Prima dan Bagas kembali menuju taxi. Usai duduk di kursi masing-masing, Pak Adhikara lalu menanyakan tujuan mereka berikutnya, "Kita kemana lagi?"
Bagas yang begitu terpukul dengan kenyataan nihilnya Vidi di penerbit pertama, membuatnya tidak mendengar pertanyaan dari Pak Adhikara. Betapa dia membayangkan Prima yang bisa bertemu Vidi di tempat ini. Tentu akan sangat jadi pencapaian luar biasa baginya, bisa membantu sepupunya itu sejak awal keberangkatan hingga sekarang. Namun, ternyata tidak semudah itu.
Prima lalu memukul lengan Bagas. "Gas, melamun aja. Pak Adhikara nanya apaan tuh, gue nggak ngerti."
Bagas pun tersadar. "Eh, iya. Bapak tanya apa tadi?" tanya Bagas.
"Kita mau ke mana lagi?"
Bagas pun mengambil secarik kertas dari saku bajunya. Kertas list to do.
Datang ke penerbit koran kedua. Nama penerbitnya "Dalam Akurat". Tetap kalem, sopan santun, senyum ramah sama orang-orangnya. Oke?
Bagas tersenyum membacanya, membuat Prima terheran.
"Kenapa, Gas?" tanya Prima.
"Namanya aneh. Dalam akurat. Dalam banget kali ya cari berita," ucapnya terkekeh.
"Pak, kita ke penerbit koran Dalam Akurat, ya!" ucap Bagas bersemangat. Bukannya menjawab iya, Pak Adhikara lalu tampak ragu.
"Kenapa, Pak?" tanya Bagas.
"Iya. Kenapa, Pak?" tanya Prima. Dirinya hanya sekadar ikut bertanya.
"Itu penerbit koran terjauh di New Delhi. Kalian yakin mau ke sana?" tanya Pak Adhikara. Tentu hanya Bagas yang mampu menerjemahkan itu, sedang Prima tampak kebingungan.
"Sejauh apa, Pak?" tanya Bagas.
"Ya bisa empat jam atau lebih."
Bagas pun kegirangan. "Yes! Tidak apa-apa, Pak. Saya mau foto-foto keliling New Delhi. Kebetulan ada tukang foto nih, di sebelah saya," canda Bagas. Kalau saja Prima tahu apa yang Bagas ucapkan barusan.
"Tapi boleh kita makan dulu?" tawar Pak Adhikara.
"Iya, Pak, boleh. Saya sama Prima juga belum makan."
"Acchca," sahut Pak Adhikara tersenyum, yang dalam bahasa India artinya: iya/baiklah.
"Gimana, Gas?" tanya Prima.
"Penerbit yang ini paling jauh tempatnya, empat jam dari sini. Gimana? Mau, kan?"
"Iya, nggak apa-apa. Bismillah aja. Sekalian jalan-jalan juga, kok. Eh, gue laper nih. Makan dulu nggak?"
"Iya, Pak Adhikara juga barusan ajak makan. Kita singgah dulu. Gue pengen coba makan kari India. Pasti sedap!" jawab Bagas.
Taxi pun kembali menyusuri jalan menuju rumah makan terdekat.
👫
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAVELPRIM [TAMAT]
Ficção AdolescenteHighest rank 🏆 #1 novelhumor (11/1/2021) "Gue mau ajak lo pergi ke India!" ujar Prima pada sepupunya, Bagas. "Serius? Alhamdulillah, ya Allah. Nggak sia-sia gue lulus dari akademi bahasa asing, akhirnya bisa juga ke negeri nehi-nehi," ucap Bagas. P...