34

1.5K 189 141
                                    




~♥~~♥~



Seminggu lalu, ujian berlangsung. Dengan hati teriris pilu, Rae Na tetap mengikuti. Tak peduli seperti apa hasilnya nanti. Karena hatinya benar-benar tidak dalam keadaan baik.

Dua minggu lagi, wisuda diadakan. Berarti, satu minggu setelahnya pertunangan tak terelakkan. Rae Na semakin menanggung beban. Tidakkah orang di sekitarnya memberi kesempatan?

Dia rindu Yoongi-nya. Setelah kejadian tempo lalu, dia tidak bertemu dengannya sama sekali. Ingin bertemu, sangat ingin. Hingga hanya bisa menangis kala malam tiba.

"Ayah, bolehkah aku pergi sebentar saja?"

Rae Na seolah mengemis. Rasanya hampir putus asa. Matanya sembab sehabis menangis.

"Mau ke mana malam-malam begini?"

"Ayah, aku bosan di rumah terus"

"Tidak. Jika, tidak dengan Taehyung"

"Ayah, hanya sebentar. Aku ingin pergi sendiri"

"Tidak. Kau mau menemui pria itu, kan?"

"Ayah, sebentar saja"

"Tidak, Rae Na! Kembali ke kamar dan tidur"

"Ayaaahh"

Tak ada pilihan. Rae Na putar arah kembali ke kamar. Lagi, air matanya mengalir pelan. Gagal lagi menemui Yoongi-nya. Padahal, dia sangat rindu. Rindu sekali.

Mendekap lutut di atas tempat tidur. Lalu, memainkan ponselnya. Ponsel baru, hanya ada nomor Taehyung dan kedua orangtuanya. Ponsel lama sang ayah sudah menyitanya.

Selama air matanya masih menitik, Taehyung menghubungi. Dia tidak ingin menjawab. Tapi, jika itu Taehyung maka itu sebuah keharusan.

"Belum tidur?" Tanya Taehyung di seberang sana. Hanya dibalas deheman lemah dari sang gadis. "Kenapa? Sepertinya kau sangat lesu?"

"Tidak ada. Hanya lelah dan mengantuk. Aku tidur dulu, Tae"

Lalu, dimatikan sepihak. Air matanya kembali mengalir hanya karena merindukan pria lain.

Tidak jauh berbeda. Yoongi pernah bermaksud menghubungi untuk pertama kali. Namun, justru tidak bisa. Dua kali di hari berbeda tetap sama. Sejak saat itu, dia hanya bisa menyimpan rindunya sendiri. Berpikir bahwa gadis itu memang tidak untuk dia harapkan.

"Kak! Lalu, bagaimana dengan uang semesternya? Aiishh! Sudah ku bilang biaya perguruan tinggi itu mahal"

Joongi melakukan protesnya. Lagi-lagi masalah uang. Sejujurnya, anak itu hanya khawatir akan menyusahkan ibu dan kakaknya. Hanya saja caranya yang terkesan menyebalkan.

"Itu bukan urusanmu" jawab Yoongi ketus. Dia sudah cukup jengah dengan keluhan adiknya.

"Joongi, jangan membuat kakakmu marah" sahut sang ibu yang masih menikmati teh hangatnya.

"Bu, aku hanya tidak ingin menyulitkan kalian"

"Sudah, Joongi. Itu kemauan kakakmu. Kalau kau ingin membantu, kau bisa kerja paruh waktu. Lagipula, kau sudah daftar. Semua sudah terlanjur. Kakakmu sudah mengeluarkan uang banyak"

"Aku ke kamar" pamit Yoongi.

Setelah berlalunya Yoongi, sang ibu berceletuk. "Kakakmu jadi seperti itu"

"Ya, itu karena kakak itu"







..





Rae Na tidak ada kegiatan. Satu kegiatan yang tidak bisa dia tinggalkan. Merindukan Min Yoongi. Lalu, setelahnya berpikir keras bagaimana cara menemui pria itu.

Sebenarnya, ada hal yang bisa dia lakukan. Mencari pekerjaan. Tapi, baginya itu tidak penting. Pada akhirnya, semua akan diurus sang ayah. Atau mungkin Taehyung.

Sore menjelang. Sebuah kebetulan, ayah dan ibunya belum pulang. Ini kesempatan, dia harus pergi.

Memilih pergi dengan bus. Tujuannya hanya satu. Menemui Min Yoongi, ya, pria itu.






"Yoongi?"

Yoongi yang baru saja melayani pelanggan langsung terkejut mendengar suara yang tidak asing baginya. Dia berbalik. Ada pasang mata yang menatapnya nanar.

Setelahnya, Yoongi langsung membawa gadis itu ke belakang toko. Rae Na langsung berhambur ke pelukan. Menangis histeris di dekapan.

"Aku akan tunangan. Aku akan tunangan" adunya di tengah tangis. Membuat dada Yoongi berdesir sakit.

"Tapi, aku tidak mau. Aku tidak mau, Yoongi. Apa yang harus ku lakukan?"

Tidak ada jawaban. Membuat Rae Na melepas pelukannya dan menatap pria itu. "Jawab, Yoon! Jawab! Apa yang harus ku lakukan?"

"Tidak ada. Kau harus menerimanya"

Rae Na menggeleng keras. Bukan ini jawaban yang dia inginkan. "Tidak. Aku tidak mau"

"Lalu, apa?"

Diam dengan air mata yang masih mengalir. Sampai kalimat berikutnya mencengangkan Yoongi. Dadanya berdegup tidak percaya dengan suara menggebu di sela tangisnya.



"Yoon, buat aku hamil. Buat aku hamil anakmu"








Bersambung~~

Hai hai helloooo...

Baru kambek diriku. Uh entahlah, otakku rasanya kosong. Gak ada feel pasti berantakan ini.

Maaf, ya.

Lavyu

Ryeozka

Let Me Here To Stay / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang