12

1.8K 240 120
                                    




~♥~~♥~



Memang tidak ada salahnya dengan berharap. Tapi, jika berharap pada kekasih orang. Apa itu juga tidak salah?

Salahkan keadaan yang membuat Yoongi dan Rae Na semakin sering bertemu. Tak jarang mereka makan siang bersama. Bahkan, beberapa kali Rae Na mengantar Yoongi pulang hingga sampai rumah. Padahal hari sudah cukup malam kala itu.

Ya, benar. Rae Na sengaja. Beruntung, Taehyung selaku sang kekasih belum mengetahuinya. Entahlah jika pria itu tahu. Mungkin akan melakukan sesuatu yang kejam atau membabi buta.

"Jangan sering datang ke tempat kerjaku hanya untuk mengajak makan siang atau hal yang tidak penting"

"Kenapa? Kau menolakku lagi?"

Kesempatan lagi. Rae Na mengantar Yoongi. Kini keduanya tengah dalam perjalanan. Dengan Rae Na yang mengemudikan mobilnya.

"Tidak. Bukan begitu"

"Lalu?"

"Bosku tahu. Aku ditegur. Jika masih terulang, aku akan dipecat"

"Benarkah? Sejauh itu?"

"Hmm. Lagipula kau sudah punya kekasih. Jika dia tahu, pasti akan ada salah paham. Sebelum keadaan jadi buruk. Kita hentikan lebih dulu"

Tidak bisa. Rae Na tidak bisa. Sungguh, hatinya sudah terlalu jatuh pada pria ini. "Ta-tapi?"






"Aku tahu kau menyukaiku"


Ssssrrrtttt

Seketika mobil dihentikan mendadak. Rae Na langsung menatap cemas pria di sampingnya. Perasaannya bisa dibaca?

"Jika, benar. Maka, kau sudah menduakan kekasihmu. Kau telah berselingkuh"

Rae Na menggeleng. Hatinya mulai ketakutan. Dia menolak dituduh telah berselingkuh. Meski kenyataannya ini sudah jauh menjerumus ke sana.

"A-aku-"

Berusaha menjawab. Namun, karena gugup membuat ucapannya langsung disahut oleh Yoongi.

"Ini salah, mengertilah. Aku tidak mau menjadi pengganggu hubungan kalian. Belum lagi orang tuamu pasti akan marah. Aku juga tidak mau berharap lebih padamu"

"M-maksudmu?"

"Jalankan mobilnya atau aku turun di sini" mengalihkan pembicaraan. Yoongi fokus menatap ke depan.

Tanpa pikir panjang, Rae Na kembali menjalankan mobilnya. Tubuhnya sedikit bergetar karena perbincangan mendadak ini.

Sampai di depan rumah. Yoongi bergegas untuk turun. Namun, niatnya diurungkan kala mendengar pertanyaan si gadis Jang. Pertanyaan yang sejak tadi dipendamnya.

"Apa sedikitpun kau tidak ada perasaan padaku?"

Diam. Menatap lekat mata yang lebih dulu menatapnya.


"Tidak!"

Saat itu juga matanya berkaca-kaca. Rae Na rasanya ingin menumpahkan tangisnya. Hatinya teriris perih luar biasa.


"Jangan bohong, Yoon! Lalu, kenapa selama ini kau mau bersamaku?"



"Untuk apa aku bohong? Aku hanya berpikir selama ini kita teman"

Tidak ada jawaban. Sekuatnya Rae Na menahan isakan yang akan keluar.

"Aku turun. Hati-hati mengemudi"




Setelah Yoongi keluar. Rae Na segera menjalankan mobilnya dengan air mata yang mengalir deras. Menangisi Taehyung saja tidak sampai sekacau ini. Tapi, kenapa dengan pria itu begitu kacau?



Yoongi menghela napas panjang. Mendongakkan kepala sejenak menatap langit. Berniat mencari ketenangan sebelum masuk ke rumah.



"Kenapa tidak belajar?"

Dilihatnya sang adik masih duduk di meja makan. Tampak melamun sambil memegang gelas berisi air putih.

"Bosan!" Jawabnya sembari menatap kakaknya. Hingga Yoongi duduk di depannya.

"Ada apa?"

"Biaya administrasi untuk ujian harus segera dilunasi. Termasuk uang gedung dan uang bulanan.  Kalau tidak, aku tidak bisa ikut ujian"

"Ibu sudah tahu?"

"Aku belum bilang ibu. Aku tidak tega"

Lagi-lagi, Yoongi menghela napas. "Berapa banyak?"

"Rinciannya ada di kamarku"

"Besok aku datang ke sekolahmu"

Yoongi beranjak. Sang adik hanya bisa menatap punggung kakaknya. Punggung yang telah menjadi tumpuannya dan sang ibu beberapa tahun terakhir ini.

Kadang, Joongi tidak tega. Tapi, dia sadar belum bisa membantu apa-apa. Terlebih, niatnya untuk membantu selalu ditolak sang kakak.








Bersambung~~

Kemarin2 nunggu ya?

Atau tidak?

Maafnya, biasa kalo molor gini pasti ada masalah sama mood.

Nanti deh diusahain dobel.

Maaf, ya feelnya berantakan.

Lavyu

Ryeozka

Let Me Here To Stay / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang