[2] Dijemput Papa

13.3K 1.4K 268
                                    

Coment dulu biar afdol.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Papa, pelan-pelan iket rambut akunya," Protes Kiana saat Doyoung tidak sengaja mengikat rambut putrinya dengan keras.

Doyoung membalik tubuh Kiana menghadapnya, "Maaf ya sayang. Papa nggak sengaja," Ucap Doyoung sembari mengelus kepala Kiana dengan lembut.

Doyoung tersenyum tipis saat melihat wajah Kiana yang tampak cemberut. Wajah ini benar-benar mengingatkan Doyoung pada sosok Keira. Karena Kiana mewarisi wajah dari Keira. Sedangkan Aksa mewarisi wajah sang Papa.

"Jangan cemberut gitu dong, jelek tau," Kata Doyoung sambil mencubit gemas pipi Kiana. Tapi anak itu masih menunjukan wajah murungnya di depan Doyoung.

"Kenapa? Ada yang Kiana sembunyiin dari Papa?"

Kiana menggeleng pelan, "Kiana cuma kangen Mama," Kata Kiana pada akhirnya, "Kiana pengen di anter Mama ke sekolah Pa. Kayak temen Kiana yang lain. Tapi kapan ya Mama bisa nganter Kiana?"

Doyoung membawa Kiana ke dalam pelukannya. Ia mengelus punggung kecil itu dengan lembut, "Papa kan udah bilang, sebent---"

"Sebentar lagi? Tapi kapan Pa?" Sela Kiana dengan suara lirihnya.

Selama bersekolah di Taman Kanak-Kanak Aksa dan Kiana memang selalu diantar Doyoung. Bukannya mereka tidak suka. Mereka suka jika Doyoung mengantar mereka. Tapi si kembar hanya ingin Keira mengantar mereka seperti yang dilakukan oleh ibu-ibu diluar sana meskipun hanya sekali.

"Papa, Kia, ayo berangkat. Abang udah selesai nih pakai bajunya," Doyoung menghela nafasnya lega saat mendengar suara Aksa. Untung saja Aksa datang, jadi ia tidak perlu repot-repot menjawab pertanyaan Kiana yang Doyoung sendiri tidak tahu apa jawabannya.

"Kia, pulang sekolah kita ke rumah sakit ya? Kita ketemu Mama supaya kamu nggak kangen terus," Bujuk Doyoung, "Sekarang kita berangkat ke sekolah dulu. Oke cantik?"

Kiana mengangkat kedua sudut bibirnya, "Iya Pa. Kia mau ketemu Mama."

Doyoung mengantar kedua anaknya terlebih dahulu ke TK sebelum akhirnya ia berangkat ke kampus untuk mengajar. Sebenarnya Doyoung sudah ada niatan untuk berhenti menjadi dosen. Doyoung ingin membuka usaha restoran sendiri dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan kedua anaknya juga Keira.

Di sekolah, Aksa dan Kiana bermain dan belajar seperti anak-anak pada umumnya. Hanya saja ada beberapa anak di sekolah ini yang selalu meledek si kembar dan mengatakan kalau mereka itu tidak punya ibu.

"Eh kamu tau nggak? Aksa sama Kiana itu nggak punya Mama loh. Buktinya dia selalu diantar sama Papanya."

"Tapi bunda kubilang mereka punya Mama kok. Cuma Mamanya nggak pernah pulang ke rumah."

"Kata mamiku mereka anak pembawa sial."

Aksa mengeratkan kepalan lengannya saat ia tidak sengaja mendengar segerombolan anak membicarakannya dan Kiana di meja belakang.

Aksa berdiri lalu menghampiri gerombolan itu. Mata Aksa menatap mereka bergantian dengan tatapan mengintimidasi, "Aku sama Kiana punya Mama! Kalian nggak tau apa-apa!"

"Kalau kamu punya Mama mana buktinya? Kok Mama kamu nggak pernah datang kesini sih?" Tanya salah satu anak yang masih tidak percaya dengan ucapan Aksa.

Aksa diam. Ia tidak mau memberitahu anak-anak ini kalau sebenarnya Keira sedang sakit. Aksa tidak ingin Keira diledek oleh teman-temannya karena tidak sembuh-sembuh.

PAPA ; Kim Doyoung [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang