[7] Hospital

8.1K 1.1K 176
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.

"Mas mencintai kamu Keira. Ayo bangun."

Doyoung mendekatkan wajahnya lalu mengecup kening Keira.

Pria itu menghabiskan waktu berjam-jam di dalam ruang rawat Keira. Bahkan saat hari mulai gelap pun Doyoung tidak berniat untuk meninggalkan Keira.

Di dalam ruang rawat Keira, tidak banyak yang Doyoung lakukan. Pria itu hanya solat dan memperbanyak mengaji. Ia juga memanjatkan doa-doa untuk kesembuhan Keira.

Saat Doyoung merasa mengantuk, pria itu menutup Al-Qur'annya lalu kembali duduk di samping Keira. Doyoung meraih lengan Keira lalu menempelkan lengan yang sedikit kurus itu ke pipinya.

Doyoung memandangi wajah Keira dengan tatapan sendu. Sampai akhirnya tatapan itu tergantikan dengan mata yang memejam rapat karena mengantuk.

Dan di saat yang bersamaan, Keira menggerakan jari-jarinya untuk yang pertama kali setelah lima tahun terakhir. Hanya gerakan kecil dan sebentar, namun jika Doyoung mengetahuinya, pria itu pasti akan menangis bahagia. Tapi sayang, kejadian langka ini tidak sempat Doyoung lihat secara langsung.

******

"Pak Doyoung."

"Pak," Raina menepuk-nepuk pundak Doyoung yang masih tertidur lelap di samping Keira.

Hampir lima menit ini Raina mencoba membangunkan Doyoung. Tapi pria itu tidak bergerak sedikitpun. Raina rasa Doyoung memang sedang lelah.

"Pak bang---"

"Uhm..." Doyoung meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal. Pria itu mengerjap beberapa kali untuk menetralkan penglihatannya, "Loh Raina?"

Raina tersenyum tipis, "Iya. Ini saya Pak."

"Jam berapa sekarang?" Tanya Doyoung sambil melihat ke sekitar. Sudah cerah, "Astagfirullah! Pasti saya kesiangan solat subuh!" Pekiknya panik lalu langsung bangun dari duduknya, "Raina, tolong jaga istri saya. Saya mau solat dulu," Tanpa menunggu jawaban Raina, Doyoung buru-buru mengambil air wudhu dan solat di pojok ruang rawat.

"Gue terakhir solat kapan ya?" Gumam Raina sembari duduk di samping Keira. Wanita itu mengingat-ngingat kapan terakhir kali dirinya beribadah kepada Allah. Tapi beberapa detik kemudian ia menggeleng dan mengalihkan pandangannya pada Keira.

Raina menghela napas dalam. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan Keira. Raina pikir istri Doyoung itu orang yang sibuk karena tidak pernah terlihat mendampingi Aksa dan Kiana. Tapi ternyata ibu dari si kembar itu tengah berjuang di antara hidup dan mati.

Tangan Raina terulur begitu saja untuk mengelus lengan Keira. Entah mengapa hatinya merasa iba dan sakit melihat keadaan Keira seperti ini meskipun ia belum pernah mengenal Keira sebelumnya.

"Raina," Raina reflek menjahukan tangannya dari Keira saat mendengar suara Doyoung, "Terimakasih sudah membangunkan saya. Ngomong-ngomong, kenapa kamu bisa ada di sini?"

"Ah? Saya semalam nanya sama tante Irene di mana istri Bapak dirawat, katanya di rumah sakit ini. Yaudah deh saya datang kesini buat menjenguk sekalian bawain Bapak makanan," Raina menyerahkan satu kotak bubur pada Doyoung, "Abisin ya Pak. Kemarin Bapak perginya buru-buru banget, saya yakin Bapak belum sempat makan."

PAPA ; Kim Doyoung [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang