[33] Kalau Papa Susah, Jangan disimpan Sendiri

8K 984 142
                                    

.
.
.
.
.

"Abang! Obatnya udah di minum belum?!" Tanya Kiana sedikit keras. Karena posisi mereka sekarang sedang di motor. Dan Aksa memakai helm. Jadi gadis itu harus berteriak untuk berbicara dengan kembarannya.

"Ngomong apa sih lu? Nggak denger!" Balas Aksa tak kalah keras.

Kiana berdecak, "Dini di tembak sama orang," Balas Kiana asal.

"Hah apaan?! Bohong ya lu?!"

Gadis itu mendengus, "Giliran ngomongin Dini kedengeran. Tau ah!"

"Lu tadi nanya apa?" Kali ini suara mereka terdengar lebih jelas. Karena sedang berhenti di lampu merah.

"Lu udah minum obat belum?" Tanya Kiana dengan nada sedikit kesal. Ya begitulah mereka. Meskipun sering beradu mulut, tapi keduanya saling perhatian. Terutama Kiana yang sangat memperhatikan kesehatan Aksa. Ia tidak mau kembarannya itu kenapa-napa.

Aksa terkekeh, "Udah. Makasih ya udah perhatiin gue."

"Hm," Balas Kiana sekenanya.

"Sebelum pulang mau nggak ke mal dulu? Kita main bentar," Tawar Aksa. Mereka berdua memang selalu pulang bersama. Berangkat sekolahnya pun juga berdua. Bahkan di sekolahan, si kembar memiliki julukan mereka sendiri yaitu twins goals. Belum lagi visual keduanya yang tak main-main makin membuat si kembar terkenal seantero sekolah.

"Nggak ah. Lu mau kena omel Papa? Kan dia selalu bilang, kalau mau kemana-mana habis pulang sekolah, pulang dulu ke rumah, ganti baju, izin, habis itu baru di bolehin main."

"Iya juga ya. Yaudah nggak jadi deh. Kita balik aja."

Kiana mengangguk. Baru saja mereka berjalan lagi setelah lampu merah berubah hijau, tapi Keira sudah menelpon keduanya, "Bang, minggir dulu, Mama nelpon gue."

Si kembar menepi ke samping jalan, "Halo Assalamualaikum Ma? Kenapa?"

"Kakak sama Abang tolong jemput dedek di SD nya ya, Mama lagi nemenin tante Yeji ke butik."

"Lah kok gitu Ma? Kalau Kahfi pulang sama aku, dia mau duduk di mana coba? Orang motor abang aja cuma muat dua orang," Protes Kiana.

"Duduk di ban," Celetuk Aksa asal.

"Tolong dong Kak. Kasian Kahfi belum ada yang jemput. Gurunya udah nelpon Mama."

"Yaudah Ma. Aku sama abang jemput. Assalamualaikum," Sambungan telpon ditutup begitu Keira membalas salam anaknya.

Dan jadilah mereka pulang ke rumah dengan berboncengan bertiga. Ya meskipun sebenarnya ini melanggar peraturan. Tapi mau bagaimana lagi? Masa Kahfi harus ditinggal di sekolah sendirian. Bisa-bisa dibawa penculik nanti.

"Adek! Lepas dulu sepatunya! Baru loncat-loncat. Nanti kita diomelin Mama!" Omel Kiana saat Kahfi berlari ke sofa dan lompat-lompat di sana begitu mereka sampai rumah.

Kahfi tidak mendengarkan Kiana. Ia masih asik melompat dengan mengemut permen, "Buset ini bocah. Nanti kalau ketusuk permen gimana?" Kiana memeluk Kahfi agar anak itu berhenti melompat.

"Kakak lepas!" Rontanya.

"Engga!"

"Lepasin!"

PAPA ; Kim Doyoung [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang