29

1.5K 177 61
                                    


~♥~~♥~

Keributan itu semakin diperparah dengan kepulangan Nyonya Jang. Beliau ikut memarahi anaknya setelah tahu penyebab kemarahan sang suami pada anaknya. Namun, kesalahpahaman Tuan Jang pada sang istri karena tidak memberi tahu dari awal dianggap ikut merahasiakan hal tersebut. Jadilah keduanya berdebat hebat di ruang tengah.

Rae Na pusing. Ingin menangis lagi. Tapi, hari ini dia sudah menangis. Dia tidak mau menangis lagi. Hingga orang tuanya ada di kamar, perdebatan itu masih terdengar.

Kembali memakai tasnya, Rae Na juga meraih kontak mobilnya. Jangan katakan anak itu kabur. Dia hanya merasa harus pergi mencari hiburan.




Sepanjang perjalanan, Rae Na memikirkan semua ucapan Yoongi tadi siang. Apa yang harus dia lakukan untuk meyakinkan pria itu?

Baik. Daripada memikirkan keributan orangtuanya, Rae Na lebih tertarik melakukan sesuatu untuk pria itu.

Mampir di sebuah toko, dia membeli bebetapa bungkus makanan. Setelah itu, pergi rumah makan untuk.







Pukul tujuh malam, Rae Na tiba di halaman rumah Yoongi. Memarkirkan mobil dan segera mengetuk pintu. Ibu Yoongi yang membukanya. Ya, Yoongi pasti belum pulang.

"Selamat malam, bibi" sapa Rae Na dengan senyum ramahnya.

Nyonya Min pun membalas dengan senyum kecil. "Yoongi belum pulang"

Nyonya Min bukan tidak menyukai gadis ini sebenarnya. Beliau hanya sadar akan derajat mereka yang berbeda. Gadis ini terlalu kaya untuk putranya. Wanita itu hanya ingin menyelamatkan anaknya dari perasaan yang mungkin akan menyulitkan keduanya.

Berharap anak ini akan segera pamit. Ternyata, Nyonya Min salah. Jawabannya membuat Nyonya Min tidak bisa menolak. Karena, bagaimanapun keluarga Min masih punya sopan santun.

"Tidak masalah. Aku akan menunggu"

Mereka akhirnya masuk. Rae Na dipersilakan duduk di ruang tamu. Meletakkan dua kantung belanjaan di sampingnya.

"Oh, ya? Di mana Joongi, bibi?"

"Mandi" jawab Nyonya Min sembari meletakkan teh hangat di meja. Lalu, duduk di seberang Rae Na. "Nak, kenapa kau ke sini malam-malam? Apa orangtuamu tahu?"



Rae Na diam. Dia masih berpikir untuk jujur atau tidak. Namun, Nyonya Min sudah kembali menyela.

"Nak, bukan bibi melarang kau menemui Yoongi. Tapi, mungkin dia masih lama. Apa tidak sebaiknya kau pulang saja?"

"Tidak, bibi. Ada hal yang harus ku bicarakan dengannya"




"Oh, Kak Rae Na?" Sapa Joongi yang baru lewat dari arah kamar mandi.

"Hai, Gi"




Pukul sembilan lebih, Rae Na masih menunggu. Beberapa kali ibu Yoongi menawarkan untuk pulang. Tapi, selalu menolak.

Hingga akhirnya, pukul 9.30 Yoongi membuka pintu. "Aku pulang"

Suaranya lemah. Seperti sangat lelah dan tak bersemangat. Detik berikutnya, langsung dikejutkan dengan sosok yang tengah tersenyum menyebutnya. Lalu, kembali melihat ke luar. Entah apa yang mengganggu pikirannya sampai tidak menyadari mobil sebesar itu di halaman rumahnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Bukan menjawab, Rae Na justru menjinjing satu kantung belanjaan yang dibawanya. "Aku beli banyak makanan"

"Lalu?" Tanya Yoongi sembari mendekat pada gadis itu.

"Kita makan sama-sama" jawabnya ceria. "Cepat mandi. Ibumu sedang memanaskan makanan. Nanti kita makan bersama"

Jujur, Yoongi suka. Suka sekali melihat gadis di hadapannya ini ceria. Tapi, apa yang harus dia lakukan sekarang?

"Yoon, jangan diam saja"






Selesai menikmati makanan dari Rae Na, Nyonya Min memilih pergi ke kamar. Begitupun Joongi. Tinggallah mereka berdua yang duduk di ruang tamu.

Di mana lagi?

Tidak banyak ruang di rumah Yoongi. Jika tidak kamar, dapur, toilet, ya ruang tamu. Hanya itu.

"Sudah malam, pulanglah. Aku tidak bisa mengantar"

"Yoon, aku belum ingin pulang"

"Ada apa lagi?"

"Yoon, masalah tadi siang. Tidak bisakah-"

"Aku ingin, tentu saja. Tapi, hanya kita berdua yang ingin. Banyak yang tidak menginginkan kita bersama. Bahkan dunia pun mungkin tidak merestui kita"

Selalu, selalu kata-kata Yoongi berhasil menggali air matanya. Semudah inikah dia membuatnya menangis?

"Yoon, jangan bicara begitu. Ayo kita coba. Perjuangkan aku. Tidak bisakah kau melakukannya untuk cintamu?" Jeda sejenak. Sembari menunggu reaksi Yoongi. Namun pria itu tetap diam. "Yoon, aku sanggup. Aku tidak peduli sekalipun hanya makan sekali setiap hari. Atau bahkan tidak makan sama sekali. Asal itu denganmu, aku sanggup"

Kini air matanya berhasil mengalir. "Aku mencintaimu. Aku ingin bersamamu"

Tak tega. Akhirnya, Yoongi merengkuhnya. Mengecup puncak kepalanya. Dia merasa bodoh, merasa menjadi pecundang karena tidak berani berjuang.



"Lepaskan aku dari ikatan Taehyung"

"Kita bisa mencobanya"




Cukup tenang, membuat Yoongi kembali menawarkan sang gadis untuk pulang. Namun, saat itu hujan tiba-tiba mengguyur.


"Tidurlah"

"Emm?"

"Menginaplah. Ini sudah jam sepuluh lebih"

Entahlah, Rae Na rasanya senang. Walaupun kedengaran buruk. Seorang gadis menginap di rumah seorang lelaki. Tapi, apa boleh buat? Nyatanya, hatinya berdegup bahagia.

"Aku tidak menjamin tempat yang nyaman-"

"Tidak masalah!" Sahut Rae Na dengan tegas. "Tapi,  aku tidur di mana?"



"Kau boleh tidur di sofa ini"







Bersambung~~

Udah panjang. Berhenti dulu.

Oh ya, maaf ya kalo ceritaku semakin membosankan setiap waktunya.

Maaf juga kalo selama ini terkesan sombong atau  hal2 buruk lainnya. Maaf juga kalo tanpa sadar sering ngemis vote ato komen.

Pokoknya kalo ada salah, aku minta maaf.

Sayang my RYEOSOULEAD.

Lavyu

Ryeozka

Let Me Here To Stay / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang