Author : youralona
Genre : Friendship
Cast :
🍁 Haechan (NCT)
🍁 Seoyeon (Fromis 9)Gadis itu Lee Seoyeon namanya. Mahasiswi yang belakangan terkenal di tempat ia menimba ilmu karena video singkat saat ia meng-cover sebuah lagu.
Suaranya yang unik lantas membuat banyak orang yang tertarik padanya.Hal ini cukup menguntungkan karena ia mendapat tawaran mengisi acara di banyak tempat. Ini yang Seoyeon harapkan. Ia merasa senang dengan pekerjaan barunya, ditambah, hal ini didukung oleh Haechan, sahabat kecilnya.
Di atas panggung dengan gitar akustik di pangkuannya. Seoyeon mengucapkan terima kasih pada pihak acara karena telah mengundangnya. Ia melambaikan tangan, berpamitan dengan para audience yang hadir. Sesampainya di belakang panggung, Haechan menyerahkan sebotol air mineral dan membawakan jaket kulit milik Seoyeon, persis dengan yang ia pakai sekarang.
"Kau mau pulang atau menonton acara selanjutnya?" tanya Haechan sembari menyampirkan jaket ke pundak Seoyeon, menutupi bahunya yang sedikit terbuka.
Seoyeon menutup botolnya lalu membenarkan letak jaket. "Jalan-jalan saja, bagaimana? Aku bosan jika harus di rumah," katanya.
"Menikmati daun yang berguguran di malam hari terdengar menyenangkan," ucap Haechan, ia mengambil tas milik Seoyeon hang ada di salah satu bangku.
"Bagaimana jika ditemani sebotol soju?"
Mendengar kata terakhir itu, bibirSeoyeon tersenyum lebar. "Call!" jawabnya sambil melompat kecil. "Aku akan berpamitan dengan yang lain dulu, tunggu sebentar, ya?"
Haechan mengangguk, laki-laki yang biasanya hyperactive ini duduk di bangku yang sedari tadi ia duduki. Netranya menatap hilir mudik panitia penyelenggara yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Haechan pernah menjadi panitia seperti ini, melelahkan sekali rasanya. Harus mengorbankan waktu untuk bermalas-malasan di rumah, Haechan kapok dan tidak ingin mengulangnya lagi.
Seoyeon datang, gadis itu menarik tangan Haechan kemudian berjalan keluar tempat acara. Sudah berteman sejak bangku menengah atas, tak ada kata canggung lagi bagi keduanya. Bergandengan tangan selayaknya dua sejoli sudah sering mereka dengar namun tetap saja tak peduli. Orang-orang tahu apa, memang?
Hal yang mereka pikir jika sepasang laki-laki dan perempuan bersahabat pasti salah satunya menyimpan rasa, nyatanya salah besar. Mereka hanya belum pernah merasakan serunya bersahabat dengan manusia berbeda gender. Mereka yang mengatakan itu nyatanya tidak tahu apapun tentang persahabatan Haechan dan Seoyeon. Semua murni tanpa ada rasa lebih ingin memiliki.
Botol soju kini sudah di tangan. Dengan dua gelas kecil yang mereka beli tadi, botol itu diletakkan di tengahnya. Haechan duduk di sisi kiri bangku taman, Seoyeon di sebelah kanannya. Haechan menuangkan botol beralkohol itu ke masing-masing gelas secara merata.
"Aku suka musim gugur," celetuk Seoyeon setelah meneguk sojunya.
Haechan melirik sekilas. "Kenapa? Bukankah musim gugur adalah waktu di mana Han memutuskan hubungan kalian?" tanya laki-laki menyebalkan.
Gadis Lee ini mendecak sebal. Tangannya memukul ringan kepala Haechan. "Bukan seperti itu, bodoh. Aku sudah melupakan hal memalukan itu."
Tangan Haechan mengusap kepalanya. "Lantas apa yang membuatmu menyukai musim gugur, Nona Lee?"
"Hangat, sepertimu."
Kening Haechan mengernyit. "Kau tahu aku bodoh, aku tidak paham."
"Aku tahu kau bodoh, tapi aku baru saja menyadari bahwa kebodohanmu sudah mencapai level tak memiliki otak," ucap Seoyeon ringan yang dibalas desisan Haechan. "Behini, Tuan Lee. Musim gugur berarti ranting kayu merelakan daunnya lepas, terbang terbawa angin, lalu terdampar di jalanan bersama daun-daun lainnya."
"Apa hubungannya denganku? Apakah menurutmu kepalaku itu seolah-olah adalah ranting dan rambut yang tumbuh di atasnya merupakan daun yang siap digugurkan? Huh, maaf-maaf saja, aku tidak rela rambutku yang lembut ini rontok," ucapnya menyebalkan.
Seoyeon menghela napasnya lelah. Haechan mungkin terlihat diam namun sifat aslinya sangat berkebalikan dengan apa yang orang lain lihat. "Bisa kah sejenak saja kau menutup mulut dan mendengarkan ucapanku?"
Tangan Haechan bergerak seolah mengunci bibirnya. Kepalanya dua kali mengangguk.
Seoyeon berdiri, ia berjalan mendekati tumpukkan daun kering. Tangannya mengambil beberapa daun lalu menggenggamnya. "Kau memiliki kewajiban untuk selalu menuruti apa kata ayah dan ibumu sebagai putra tunggal mereka. Merelakan apa yang kau harapkan itu sulit, sangat sulit. Namun kau dengan mudah melepas impianmu demi mereka, kau melakukan itu tanpa beban, selalu memikirkan orang lain tanpa memikirkan dirimu." Mata Seoyeon menatap Haechan yang tersenyum ke arahnya. "Kau daun yang gugur itu, Lee. Akan tetapi meski begitu, kau tetap indah, kau disukai semua orang."
Haechan melangkahkan kakinya, mendekati Seoyeon. Ia berjongkok lalu menepuk kepala Seoyeon beberapa kali. "Aku ... sebenarnya tak mengerti apa yang kau katakan," ucapnya sembari terkekeh. "Jangan melotot begitu, Lee, aku belum selesai," lanjutnya begitu melihat mata Seoyeon melotot.
"Terima kasih untuk selalu mengertiku, aku bahkan tak berpikir terlalu jauh mengenai diriku. Sekali lagi, terima kasih, Lee," lanjut laki-laki berkulit eksotis ini.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn
FanficKetika jiwa mengenakan cinta, musim gugur lebih hangat daripada musim panas. ©2019 [September Event]