[22] Hujan

7.3K 1K 193
                                    

Selamat libur gaes!
Btw, asem tiba-tiba dapet ide waktu liat hujan turun.

Awas geli sama ke cheesy-annya papa doyi

.
.
.
.
.

Pagi ini Keira merasa tidak enak badan. Tubuhnya menggigil tidak karuan. Bahkan saat ia sudah mematikan ac pun, rasanya masih terasa dingin.

Doyoung masih tertidur pulas di sebelahnya. Pria itu sepertinya kelelahan setelah seharian kemarin sibuk di restoran.

Keira tidak berniat membangunkan suaminya. Biar saja Doyoung istirahat. Kalau ia sudah tidak kuat baru Keira membangunkan pria itu.

Hacim

Keira bersin beberapa kali, membuat Doyoung terusik dari tidurnya, "Pagi Mas," Sapa Keira dengan hidung yang memerah.

"By? Kenapa? Kok pucet banget?" Doyoung langsung duduk dan menyentuh kening Keira, "Panas. Kamu demam ya?"

"Mungkin. Aku kedinginan Mas," Katanya.

"Tunggu sini Kei, Mas mau cuci muka dulu."

Beres cuci muka, Doyoung kembali menghampiri Keira yang duduk diatas kasur dengan selimut tebal yang menggulung tubuhnya.

"Kita berobat ya sayang?"

Keira menggeleng, "Nggak mau ke rumah sakit. Mas panggil dokternya aja kesini."

Doyoung mengangguk. Tidak apa-apa pikirnya, yang penting Keira mau diperiksa dokter.

Tidak berapa lama dokter yang memeriksa Keira datang. Wanita itu langsung diperiksa dan diberikan beberapa obat untuk penurun demamnya, "Obatnya banyak banget tauuu," Rengek Keira saat melihat deretan obat yang harus ia minum.

Doyoung terkekeh pelan, "Nggak apa-apa, kan cuma sementara doang."

Keira menghela nafasnya, "Mas, sini," Katanya sambil menepuk-nepuk tempat yang masih kosong di sampingnya. Rasanya wanita itu ingin memeluk Doyoung dan bergelayut manja pada laki-laki yang sudah membuatnya hamil seperti sekarang.

Begitu duduk di samping Keira, Doyoung langsung menjadi sasaran wanita itu, "Kangen..." Lirihnya.

Doyoung tertawa pelan, "Tumben peluk-peluk aku. Biasanya kamu ngidamnya ngomel-ngomel sama aku terus."

"Lagi nggak mood ngomel-ngomel. Kepala aku pusing soalnya," Katanya, "Emangnya kamu mau aku omelin terus apa Mas?"

Doyoung menggeleng, "Ya enggaklah Kei."

Pelukan mereka semakin erat. Baik Doyoung maupun Keira sama-sama menikmati moment seperti ini.

"Eh hujan," Ucap Keira begitu melihat-rintik hujan mulai turun-dari jendela kamarnya yang lumayan besar.

"Allahumma shoyyiban nafi'an," Doa Doyoung yang langsung di aamiinkan oleh Keira.

"Mas, mau main hujan," Lagi-lagi Keira merengek seperti anak kecil yang menginginkan sesuatu.

Doyoung menatap tajam wanita itu, "Engga, kamu lagi sakit Kei."

"Tapi Mas---"

PAPA ; Kim Doyoung [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang