06

2.1K 246 61
                                    

Mengandung konten T(Typo). jadi hati2 dan harap dimaklumi. No edit.




~♥~~♥~




Ini hari minggu.

Itu artinya, pekerjaan Yoongi selesai lebih awal. Pukul empat sore sudah pulang. Ya, itu aturan tempat kerja Yoongi. Hari libur tetap masuk. Hanya saja ada pengurangan jam kerja. Katanya, itu cara mendapatkan pelanggan.

Sisa hari yang dilalui pria itu biasanya hanya berdiam di rumah. Sebatas bersih-bersih atau berbincang dengan adiknya.

"Kakak kenal seorang gadis"

"Lalu? Ambil saja kalau kakak suka"

Kakak beradik ini tengah duduk di ruang tamu. Menunggu ibunya selesai membuat makan malam.

Ah, mungkin perlu sedikit gambaran. Jadi, rumah Yoongi ini hanya terdiri dari ruang tamu, tiga kamar tidur, dapur yang sekaligus ruang makan, dan kamar mandi yang juga menjadi toilet.

Mari kembali pada kakak beradik tadi.

"Sayangnya, dia anak orang kaya"

"Lalu, masalahnya di mana?"

"Memang aku ini siapa? Sampai mau dekat-dekat dengan orang kaya. Orang seperti kita ini hanya akan dipandang sebelah mata"







"Yoongi! Joongi! Sudah matang!"

Terdengar suara sang ibu yang menghentikan pembahasan mereka. Joongi segera berdiri untuk ke dapur sembari berseloroh.  "Tinggal makan saja, siapa tahu nanti kaya"

Kadang, Yoongi merasa tidak ada gunanya bicara pada sang adik. Tanggapannya sering kali tidak masuk akal. Tapi, siapa lagi tempatnya bercerita selain adiknya?

Helaan napas terdengar. Yoongi justru menyandarkan kepalanya pada sofa yang diduduki. Mengusap wajahnya yang tampak gelisah. Sekarang, anak itu mulai melamun.



"Nak, jangan karena kau memikirkan ibu, kau jadi melupakan masa mudamu. Carilah pasangan. Kau juga harus menikah"

Ibunya sering berkata begitu. Saat itu Yoongi belum memikirkannya. Baginya, menghidupi ibu dan adiknya lebih penting dibanding masa muda atau urusan cinta.

Tapi, sekarang hatinya terasa terbuka. Merasa terpanggil karena gadis itu. Tapi, kenyataan dia tidak bisa diharapkan.



"Yoon! Cepat ke sini! Kita makan sama-sama!"

Tersadar, kala sang ibu kembali memanggilnya. Kemudian, beranjak dan ikut serta dalam makan malam.
















Kembali bekerja.

Mungkin ini akan menjadi senin yang melelahkan. Terlebih banyaknya masalah yang dia pikirkan.

Siang saat istirahat makan, Yoongi pergi ke toko sepatu. Beberapa hari lalu sang adik mengadu sepatunya rusak. Jadi, hari ini dia berbiat membelikan.

Memilih dan memilah, sedari tadi tidak ada harga yang murah. Mungkinkah harus keluar dengan tangan kosong?

"Ada yang lebih murah?" Yoongi bertanya.

"Coba sebelah sana" pegawai itu menunjukkan bagian lain dari toko.

Dari luar, Rae Na tidak sengaja melihatnya. Jadi, dia berniat menghampiri.




"Sepatu untuk siapa?"

Seperti biasa, Yoongi bisa mengendalikan keterkejutannya.

"Sedang apa kau di sini?"

"Aku tidak sengaja melihatmu. Jadi, aku ke sini" jawabnya dengan santai.


"Untuk apa?"

"Untuk-" Rae Na berpikir. "Untuk, u-untuk" tidak menemukan alasan. Akhirnya, mencari topik lain. "Memang apa salahnya?!" Lanjutnya sedikit memekik.

"Karena, untuk apa kau ada di tempat ini jika tidak ada yang kau cari"


Rae Na membuang napas kasar. Meluapkan kekesalannya. "Tadi, aku ingin mencari eskrim. Kekasihku menyebalkan hari ini. Jadi-"

Tidak dilanjutkan. Rae Na tiba-tiba merasa ada yang salah dengan ucapannya.

Yoongi sendiri merasa ada yang berdesir nyeri dalam hatinya. Sudah punya kekasih ternyata.

Benar, kan tidak bisa diharapkan?

"Maksudku, m-maksudku, bukan maksudku mengadu padamu"

Rae Na salah tingkah sendiri. Dia bingung kenapa rasanya ada yang salah. Jelas-jelas memang benar dia punya kekasih.

"Hmm, jam istirahatku hampir habis. Aku harus segera kembali"

Membawa hati yang nyeri, Yoongi asal menarik sepatu di depannya. Tanpa melirik lagi harganya.


Dibawa ke kasir. Dia terkejut mendengar harga yang disebutkan. Mau tidak mau dia harus tetap membayar.

Benar-benar senin yang berantakan.

Keluar dari toko, ternyata gadis kaya itu masih menunggu.

"Kenapa masih di sini?" Tanyanya dengan wajah datar. Memang selalu seperti itu, kan? Apalagi setelah mendengar kenyataan tadi.

"Bisa temani aku makan eskrim?"

"Makanlah sendiri. Aku harus kembali bekerja"

"Sebentar saja" bujuknya, penuh harap. Entahlah, kenapa Rae Na ingin sekali. Dia hanya merasa ada yang mendorong untuk dekat dengan pria ini.

"Tidak bisa, Bosku bisa marah"

Bohong. Ya, Yoongi bohong. Masih ada 15menit. Jika hanya makan eskrim sebenarnya cukup. Lagipula tempatnya bekerja hanya ada di barisan toko sepatu itu.

"Ayolah. Aku butuh teman sekarang"

"Makan sendiri saja"

Selanjutnya, Yoongi langsung pergi. Mengabaikan gadis yang sudah berkaca-kaca di sana.

Rae Na total marah, kecewa, juga kesal. Dia memilih kembali ke mobil. Seketika anak itu menangis.

"Menyebalkan! Semua menyebalkan!"

Dipukul kemudi di depannya. Tangisnya semakin histeris. Tapi, entah karena apa. Rae Na sendiri tidak mengerti. Yang jelas setiap mengingat penolakan pria tadi, dia semakin ingin menangis keras.











Bersambung~~

Maaf, ya malam.

Semoga ada feelnya dan tidak mengecewakan.

Lavyu

Ryeozka

Let Me Here To Stay / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang