Bomat kalau judul ga nyambung sama isi.
.
.
.
.
.
.
."Assalamualaikum," Raina yang semula memandangi pemandangan rumah sakit lewat jendela ruangan Keira, memutar tubuhnya begitu mendengar suara seseorang.
"Eh? Kamu yang waktu itu ikut liburan ke pantai sama Pak Doyoung kan?" Tanya Raina begitu melihat Dongpyo. Raina ingat, ia pernah melihat anak ini saat di pantai waktu itu.
Dongpyo tersenyum lalu menyalimi Raina, "Iya tante. Nama saya Dongpyo. Inget kan?"
Raina mengangguk, "Kamu kesini sendirian?"
Dongpyo menggeleng, "Sama Papa. Tapi Papa masih markir mobil," Raina hanya membulatkan mulutnya. Dongpyo memang sengaja datang ke rumah Doyoung tadi. Putra sulung Doyoung itu berniat untuk menemani Mamanya di rumah sakit.
Dongpyo sangat merindukan Keira sekarang.
Tidak lama kemudian, datanglah Doyoung sambil membawa beberapa plastik di lengannya, "Raina, terimakasih sudah menjaga Keira untuk saya."
Mendengar ucapan Doyoung entah mengapa membuat Raina semakin merasa bersalah. Apalagi kini ia melihat Dongpyo tengah menggenggam lengan Keira dengan erat dan mencium pipi wanita itu, "Ma, Pyo kangen Mama..." Ujar Dongpyo dengan suara bergetar.
Melihat anaknya hampir menangis, Doyoung segera meletakan plastik yang berisi makanan itu lalu membawa Dongpyo ke dalam pelukannya, "Sabar ya Bang, Mama sebentar lagi bakal bangun. Papa yakin kalau Mama juga merindukan kamu."
Cukup!
Raina tidak bisa melihat ini lagi. Tanpa sadar, wanita itu ikut meneteskan air matanya.
"Raina, kamu menangis?" Tanya Doyoung tiba-tiba yang membuat Raina terperanjat kaget.
"Ah? S-saya nggak tau kenapa saya ikut nangis gini."
"Pa, ayo solat. Kita doain Mama," Ajak Dongpyo.
Doyoung mengangguk. Ia melihat jam yang berada di pergelangan tangannya. Sudah memasuki waktu zuhur ternyata, "Ayo Raina, kita solat sama-sama."
Dengan mudahnya Raina mengangguk begitu saja. Padahal wanita itu biasanya tidak perduli dengan yang namanya solat atau beribadah. Kalaupun ada orang yang mengingatkannya untuk solat, Raina pasti akan mencari-cari alasan. Tapi kali ini tidak.
Apa ini karena rasa bersalahnya pada Doyoung dan Keira atau memang hatinya sudah terketuk untuk menjadi muslim yang lebih baik dari sebelumnya?
Entahlah.
Doyoung yang terlebih dahulu mengambil air wudhu, setelah itu dilanjut oleh Dongpyo. Dan terakhir Raina. Tapi wanita itu sedikit kebingungan saat akan berwudhu, "Gue lupa urutannya masa?" Gumamnya pelan di dalam kamar mandi, "Yang pertama apa dulu sih?" Raina mengingat-ngingat gerakan wudhu. Tapi tetap saja, otaknya tidak mengingat apapun tentang itu.
"Tangan dulu apa muka dulu ya?"
"Eh kayaknya bukan deh."
Tuk Tuk
Raina menghela napas saat mendengar pintu kamar mandi diketuk, "Tante, ayo buruan. Kita solat berjamaah. Papa yang jadi imam."
Raina membuka pintu kamar mandi yang membuat Dongpyo kebingungan karena melihat wajah Raina yang masih kering bahkan belum terkena air. Padahal wanita itu masuk kamar mandi sudah dari sepuluh menit yang lalu, "Kok belum wudhu sih tan?" Tanya Dongpyo.
Raina berdehem. Wanita itu melirik Doyoung sekilas. Dilihatnya pria itu tengah membetulkan sajadah untuk solat berjamaah nanti, "Sebenernya, tante lupa cara wudhu..." Katanya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA ; Kim Doyoung [END✔]
FanfictionSequel dari Dosen ; Kim Doyoung "Keira masih hidup. Nggak mungkin kalau Doyoung menikah lagi Mah, meskipun itu permintaan anak-anak," -Kim Doyoung Highrank #2 in Lia (23/11/2019) #2 in KimDoyoung (23/11/2019)