Mereka berempat lalu berjalan masuk pada halaman rumah Vidi. Tampak begitu luas halaman rumah tersebut. Rumahnya juga sangat besar.
Beberapa satpam mulai menghampiri, apalagi melihat Vidi yang sedang berjalan dengan orang-orang yang tampak asing. Mereka menampakkan sikap berjaga-jaga.
"Nona Vidiva. Apa Nona baik-baik saja? Siapa mereka ini?" tanya mereka penuh selidik, "kenapa Nona tidak minta dijemput saja? Mereka ini tidak berbuat jahat pada Nona, kan?"
Vidi tersenyum-senyum. Begitulah baginya menjadi anak seorang pejabat, sejak kecil selalu saja dijaga oleh banyak satpam. Keamanan begitu ketat, sampai-sampai Vidi sulit memiliki teman yang banyak.
"Pak, tenanglah. Saya baik-baik saja. Ini teman saya dari Indonesia," jawab Vidi menunjuk Prima dan Bagas. Ia juga mengenalkan Pak Adhikara pada satpamnya, "kalau ini Pak Adhikara. Dengan taxinya, dia mengantar saya pulang."
"Syukurlah Nona baik-baik saja. Silahkan segera masuk, Nona," ujar beberapa orang satpam itu. Mereka lalu menatap ketiga tamu yang tampak misterius di depan mereka, "kalian pulang saja, ya. Tidak boleh ke sini."
"Kya?" tanya Bagas. (Apa?)
"Tapi, nonamu memperbolehkan kami masuk," ujar Pak Adhikara kemudian.
Prima hanya menggaruk-garuk kepalanya. Entah apa yang orang-orang itu ributkan, pikirnya.
"Sudah, Pak, sudah. Biarkan mereka masuk. Mereka orang baik," bela Vidi. Akhirnya para satpam itu pun mengikuti perintah nona mereka.
Keempat orang tersebut kembali berjalan. Halaman rumah begitu cantik, dengan berbagai tanaman dan pohon yang dihiasi kain warna-warni.
Vidi lalu bicara, "Maaf ya, soal tadi. Mereka memang agak berlebihan kalau menerima tamu. Banyak tamu saya yang sering pulang lagi gara-gara diusir. Saya baru bisa merasa bebas kalau berada di kantor."
Pak Adhikara dan Bagas mengangguk. Begitu ketat pengamanan rumah ini. Satpamnya bahkan bertubuh besar dan kekar, hampir saja bajunya tak mampu terkancing.
Mereka pun tiba di dalam rumah. Ketiga tamu Vidi terus saja celingukan melihat betapa luasnya rumah itu.
"Assalamu'alaikum, Ibuuu. Vidi pulaaang," ucap Vidi memberi salam dengan bahasa India. Vidi lalu meminta tamunya untuk menunggu sejenak, "kalian tunggu di sini dulu, ya."
Vidi berjalan menuju salah satu pintu ruangan. Tak lama muncul dari sana seorang Ibu yang juga mengenakan hijab dengan pakaian Sari khas India.
"Wa'alaikumussalam. Ibu kira kamu terlambat, Vidi. Ayahmu baru saja pergi," ucap Ibu Vidi. Wajah khas orang Indonesia sangat tampak pada ibunya.
Vidi lalu memegang lengan ibunya dan membawanya bertemu dengan ketiga tamu, "Vidi mau kenalin Ibu sama orang Indonesia."
"Hah? Yang benar?" tanya ibunya kini dengan berbahasa Indonesia.
Mereka semua pun berkumpul di ruang pertama dari rumah besar itu. Ibu Vidi pun bisa melihat tamunya secara langsung.
👫
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAVELPRIM [TAMAT]
Novela JuvenilHighest rank 🏆 #1 novelhumor (11/1/2021) "Gue mau ajak lo pergi ke India!" ujar Prima pada sepupunya, Bagas. "Serius? Alhamdulillah, ya Allah. Nggak sia-sia gue lulus dari akademi bahasa asing, akhirnya bisa juga ke negeri nehi-nehi," ucap Bagas. P...