[36] Bonus

13.1K 969 176
                                    

.
.
.
.
.

Kiana menghela napasnya berat. Gadis itu memejamkan matanya sambil memantapkan hatinya untuk membuka pintu kamar Aksa yang hampir empat bulan ini kosong karena ditinggal sang pemilik untuk selamanya.

Kiana mengedarkan pandangannya untuk melihat setiap sudut kamar ini. Bau kamar Aksa yang khas, membuat Kiana merindukan kembarannya.

Kiana duduk di pinggir ranjang milik Aksa. Tangan gadis itu mengambil foto yang terdapat Aksa, Kiana, dan Kahfi di dalamnya.

Kedua sudut bibir Kiana terangkat saat memandangi foto itu. Aksa yang tampak tertawa sambil menggendong Kahfi, dan Kiana yang cemberut di sebelahnya.

Kiana ingat foto ini diambil tahun lalu saat mereka berlibur ke Bali bersama-sama.

"Gue kangen elo banget Sa," Kiana meneteskan air matanya. Tapi dengan segera ia menghapusnya.

Semua kenangan delapan belas tahun yang mereka lalui bersama selama ini terputar jelas di otak Kiana.

Kiana sangat ingat bagaimana Aksa yang selalu melindunginya sebagai seorang Kakak. Meskipun Aksa itu dingin, tapi ia selalu memiliki caranya sendiri untuk mengungkapkan kasih sayangnya pada Kiana.

"Lo tuh nyebelin. Nyebelin banget malah," Kiana tersenyum miris, "Katanya lo mau ngajak gue ke disneyland kalau udah sehat. Tapi lo udah pergi duluan."

Kiana menghela napasnya dalam, "Nggak apa-apa deh rencana kita gagal. Yang penting lo udah nggak kesakitan lagi di sana. Gue sayang lo Aksa."

Tanpa diketahui Kiana, ada Dongpyo yang sudah berdiri di depan pintu kamar Aksa. Laki-laki itu tidak berniat masuk ke dalam. Ia ingin memberikan Kiana waktu sendiri.

"Abang kok nggak masuk aja?" Tanya Doyoung yang tiba-tiba saja muncul di belakang Dongpyo.

"Nanti aja Pa. Kayaknya Kiana lagi kangen banget sama Aksa," Hari ini Dongpyo sengaja datang ke rumah Doyoung dan Keira untuk mengajak Kiana dan Kahfi jalan bersama. Tapi sepertinya ia harus menunggu dulu.

Doyoung mengangguk paham, "Yaudah ngobrol sama Papa di ruang tengah aja yuk?"

Dongpyo tersenyum lalu menuruti kemauan Papanya.

Mereka berdua duduk di sofa dengan santainya, "Akhir-akhir ini lagi sibuk apa Bang? Kamu jarang ngabarin Papa sama Mama loh."

"Lagi nyusun skripsi. Maaf ya Pa nggak sempet ngabarin. Hp abang juga hilang dua hari yang lalu."

"Terus gimana? Udah ketemu?"

Dongpyo menggeleng, "Udah raib kali Pa."

"Mau beli yang baru? Biar Papa beliin."

"Nggak usah. Abang udah punya kerjaan sampingan sekarang. Jadi Abang bisa beli sendiri," Jelas Dongpyo, "Lagian kalau Bunda Ryu tau abang di beliin hp sama Papa, takutnya abang di omelin."

Doyoung terkekeh, "Nggak di omelin lah. Kamu kan juga anak Papa."

"ABANGG!" Dongpyo yang tengah asik berbincang dengan Doyoung, menoleh kearah sumber suara dan melihat Kiana tengah berlari kearahnya, "Kapan dateng?" Tanya Kiana.

"Dari tadi. Jalan yuk dek?"

Kiana mengangkat kedua sudut bibirnya lalu mengangguk, "Yuk. Tungguin ya. Aku ganti baju dulu," Katanya langsung berlari ke kamar untuk mengganti pakaiannya.

Doyoung ikut tersenyum melihat Kiana. Semenjak Aksa meninggal dunia, Kiana jarang sekali tersenyum seperti tadi, "Bang, tolong buat Kiana ceria kayak dulu lagi ya?" Pinta Doyoung yang dibalas anggukan Dongpyo.

PAPA ; Kim Doyoung [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang