Tsuru

97 21 2
                                    

Author :

Genre : Family

Cast :
🍁 Lee Jihoon (Woozi SVT)
🍁 Amy Lee (Ailee)

Cast : 🍁 Lee Jihoon (Woozi SVT)🍁 Amy Lee (Ailee)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tahukah kamu apa itu 'Tsuru'?

Tsuru adalah seni origami yang berbentuk seekor bangau yang mitosnya 'Jika kamu berhasil membuat seribu bangau kertas, maka permohonan akan terkabul'. Percaya atau tidaknya, itu tergantung diri kalian sendiri.

Pemuda berkulit putih itu terus memandangi miniatur-miniatur dari karakter superhero kesukaannya di etalase toko. Udara dingin autumn yang menusuknya tak ia hiraukan. Di pikirannya, kapan ia dapat meraih salah satu miniatur itu?

Entahlah, mungkin sedikit tersenyum akan sedikit menghibur dirinya sendiri. Ia mulai melangkahkan kakinya untuk meninggalkan posisi berdirinya sedari tadi. Melangkahkan kakinya sambil sesekali bersenandung untuk lampu-lampu yang berdiri tegak di setiap sisi jalanan yang gelap.

Di hari yang hendak berubah menjadi malam ini, berjalan di tengah kota masih mengenakan seragam sekolah bukanlah hal yang aneh. Tak jarang ia melihat gerombolan siswa yang masih mengenakan seragam sekolahnya, itu hal yang sudah sangat biasa di sebuah kota. Pandangannya lurus pada gedung tinggi yang telah berada tepat di depan matanya. Tatapan matanya tak lagi tajam. Matanya sayu dan tampak sangat jelas ia beberapa kali mencoba mengendalikannya, tapi sering kali ia gagal mengendalikan guratan sedih di wajahnya.

***

"Sudah berapa kali aku memperingatimu?" tanya Wanita itu, "berhenti mengabaikan perhatian yang aku berikan padamu! Aku mengkhawatirkanmu, tidak bisakah kamu mendengarkanku seperti biasanya?"

Pemuda yang duduk di sisi ranjangnya itu hanya menundukkan kepalanya dan membisu. Ia juga beberapa merenungi perbuatannya akhir-akhir ini. Mengapa ia seolah tak mau mendengar apapun yang Wanita itu katakan?

Terdengar Wanita itu menghela napasnya, "cepat bersihkan dirimu! Aku akan menyiapkan pakaian untukmu."

"Maaf," ucap pemuda itu masih dengan kepalanya yang menunduk.

"Aku memaafkanmu," Wanita itu berujar, "sekarang turutilah perintahkan! Aku akan menunggumu di ruang makan setelah menyiapkan pakaian untukmu."

Pemuda itu hanya mengangguk dan pergi menuju kamar mandi yang ada di kamarnya. Setelah merenungi kebodohannya sambil membersihkan diri, ia menyesal. Ia tak mau mendengarkan apa yang Kakaknya katakan, tentu itu membuat Kakaknya marah. Pasti Kakaknya itu sangat mengkhawatirkannya saat mengetahui ia masih mengenakan seragam sekolah untuk musim panas saat musim gugur sudah hampir sebulan menyapa.

Suara ketukan terdengar dan di susul sebuah suara hangat yang memanggil namanya. Ia segera beranjak dan membukakan pintu untuk orang tersebut. Senyum hangat yang sangat ia rindukan, ia lantas memeluknya dengan erat.

"Apa aku membuatmu menunggu terlalu lama?" tanyanya sembari mengelus lembut puncak kepala pemuda itu, "maafkan Ibu yang terlalu sibuk, Jihoon! Ibu mengambil libur untukmu," ucapnya sambil mencium puncak kepala putranya itu.

"Ayo! Amy sudah menunggumu," ucapnya lagi.

Sesampainya di ruang makan terlihat Kakaknya itu tengah menyiapkan beberapa lauk untuk makan malam yang mendadak ini. Ia mengerutkan keningnya ketika sosok Ayahnya juga muncul dari pintu yang menghubungkan dapur dengan ruang makan.

"Apa Jihoon tidak akan membantu Kakaknya dan akan terus berdiri di sana?" pertanyaan yang terlontar dari Ayahnya itu.

Kakaknya pun menggeleng dan membalas ucapan sang ayah, "tidak perlu, Ayah. Amy bisa menyelesaikan ini sendiri," ucap Wanita cantik yang bersatu sebagai anak sulung di keluarga kecil ini, "Aku ada jadwal siaran setelah ini."

"Ya ampun, bahkan di udara yang sedingin ini kamu masih ada jadwal menyiarkan radio?" tanya sang ibu sambil menggeleng kecil.

Semua mengambil posisi duduk di kursi yang telah menjadi spot favorit masing-masing. Jihoon duduk menghadap sang ibu dan kursi sebelahnya masih kosong karena Kakaknya itu masih menyibukkan diri dengan menata beberapa laut.

Amy tampak tertawa kecil dan kembali meletakkan peralatan makan dengan santainya. Ia pun berkata, "aku sengaja mengambil jadwal hari ini. Agar besok aku bisa mengawasi, menjemput dan menghabiskan hari hanya untuk Jihoon."

Mendengar penuturan dari Kakaknya, Jihoon tertegur. Ia tak pernah menyangka Kakaknya yang ia kenal sebagai pribadi yang keras ternyata tak seperti yang ia kira, dan mengapa dengan bodoh nya ia baru menyadari hal itu.

"Kamu dengar itu, Jihoon?" tanya Ibunya dan ia hanya mengangguk sebagai jawaban.

***

Malam telah berubah menjadi fajar yang cukup mengacaukan mimpi indahnya. Jihoon terbangun, mengubah posisinya menjadi terduduk dan menatap lurus toples-toples kaca di atas meja belajarnya. Mulai dari tiga toples berisik gliter dengan warna yang berbeda-beda, origami berbentuk bintang-bintang hingga miniatur-miniatur yang tertata rapi mengelilingi toples-toples tersebut.

Tangannya meraih selembar kertas lipat dan mulai melipat-lipat kertas tersebut menjadi tsuru. Ia pun memohon, "ini bangau kertasku yang ke seribu, aku berharap hari ini akan sangat panjang," mohonnya sambil mengedarkan kedua tangannya serta menutup erat matanya.

22 November 2019, 15:56

Pemuda itu menenggelamkan wajahnya pada syal hangat saat sebuah keluarga kecil menyambut kedatangannya dengan meriah, menangis serta tersenyum secara bersamaan. Menodongkan ucapan selamat berkali-kali dengan sebuah nyanyian. Sambutan yang begitu hangat seperti sup rumput laut, manis seperti krim kue ulangtahunnya, dan meriah seperti perasaannya.

Tsuru itu hanya mengabulkan satu permintaan, dan permintaannya terwujud. Membuat hari lebih panjang, sedangkan setelah petang datang menyapa justru terasa amat sangat cepat dari dugaannya.

Tapi, berkat Tsuru lah yang menglurkan hari untuk mereka mempersiapkan sambutan hangat ini. Melipat Tsuru adalah hal yang sudah terasa akrab di waktu luang ataupun gentingnya. Pertama kali ia membuatnya sekitar sepuluh tahun yang lalu, dengan Kak Amy lah yang menjadi guru serta seorang Kakak yang membodohi adik kecilnya dengan mengatakan omong kosong. Tanpa Kakaknya sadari, ia termakan omong kosong itu dan masih membawanya sampai umurnya telah menginjak angka belasan.

END

END

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Autumn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang