[11] Assalamualaikum, Mama!

11.5K 1.3K 247
                                    

Double Up! Baca bismillah dulu, siapa tau chapt sebelumnya cuma mimpi hahaha

.
.
.
.
.
.

Begitu tahu kalau dirinya sudah enam tahun koma, Keira benar-benar terkejut. Ia pikir ia baru mengalami kecelakaan tadi. Dan Keira dibuat semakin kaget saat dirinya sadar kalau perutnya sudah tidak besar seperti yang terakhir kali ia lihat. Keira syok, dan untung saja Doyoung segera menenangkan wanita itu dan memberitahu kalau keadaan anak kembar mereka baik-baik saja. Ia juga memberitahu nama anak kembar mereka pada Keira. Bahkan Doyoung juga menjelaskan, kalau si kembar sudah duduk di bangku sekolah dasar sekarang.

Sepanjang Doyoung menceritakan tentang anak kembarnya, Keira dibuat menangis. Wanita itu merasa bersalah dan bahagia di waktu yang bersamaan. Keira merasa bersalah karena belum bisa memberikan anak-anak mereka kasih sayang seorang ibu layaknya ibu-ibu di luar sana. Tapi ia juga merasa bahagia karena ternyata anak kembarnya tumbuh dengan baik dan sehat selama ini.

Semenjak sadarnya Keira, Doyoung juga tidak sedetikpun meninggalkan wanita itu. Ia masih setia duduk di samping Keira dan menggenggam tangan wanita itu dengan erat dan hangat. Tidak perduli meski dokter dan suster yang tengah memeriksa keadaan Keira memperhatikan mereka, "Selamat ya Pak. Perjuangan Bapak nggak sia-sia selama 6 tahun ini," Kata salah satu dokter sambil melepaskan alat tensi dari lengan Keira.

Perawat yang membantu dokterpun mengangguk menyetujui, "Bapaknya setia banget nungguin Mbak Kei sadar."

Keira yang mendengar itu hanya tersenyum. Ia jadi tahu bagaimana setianya Doyoung yang menunggunya meskipun tidak ada kepastian saat itu, "Makasih ya Mas," Kata Keira.

Doyoung mengangguk lalu mengecup punggung lengan Keira, "Sama-sama sayang."

Dokter yang melihat itu ikut tersenyum, "Sedikit lagi Mbak Keira bisa menjalani hari-harinya seperti biasa kok Pak. Kita tinggal melakukan terapi saja. Supaya Mbak Keira bisa berjalan normal dan menggerakan tubuhnya seperti dulu lagi," Kata sang dokter, "Untuk jadwal terapinya, nanti saya kasih ke Bapak."

Doyoung mengangguk, "Baik dokter. Terimakasih banyak," Ucap Doyoung sebelum dokter itu pergi meninggalkan mereka berdua. Iya berdua. Tadi Irene izin pulang karena ingin mengabari keluarganya bahwa Keira sudah sadarkan diri. Ia juga ingin membawa kedua cucunya ke rumah sakit untuk menemui Keira.

"Kangen banget sama aku ya?" Tanya Keira saat Doyoung tidak henti-hentinya melihat wajahnya.

Doyoung mengangguk, "Enam tahun Kei. Gimana nggak kangen coba?" Sungguh, melihat Keira sadar seperti ini bagaikan mimpi untuk Doyoung. Pria itu tidak menyangka bahwa penantiannya selama ini sudah berakhir. Kalau tadi Irene tidak datang dan berteriak, mungkin Doyoung tidak akan sadar kalau Keira sudah bangun dari tidur panjangnya.

"Selama itu ya Mas aku nggak ada di sisi kamu?" Kata Keira dengan suara pelan, "Maaf..."

Doyoung menggeleng cepat, "Istri Mas nggak salah. Kamu nggak salah Keira. Jangan minta maaf."

Keira menghela napasnya dalam, "Aksa sama Kiana gimana? Apa mereka bakal terima aku sebagai Mama mereka?" Keira benar-benar takut kalau Aksa dan Kiana tidak menyukai dirinya karena Keira yang tidak pernah mengurus mereka layaknya seorang ibu.

"Sayang, kamu tau? Anak-anak kita itu luar biasa. Mereka paham dan ngerti kondisi kamu. Mereka bahkan selalu ngedoain kamu supaya kamu cepat sadar Keira. Mereka menyayangi kamu. Jadi jangan takut kalau mereka nggak nerima kamu oke?"

PAPA ; Kim Doyoung [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang