Author: HYUNSUKVEVO
Genre : Family, Mystery
Cast :
🍁 Kwon Jiyong
🍁 Kwon Eunbi
🍁 Jang Gyuri as Kwon Gyuri
🍁 Yeh Shuhua as Kwon Shuhua
🍁 Sandara Park as Kwon SandaraDi balik warna cat sebuah rumah yang melambangkan rasa optimis, ceria, menyenangkan, dan bahagia itu ada berbagai macam misteri kelam yang tersimpan.
Teriakan kencang dari si anak sulung yang dibalas dengan tangisan histeris dari si bungsu dan suara pecahan kaca turut mewarnai hari-hari di rumah bercat kuning pucat itu.
Kwon Jiyong, selaku kepala keluarga Kwon merasa sangat terbebani dengan kondisi mental ketiga anaknya yang kurang baik. Terlebih setelah istrinya membunuh dirinya sendiri beberapa tahun silam. Hidup Jiyong rasanya kelabu, tak lagi memiliki warna bahagia.
Putri sulungnya, Kwon Eunbi, menjadi sedikit gila setelah kekasihnya meninggalkannya tepat sehari sebelum pesta pernikahan mereka. Putri bungsunya, Kwon Shuhua, mulai kehilangan akal setelah posisinya sebagai top model nomor satu digantikan oleh Wang Yiren.
Putri keduanya, Kwon Gyuri, terlihat normal-normal saja. Jika dilihat sekilas, tak ada yang salah dari Gyuri. Namun, siapa sangka kalau di balik normalnya Gyuri, gadis itu hingga sekarang menganggap kalau ibunya masih hidup?
Kata dokter, hal itu merupakan efek trauma yang dialami Gyuri karena gadis itu adalah orang yang pertama kali menemukan jasad ibunya dengan posisi tergantung di ruang tamu. Terlebih saat itu usia Gyuri masih sangat muda, 8 tahun.
Pada pukul sebelas malam, Jiyong yang baru saja pulang dari kantornya merasa ada sesuatu yang aneh di rumahnya. Tak ada suara tangisan dan teriakan dari Eunbi ataupun suara pecahan kaca dari cermin yang dipecahkan oleh Shuhua. Rumah benar-benar terasa sepi.
"Eunbi? Gyul? Hua?" Pria berumur 42 tahun itu terus memanggil ketiga anaknya dengan tatapan waspada.
Ia lantas melangkahkan kaki menuju kamar Eunbi dan mengetuk pintu berwarna cokelat tua itu tiga kali. Namun, tak ada balasan dari Eunbi.
"Eunbi? Kamu di dalam, Nak?"
Masih tak ada balasan.
"Eunbi, Gyul, Hua, kalau kalian tidak segera menuju ruang tamu, maka jangan harap besok ada uang saku untuk kalian!" teriak Jiyong dengan tegas dan penuh penekanan.
Tak ada suara apapun yang membalas teriakan Jiyong. Raut wajah Jiyong sontak berubah pucat. Pria itu membuang tasnya dengan asal, lalu berlari membuka pintu kamar ketiga anaknya secara bergantian. Tak ada siapapun di dalam.
"EUNBI! GYURI! SHUHUA!" Jiyong kembali berteriak seraya berharap ketiga anaknya akan membalas teriakannya.
Jiyong tak ingin kejadian yang merenggut nyawa istrinya kembali terulang. Pria itu tak mau kehilangan orang yang ia sayangi untuk yang ke sekian kalinya. Jiyong hanya memiliki ketiga anaknya. Kalau tidak ada mereka, maka untuk apa pria itu hidup di dunia?
"Dad, let's play together!"
Jiyong menghentikan langkahnya ketika kakinya hendak menginjak anak tangga kedua. Pria itu berbalik. Kepalanya menoleh ke segala arah seraya mencari keberadaan Shuhua yang baru saja mengucapkan sesuatu padanya.
"Shasha, where are you?" tanya pria itu.
"Ayo tebak hehe"
"Shasha, berhenti bermain-main! Ayah khawatir. Kamu di man-"
Suara pintu yang terbuka membuat Jiyong terkejut setengah mati. Dilihatnya Gyuri dengan seragam sekolahnya sedang berdiri di ambang pintu, menatap Jiyong dengan tatapan heran.
"Ayah sudah pulang? Maaf ya, tadi Gyul ada kerja kelompok jadi pulang sedikit terlambat," ujar gadis itu sembari melepaskan sepatu dan kaos kakinya.
Mata Jiyong sedikit menyipit. Pria itu lantas menghujani anaknya dengan pertanyaan, "Gyul, apa kamu tahu di mana Shasha dan Eunbi?"
Gyuri menggeleng pelan, "Tadi Kak Eunbi berkata kalau ia sedang pergi berbelanja dengan Seungwoo. Kalau Shasha, aku tidak tahu. Mungkin dia masih ada jadwal pemotretan"
"Tidak. Shasha sudah pulang dan sekarang ada di rumah ini. Dia sempat mengobrol dengan Ayah. Gyul, bantu Ayah mencari adikmu"
Gyuri menghembuskan napas panjang lalu berujar, "Suruh saja Bunda membantu mencarikan. Aku lelah. Aku ingin istirahat"
Gadis bersurai hitam pekat itu beranjak begitu saja meninggalkan Jiyong yang masih diam membisu. Pria itu lantas berjalan dengan langkah gontai menuju ke kamarnya. Biarkan saja kedua anaknya pulang dengan sendirinya. Lagipula, mereka sudah cukup dewasa untuk mengerti mana hal yang baik dan buruk bagi diri mereka.
Netranya melebar, kedua lututnya melemas, dan tubuhnya hampir merosot jatuh ke bawah ketika melihat empat foto hitam putih dengan tanggal lahir dan tanggal wafat di bawahnya. Itu adalah foto Sandara, Eunbi, Gyuri dan Shuhua.
"Dad, we came to visit you!"
"Surprise!"
"I love you forever, honey..."
Suara-suara itu datang kembali. Namun, Jiyong tak ingin mendengarnya lagi. Seperti tahun lalu, mereka kembali pada musim gugur tanpa tanggal yang pasti.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn
FanfictionKetika jiwa mengenakan cinta, musim gugur lebih hangat daripada musim panas. ©2019 [September Event]