13

1.8K 217 109
                                    

No edit. Sekali ketik. Harap maklum.


~♥~~♥~


Benar, siang ini Yoongi datang ke sekolah adiknya. Walaupun sempat mendapat ocehan dari bosnya.

"Sudah sering telat masuk setelah makan siang dan sekarang minta izin lagi?! Gaji selalu minta lebih awal. Kau tidak seperti dulu lagi. Yoongi yang dulu itu rajin dan gigih"

"Maaf, bos"

Langsung saja menemui bagian keuangan. Tidak berharap diberi keringanan. Mengingat Joongi bukan siswa berprestasi. Anak itu hanya siswa biasa pada umumnya. Tapi, setidaknya diberi sedikit kemudahan.

"Waktunya sudah mendesak. Saya harap bisa dilunasi sekarang" tutur staff dari bagian keuangan.

"Maaf. Tapi, saya belum bisa jika harus melunasi sekaligus"

"Berapa lama anda bisa melunasinya?"

"Saya pastikan sebelum ujian diadakan semua sudah lunas"

"Kita sepakati saja. Seminggu sebelum ujian sudah lunas. Bagaimana?"

"Saya usahakan"

Yoongi mulai mengurus pembayaran. Untunglah bisa dibayar dua kali.

"Oh, ya. Saya lupa. Itu belum termasuk pembayaran  untuk liburan setelah ujian. Jadi, saya harap sebagai wali dari Min Joongi anda bisa pikirkan juga"

Sedikit terkejut. Apa-apaan ini? Berapa banyak lagi uang yang harus dikeluarkan? Bahkan Yoongi sendiri tidak dapat bagian. Sedikit uangnya masih harus disisihkan untuk mendaftarkan Joongi masuk perguruan tinggi.

Terimakasih, terimakasih untuk dunia yang telah memperlakukan Yoongi sejahat ini.







Tidak langsung kembali ke tempat kerja. Yoongi berkunjung ke makam ayahnya. Ingin berbagi cerita dengan seseorang yang telah meninggalkannya.

"Ayah, rasanya sangat berat. Ibu tidak sesehat dulu lagi. Joongi membutuhkan banyak biaya. Ayah, aku takut tidak bisa membahagiakan mereka. Aku takut tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka, ayah. Apa yang harus ku lakukan? Ayah, kenapa kau meninggalkan kami dalam keadaan seperti ini?"

Rasanya sesak. Yoongi sudah berkaca-kaca. Tapi, dia tidak ingin menangis. Inilah hidupnya. Jika, dia menangis pasti ayahnya tidak percaya padanya di atas sana.

"Ayah, aku menyukai seorang gadis. Setelah sekian lama akhirnya aku merasakan perasaan seperti ini. Tapi, gadis itu dari keluarga kaya. Ibu tidak menyukainya. Ibu takut, kita hanya akan dihina. Ayah, aku harus apa?"


Selesai meluapkan isi hatinya, Yoongi segera kembali ke tempat kerja. Dalam hati berharap, semoga bosnya sedang pergi. Jadi, dia tidak kena amuk atas keterlambatannya.














Tidak ada semangat, tidak ada senang. Rae Na tampak murung. Ini karena kasus semalam. Kasus yang melibatkan hati dan otak yang saling beradu.

"Ada masalah apa, hmm?"

Taehyung itu pria baik sebenarnya. Bahkan, sangat baik. Meski ada beberapa hal yang kadang menyebalkan.

Rae Na yang tadi menunduk kini menatap sang kekasih dengan mata layunya. "Tae?"

"Ada apa?" Taehyung tersenyum tulus. Berharap gadisnya lebih tenang. Akan lebih baik mau menceritakan masalahnya.

Namun, hanya gelengan yang Taehyung dapat. Rae Na sendiri tidak tahu harus apa.

"Baiklah, mungkin kau butuh waktu. Ku tinggal tidak apa-apa? Kelasku hampir mulai"

"Pergilah"




Sepeninggalan Taehyung, datang pria bermarga Park yang sangat dihindari oleh Rae Na.

"Karena pria itu?"

"Apa maksudmu?"

"Kau begini karena pria itu, kan?" Jimin tersenyum menang, merasa tebakannya pasti benar.

"Siapa?" Rae Na masih pura-pura polos.

"Pria yang biasa kau temui. Jangan kira aku tidak tahu. Aku sering melihatmu dengannya" jelas Jimin dengan senyum tanpa rasa bersalah.

"Jangan mengada-ada, Park!"

"Apa dia menolakmu? Sudah ku bilang, jika ingin selingkuh denganku saja-"

"Aku tidak selingkuh, Park Jimin!" Teriaknya, lantang. Tidak terima dengan tuduhan itu.


Rae Na pergi meninggalkan Jimin begitu saja. Dalam hati, Jimin bergumam. "Tidak selingkuh. Tapi, hatimu telah mendua"





Rasanya Rae Na semakin tersudut. Dia meluapkan tangisnya di toilet. Tangis kemarahan juga kecewa pada dirinya sendiri.






Bersambung~~

Dabel ya.

Pendek gpp.

Huaaa pengen makan soto.

Lavyu

Ryeozka

Let Me Here To Stay / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang