20

1.7K 190 59
                                    


~♥~~♥~



Tak ada pilihan. Yoongi harus bertanggung jawab atas perbuatan adiknya. Entah itu hanya tuduhan atau fakta.

Kini keduanya sudah ada di rumah sakit tempat siswi itu diperiksa. Sebenarnya, sangat berlebihan menurut mereka. Jika itu mereka, pasti hanya akan ke klinik atau sekedar dibelikan obat di apotek.

Setelah bertanya pada resepsionis keduanya langsung menuju ruangan. Perlahan mereka masuk. Dengan sopan Yoongi memberi salam.

"Permisi"


Di sana sudah ada orang tua dari siswi tersebut. Sedangkan, siswi itu masih terbaring di ranjang menatap datar ke arah mereka.

"Saya kakak Joongi"

Sementara, Joongi hanya berdiri diam di samping sang kakak. Dalam hati dia sudah cemas kalau-kalau kakaknya akan dimaki.

"Jadi, adikmu yang telah membuat putriku seperti ini?" Sinis pria paruh baya itu sembari menunjukkan anaknya.

"Maafkan adik saya. Saya akan mengganti biaya pengobatannya"

"Ku pikir orang sepertimu tidak akan bertanggung jawab?"

Dapat Yoongi lihat, ada senyum meremehkan dari bibir pria itu. "Tapi, sepertinya kau tidak punya cukup uang untuk membayar biayanya"

Bukan Yoongi yang geram di sini. Tapi, Joongi yang sudah mengepal tangannya siap meninju pria paruh baya di hadapannya.

"Sekali lagi saya minta maaf atas nama adik saya. Sekarang saya akan membayar admistrasinya. Semoga uang saya cukup. Permisi"

Tidak banyak bicara lagi, Yoongi membawa sang adik keluar dari ruangan itu. Sudah cukup merasa puas atas hinaan itu. Dia sudah cukup biasa menghadapinya.

Sementara, sepeninggalan mereka gadis itu berucap pada ibunya, diiringi senyum yang tidak dimengerti. Namun, terpancar jelas binar di matanya.


"Ibu, dia tampan"











"Jangan lakukan lagi"

Kini kakak-adik itu sudah ada di dalam us untuk kembali. Yoongi tidak akan marah. Dia terlalu malas untuk sekedar memaki adiknya yang belum tentu jelas kesalahannya.

"Tapi, aku sungguh tidak melakukannya. Apa kakak juga tidak percaya?" Balas Joongi cukup kesal.

"Kau melakukannya atau tidak, nyatanya tidak ada yang percaya padamu"

"Termasuk kakak?"

"Ceritakan. Mungkin aku akan percaya"

"Aku sungguh tidak melakukannya. Bola itu dilempar oleh temanku. Aku melihat anak itu akan lewat. Aku menepis bola itu. Karena, jika tidak anak itu mungkin akan lebih parah dari ini. Sayangnya, tepisanku tidak sempurna. Bola itu tetap mengenai pelipisnya sebelum mengenai kaca. Akhirnya, dia jatuh. Lalu, kakinya terkilir"

"Baiklah, lupakan. Mau bagaimanapun, aku tetap membayar ganti rugi"

"Kakak? Kakak tidak akan bilang pada ibu, kan?"

Hanya dibalas deheman. Lalu, memilih memejamkan mata sekedar menormalkan emosinya.











Lama tidak melihat Jimin. Pria itu tentu masih sering mengintai hubungan Taehyung dengan Rae Na. Sering kali dia menganggap Taehyung sangat bodoh. Karena, mudah saja dibohongi oleh kekasihnya.

"Hai?"


Rae Na yang terlampau hafal dengan suara itu hanya melirik jengah pada pria yang menyapanya. Pria itu dengan santainya bersandar di rak buku tepat di sampingnya.

"Rupanya hubunganmu dengan Taehyung masih baik-baik saja?"

Dengan kasar menutup buku yang dibacanya. Lalu, menatap tajam pada pria Park itu. "Maksudmu apa, Park?"

"Ayolah, kau tadi bertemu pria itu, kan? Makan eskrim, hmm?"

"Sialan, Park! Apa maumu?!"

"Mauku tentu saja kau. Hei! Kau bisa dengan pria itu. Kenapa tidak bisa denganku?" Entahlah, ini sebuah ejekan atau godaan.

"Berhenti membicarakan ini, Park! Jangan membuat keadaan semakin buruk"

"Kau sendiri yang membuatnya"


Tidak ingin lebih lama berdebat, Rae Na memilih pergi. Lagipula, dia cukup tertohok dengan ucapan Jimin baru saja. Ya, dia yang telah menciptakan keadaan ini.

Hampir terkejut. Rae Na berpapasan dengan Taehyung yang sepertinya baru saja selesai kelas. Wajahnya selalu cerah jika bertemu dengan kekasihnya. Beda dengan Rae Na yang memasang tampang bosan.


"Dari mana?"

"Dari perpustakaan"

Tepat, Jimin dari ruangan itu. Taehyung dibuat heran. Apa mereka bertemu?

Tahu apa yang dipikirkan kekasihnya, Rae Na segera menggeleng. "Tidak. Aku tidak menemuinya"

Pria Kim itu tersenyum. Lalu, mengusak rambut kekasihnya. "Aku tidak menuduhmu"

"Menyebalkan!"

Taehyung terkekeh pelan sebelum mengajaknya pulang. "Siap pulang?"

"Aku pulang sendiri ya, Tae?"

"Kenapa kau sering menolak pulang bersama akhir-akhir ini?"

"T-tidak. Bukan begitu maksudku. Aku hanya-" Sedikit bingung mencari alasan. "Ayolaaaah! Yaa?" Dilanjut dengan rengekan yang membuat Taehyung selalu luluh.

Ya, secinta itu pria Kim ini. Tidakkah Rae Na merasa bersalah?







Bersambung~~

Yang Tanya di mana jimin. Kkkk...

Dabel ya.

Maaf kalau alurnya terlalu terbelit belit dan lama. Bisa sih di buat singkat. Tapi juga cepet end. Gimana?

Lavyu

Ryeozka

Let Me Here To Stay / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang