41 ✈ Bertemu Bu Ayu

161 18 0
                                    

Bertemu dengan Ibu Vidi untuk pertama kali, Bagas dan Prima memberi salam, begitu pun Pak Adhikara.

"Kalian orang Indonesia?" tanya Ibu Vidi.

"Iya, Bu. Kami dari Indonesia," jelas Bagas sopan.

"Wah, kita kedatangan tamu jauh. Kita ke ruang tamu sekarang, ya."

Prima berbisik pada Bagas, "Ibunya juga baik ya, Gas. Indonesia banget."

"Alhamdulillah."

👫

Mereka tiba di ruang tamu. Obrolan dimulai dengan keramah-tamahan yang sangat baik dari Vidi dan juga ibunya. Berbagai suguhan cemilan juga dihidangkan di hadapan mereka.

"Silahkan dimakan cemilannya," ucap Ibu Vidi pada ketiga tamunya.

Vidi lalu berpamitan sebentar hendak ke kamar untuk mengganti pakaian kantornya. Tinggallah tamunya bersama Ibu.

"Nama saya Ayu. Asli Palembang. Saya ketemu sama Mr. Khan waktu itu pas lagi di Sungai Musi. Jadinya nikah, terus Vidi lahir, terus diboyong ke India sampai sekarang."

Prima tampak berbinar-binar mendengar ungkapan Bu Ayu yang begitu antusias bercerita, begitu pula Bagas.

"Jadi Ibu nggak pernah balik lagi ke Indonesia?" tanya Bagas.

Bu Ayu menggeleng. "Iya, sudah selama ini, saya belum ke sana lagi," ucapnya, "oh, ya. Giliran kalian yang kenalan."

Prima pun mengenalkan dirinya lebih dulu, "Nama saya Prima, Bu. Prima Rafideswira."

"Umur kamu?"

"28, Bu."

"Pekerjaan?"

"Desain grafis, Bu. Di advertising agency."

"Kamu berapa saudara?"

"Dua, Bu. Kakak saya sudah menikah. Dia tinggal di Kalimantan."

"Orangtuamu sehat, Prim?" tanya Bu Ayu sambil menyeruput minuman tehnya.

"Alhamdulillah, sehat, Bu. Saya tinggal sama Mami saya."

"Papimu?"

"Kerja di Malaysia, Bu."

"Oh," Bu Ayu mengangguk, "jadi kamu belum nikah?"

Prima tersenyum sambil menggeleng, "Nahin. Belum, Bu."

"Wah, sama dong, kayak Vidi. Dia belum nemuin yang cocok katanya. Ada-ada saja anak itu," ucap Bu Ayu, "padahal saya senang banget kalau bisa punya menantu orang Indonesia. Ya moga-moga, lah."

Mendengar itu, Prima merasa hidungnya kembang kempis. Betapa ia merasa senang saat itu. Merupakan kesempatan emas baginya, apalagi mendengar keinginan dari Bu Ayu.

Bu Ayu lalu beralih melihat Bagas. "Namamu siapa, tampan?"

Ah, iya. Kenapa aku nggak dipanggil tampan tadi, Bu? batin Prima.

Bagas tersenyum. "Dude Bagaskara. Panggilannya Bagas, Bu."

"Harusnya Dude, kan?"

Bagas tersenyum kaku. "Iya, soalnya sudah biasa dipanggil Bagas sejak kecil, Bu."

"Umur kamu 28 juga, tampan?"

Prima semakin berisik batinnya. Tampan terus, Gas. Tampan terus. Apalah gue yang cuma remah-remah tepung terigu.

Sedangkan Bagas justru agak terganggu dengan panggilan tampan dari Bu Ayu. "Iya, Bu. Saya 28 juga."

"Belum nikah?"

"Iya, Bu. Belum."

"Kamu cocok kok sama Vidi. Kalau saya lihat-lihat, kalian mirip, ya. Alisnya sama-sama tebal. Iya, kan, Prima?"

Prima gelagapan. Jelas-jelas Bu Ayu menyatakan Bagas lebih cocok dengan Vidi dibandingkan dirinya. Hatinya terbelah seketika. Ia hanya tersenyum kaku. Bagas menjadi merasa tidak enak dengan Prima.

"Bagas kerja apa?" tanya Ayu lagi.

"Saya kerja di asuransi, Bu. Tapi udah mau resign."

"Loh, kenapa?"

"Rencananya mau pindah ke kantor travel umroh, Bu. Kebetulan Paman saya pemiliknya. Sepulang dari sini nanti, saya mau langsung mengurusnya."

Bu Ayu tersenyum mendengar Bagas. Sesekali ia mengangguk. "Ibu setuju kamu resign. Kerja di bidang travel umroh seperti itu insya Allah berpahala, Bagas."

"Aamiin, Bu. Terima kasih."

"Ya udah. Ayo sambil dimakan kuenya."

Vidi pun kembali bergabung dengan mereka. Ia mengenakan Sari sekaligus hijabnya yang berwarna hijau muda. Begitu cantik.

"Nah, ini, anak saya satu-satunya," ucap Bu Ayu merangkul Vidi yang duduk di dekatnya.

"Ibu saya bawel nggak barusan?" canda Vidi. Prima dan Bagas tertawa kecil.

Bu Ayu melihat ke sofa ujung di mana Adhikara duduk. Awalnya ia ingin bertanya perihal Pak Adhikara. Namun, ternyata Pak Adhikara telah tertidur di sofa itu dalam keadaan duduk.

Vidi, Prima dan Bagas menggeleng-gelengkan kepala menyaksikannya. Kejadian yang sama terjadi dua kali.

"Benar, kan? Pak Adhikara itu bosan nggak ada yang ngajakin ngobrol. Ujung-ujungnya tidur," ujar Prima lalu diakhiri tawa mereka.

👫

TRAVELPRIM [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang