan kering yang jatuh dari pepohonan. Aku tidak membencinya sama sekali. Aku senang melihat daun yang berjatuhan, terutama daun maple, begitu indah tuk dipandang. Daun jatuh tidak pernah membenci angin. Aku pernah membaca kata mutiara itu dari beberapa buku. Bagiku itu benar adanya. Dan aku percaya di musim gugur ini pasti ada alasan kenapa dedaunan menjadi kering dan akhirnya jatuh keatas tanah. Everything happen for a reason, menurutku jatuhnya daun dari pohon juga akan menjatuhkan keburukan dan kesialan pada setiap manusia. Aku percaya, dan aku ber sugesti akan hal itu.
Seperti biasa, aku sering menghabiskan waktu luang ku di musim gugur dengan duduk dibangku taman dan menikmati daun maple yang berjatuhan, atau paling tidak hanya duduk di café sambil menikmati secangkir kopi panas. Bagiku ini hal yang sangat indah dan teristimewa hingga aku tak boleh melewatkannya sebelum aku pergi meninggalkan dunia ini. Seperti biasa, aku pulang berjalan kaki melewati pinggir jalan dengan earphone bertengger ditelingaku dan tangan yang membawa tas kecil berisi buku dan pena, teman setiaku. Tiba tiba saja sebuah sepeda menabrak ku dari arah belakang yang membuatku terjatuh.
"Aww" Aku mengaduh kesakitan saat kulihat lututku yang sedikit terluka.
"Kau baik baik saja? Apa kau terluka?" Ia turun dari sepedanya dan menghampiriku. "A, Aku tidak apa apa." Dia membantuku berdiri. Aku sempat bertatap mata dengannya, dia terlihat tulus. Tapi pandanganku teralihkan kepada lelaki yang berdiri dibelakangnya, aku mengenalnya.
"Maafkan aku, aku tidak sengaja." Aku mengangguk menanggapinya. "Aku Renjun, dan dia Jeno. Sekali lagi aku minta maaf." Lanjutnya.
"Ah, iya." Aku mengangguk kikuk. Setelah minta maaf lagi, mereka pergi dari tempat ini menyisakan aku sendiri disini yang masih bingung. Bukankah itu Lee Jeno? Seorang yang pernah meninggalkanku disaat aku sangat mencintainya. Lelaki brengsek yang membiarkan aku sendiri dibawah hujan. Dan sekarang mengapa dengan beraninya dia muncul dihadapanku lagi?
♤
Byun Raechan. Aku seorang gadis terluka yang menyukai daun maple berguguran. Seorang gadis pengidap sakit Leukimia yang menakutkan. Seorang gadis yang hidup serba berkecukupan, tapi untuk apa hidup mewah jika tidak dapat membuat bahagia? Tidak ada yang bisa mengerti diriku selain aku sendiri. Aku selalu sendiri dan menjauh dari teman teman sekolahku, aku merasa lebih baik jika sendiri.