47 ✈ Vidi Sakit

154 12 0
                                    

Setelah sarapan, Prima dan Bagas melanjutkan berjalan kaki menuju rumah Vidi. Setibanya di sana, bukan tidak mungkin mereka harus berhadapan lebih dulu dengan satpam-satpam berbadan kekar. Keduanya dilarang masuk oleh satpam itu. "Tum log phir se? Aapako kya chaahie?" (kalian lagi? ada perlu apa?)

Bagas mulai cemberut, itu merupakan pertanyaan yang sama seperti hari sebelumnya. Dengan malas Bagas menjawab, "I'm Bagas, and he is Prima. We want to meet your Madam. Vidiva."

"Nahin. Not today."

"Kyu?" protes Bagas.

"Vah aaj beemaar hai." (Dia sedang sakit hari ini).

"Kya? Vidi sakit?" tanya Bagas.

Prima juga ikut terkejut, "Hah? Kenapa, Gas? Vidi sakit?"

Bagas mengangguk mengiyakan. Ia pun mencoba membujuk satpam agar diperbolehkan masuk. "Please, Sir. Hanya sebentar saja."

Satpam menatapnya penuh selidik. "Are you?"

"Haan. Main vaada karata hoon." (Iya. Saya janji).

Akhirnya Bagas dan Prima pun diizinkan masuk. Kali itu merupakan keberuntungan bagi mereka. Setibanya di dalam, Bu Ayu menyambut kedatangan mereka.

"Vidi sakit apa, Bu?" tanya Prima.

"Tadi pas mau berangkat ke kantor, tiba-tiba pingsan."

Prima dan Bagas tampak terkejut dengan kabar itu. Bu Ayu kemudian memperbolehkan mereka untuk bisa menjenguk Vidi. Di kamarnya, Vidi terlihat sedang duduk di tempat tidur sembari menyantap sarapan. Terlihat pula ada bungkusan obat di sampingnya. Melihat kedatangan kedua temannya, Vidi tersenyum.

"Wah, kalian datang," ucap Vidi. Meski sedang sakit, Vidi tampak ceria seperti biasanya.

"Are you okay?" tanya Bagas.

"I'm really fine," jawab Vidi sambil tersenyum, "just little headache," Vidi lalu memandang Prima, "terima kasih sudah datang ke sini."

"Sama-sama," jawab Prima, "oh, ya, Vidi. Lebih baik kamu di rumah saja hari ini, tidak usah ke kantor dulu."

Mendengar itu, Bu Ayu juga memberi pesan yang sama, "Betul, Prima. Tadi Ibu juga udah bilang gitu sama Vidi."

Vidi mengangguk pelan, padahal hari itu ada tugas yang harus ia selesaikan. Pandangannya lalu teralihkan pada sebuah berkas yang terbungkus amplop cokelat yang berada di nakas. Diambilnya berkas itu dan kembali berkata, "Tapi hari ini saya harus selesaikan ini."

"Besok kan, bisa?" tanya Bu Ayu.

"Nahin, Maan (Tidak, Ibu). Harus selesai hari ini."

"Itu apa?" tanya Prima menunjuk pada berkas itu.

"Berkas ini harus saya antar ke penerbit Delhi Books, pagi ini juga. Setelahnya ada beberapa majalah yang akan mereka berikan ke saya. Itu sebabnya saya harus ketemu mereka. Staf saya semuanya lagi di luar tempat, pekerjaan mereka juga banyak. Saya tidak mau membuat mereka lebih sibuk lagi dari itu," jelas Vidi. Sesekali ia mengusap kepalanya sebab terasa sakit.

Prima pun berinisiatif membantu Vidi, "Bagaimana kalau aku yang...."

Namun, tepat saat Prima bicara, Vidi justru bicara pada Bagas. "Kya aap mere madad kar sakate hain, Bagas?" (Apakah kamu bisa membantu saya, Bagas?)

Bagas yang mendengar tawaran itu, kemudian menerimanya. Ia berpikir nantinya ia bisa pergi bersama Prima dan Pak Adhikara untuk mengantar berkas itu. "Achchha. Insya Allah."

"Alhamdulillah. Terima kasih banyak, lho, Bagas," ujar Bu Ayu. Dengan begitu, ia merasa lega, sebab anaknya tidak perlu pergi keluar rumah.

Prima yang sedari tadi kebingungan lalu bertanya dengan Bu Ayu, "Maksudnya, Bu?"

"Iya, Bagas yang ngantarin berkas itu."

Prima diam. Jadi tadi Vidi hanya minta bantuan Bagas? batinnya. Prima berpikir saat itu dirinya menjadi tidak dianggap. Aku bisa apa? Apa Vidi tidak percaya lagi denganku gara-gara aku pernah berbohong? Tapi aku juga ingin membantunya. Apakah salah?

👫

TRAVELPRIM [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang