43

1.5K 172 53
                                    

Masih dalam sesi melow melow meow. Siapkan lagunya. Dan dengarkan sembari menghayati ceritanya.



~♥~~♥~




Hari itu tiba.

Penikahan itu datang. Bukan sekali, dua kali Rae Na membuang air matanya sepanjang pagi ini.

Tak jarang sang perias menegur halus. Mungkin ini sudah ke sekian kalinya perias itu mengeluarkan kalimat penenangnya. Namun, itu tidak ada gunanya bagi gadis yang akan segera menyandang marga Kim ini.

Kim?

Kenapa harus Kim, bukan Min?

Mengingatnya, membuat Rae Na semakin kesal. Lebih kesalnya lagi, dia tidak bisa apa-apa. Bahkan memperjuangkan cintanya.

"Nona, berhenti menangis. Riasan di wajah nona jadi luntur"

Entah sudah berapa kali perias itu menambal pipi sang gadis yang dialiri air mata itu.

"Nona tidak perlu tegang. Nona harus tenang"

Mungkin baginya, tangisan itu adalah tangis haru. Tidak tahukah itu tangis penuh penyesalan?







Berjalan memasuki altar didampingi ibu dan ayahnya, juga beberapa pengiring di belakang. Matanya berkaca-kaca. Rasanya, Rae Na seperti menyambut jurangnya. Seolah menyambut deritanya di masa depan.

Di depan sana ada Taehyung yang tersenyum manis padanya. Tapi, itu tidak ada artinya. Hanya Yoongi yang diinginkannya. Hanya Yoongi, cukup Yoongi yang berada di sana.

Tidak dapatkah seseorang menggantikan posisi mereka.

Nyonya Jang yang cukup mengerti keadaan anaknya berusaha menggenggam jemarinya. Berusaha menguatkan dan meyakinkan.


'Yoongi'



Andai itu nyata. Andai apa yang dia lihat baru saja bukan sekedar halusinasinya. Kenyataannya, apa yang dia lihat baru saja hanya mata berkabut dan penolakan hatinya.

Rae Na, hanya seorang yang merindukan dan menginginkan cintanya.

Disambut Taehyung yang mengulurkan tangannya. Kemudian, menghadap pendeta yang akan meresmikan ikatan keduanya di hadapan Tuhan.

Hingga tiba di mana Seorang Jang Rae Na harus menjawabnya.

"Apa anda bersedia?"

Diam, Rae Na masih harus meyakinkan hatinya. Membuat Taehyung, kedua pihak orang tua, juga para hadirin menunggu dengan cemas.

Hingga percakapannya dengan pria Min kala itu terputar jelas di otaknya.


"Terima, hmm?"

"Tidak mau. Aku hanya ingin denganmu. Aku ingin menikah denganmu"

"Jika kau menikah denganku, kau mau makan apa? Kau mau jalan-jalan dengan apa? Kau beli pakaian dengan apa? Aku tidak punya apa-apa?"

"Terima pernikahan ini. Ini yang terbaik. Aku mendoakanmu"



Dengan mata terpejam. Akhirnya, Rae Na menjawab sang pendeta. "Aku bersedia"

Bersamaan dengan itu, air mata yang susah payah ditahannya mengalir begitu saja.

Rasanya ingin jatuh saat itu juga. Selesai, semua benar-benar selesai. Hubungannya dengan pria yang teramat dicintai berakhir seperti ini.

Mungkin mereka dapat bersorak bahagia mendengar apa yang keluar dari bibirnya. Tapi, bagaimana dengan pelakunya? Sadarkah satu dari sekian banyak nyawa di sana bahwa ada orang yang tidak bahagia?









Sementara, Yoongi masih sibuk dengan pekerjaannya. Meski rasa hati dan tubuhnya sakit semua. Jika tidak terdesak kebutuhan, mungkin Yoongi memilih mengurung diri di kamar. Sembari menunggu ibunya pulang dari rumah sakit yang dijemput oleh sang adik.

"Jadi, kau mau datang, tidak?" Hoseok turut prihatin. Sebegitu sialnya nasib kawannya ini.

"Aku akan datang saat pestanya dimulai"

"Jadi, tidak menyaksikan pemberkatannya?"

Yoongi menjatuhkan kardus kecil di tangannya. Lalu, bersandar pada dinding di belakangnya. Menyugar rambutnya dengan frustrasi. Menengadahkan kepalanya sejenak menahan air mata.

"Kau pikir aku sanggup melihatnya? Melihat dia mengucapkan janji di hadapan Tuhan dengan lelaki lain? Bahkan merelakan untuk kebahagiaannya saja sesakit ini"

Rasanya ikut terluka. Hoseok hanya bisa menepuk bahunya, berusaha menguatkan.

"Aku tidak ada saran, kawan. Satu hal yang bisa ku katakan. Kau juga harus bahagia"

Yoongi menunduk. Menggigit bibir bawahnya meredam isakan yang akan keluar.


Sekali lagi, Hoseok menepuk bahu bergetar itu. "Bersiaplah, jika kau mau datang. Mungkin pestanya akan segera mulai"

Lalu, meninggalkannya sendiri.








Sah menjadi istri seorang pria bermarga Kim. Tinggal menunggu pesta yang akan segera diadakan. Rae Na terduduk lesu. Sorot Matanya jauh dari kata cerah. Hanya merah dan sembab. Dengan tatapan kosong.

'Dia tidak datang'

Hanya itu yang dia gumamkan dalam hati.

"Nak, selamat. Akhirnya, kau menjadi seorang istri" Meski sang ibu tahu perasaan anaknya. Namun, dia tetap memberi selamat. Seolah semua baik-baik saja.

Ingat benar, saat meninggalkan altar Rae Na sempat melirik sekitar. Mencari sosok yang mungkin akan menjadi saksi terucapnya janji suci dari bibirnya.

Semua konyol. Tidak ada yang mempertahankan di antara mereka. Yoongi yang katanya akan menjadikan Rae Na miliknya, yang katanya ikut apa keputusan Rae Na. Nyatanya dia sendiri yang melepasnya. Mendorongnya keluar begitu saja.

Sementara, Rae Na yang dari awal keras kepala. pada akhirnya, mengalah akan keputusan orang tuanya. Menerima pria yang tidak lagi ada di hatinya. Bodohnya lagi, mampu terlepas dari jerat cintanya. Bisa-bisanya mundur karena dorongannya.

Jadi, apa arti 'biarkan aku bertahan di sini?'

Nyatanya, semua hanya omong kosong. Semua memuakkan.

"Ayo, acara hampir dimulai. Taehyung juga sudah menunggu" kembali, sang ibu berucap. Mengajak anaknya keluar dari ruang rias.








Bersambung~~

Di sambung depan ya. Masih momen yang sama.

Maaf untuk kekurangan di part kemarin. Dan maaf juga untuk kekurangan di part ini. Mungkin kurang greget ato kurang ngefeel.

Eemmm btw, kalo misal, misal nih ya misal. Aku bukuin salah satu ceritaku, Ato ebook mungkin?ada yg mau beli gak?

Lavyu

Ryeozka

Let Me Here To Stay / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang