.
.
.
.
."Ma, nggak usah nangis gitu dong, Abang bakalan baik-baik aja. Bener deh," Ujar Aksa sambil memegang tangan Keira yang duduk di sebelah ranjangnya.
Hari ini Aksa akan di operasi. Kemarin malam, putra sulung dari Doyoung itu drop. Keadaannya tiba-tiba saja memburuk. Lalu setelah di bawa ke rumah sakit, dokter bilang kalau Aksa harus segera di operasi jantung.
Keira mengusap air matanya yang sempat turun.
Bagaimana bisa ia tidak menangis dengan keadaan sekarang ini? Belum lagi melihat Aksa sudah memakai baju operasi membuat hatinya semakin nyeri.
"Pokoknya abang harus janji sama Mama. Jangan tinggalin Mama," Ucap Keira gemetar.
Aksa mengangguk, "Iya. Abang nggak akan ninggalin Mama. Janji."
"Kei," Keira merasakan ada tangan yang menyentuh pundaknya. Ternyata Doyoung, "Bismillah. Sebentar lagi Aksa bakal di bawa ke ruang operasi. Ayo kita keluar."
Keira melirik Aksa sebentar. Laki-laki itu tersenyum manis kearah Keira, "Sana Mama keluar. Temenin Kiana sama adek. Abang nggak apa-apa. Yang penting Mama terus doain abang."
Ibu 3 orang anak itu menghela napasnya dalam. Ia mengecup kening Aksa sekilas, "Doa Mama bakal menyertai Abang terus."
Setelah berbicara sebentar, tidak lama kemudian para perawat datang untuk membawa Aksa ke ruang operasi sesuai jadwal. Doyoung dan keluarganya hanya bisa menunggu sambil berdoa selama proses operasi berlangsung.
Hati Keira benar-benar tidak tenang. Mungkin karena ini pertama kalinya Aksa di operasi. Jadi ia sangat takut jika operasinya gagal.
"Kei, Mas mau ke mushola dulu ya. Mau solat duha. Kamu mau ikut atau engga?"
Keira menggeleng, "Aku lagi haid. Mas ajak adek sama kakak aja gih. Aku tunggu sini."
Doyoung mengangguk. Ia mengajak kedua anaknya ke musola dan melaksanakan solat duha, sekaligus mendoakan keberhasilan operasi Aksa.
30 menit berlalu. Keira menunggu operasinya selesai dengan hati yang gelisah.
Nafasnya seolah-olah tercekat di setiap detiknya.
"Ma," Kiana datang dengan sedikit berlari kearah Keira, "Mama nggak mau pulang aja? Istirahat di rumah. Biar aku sama Papa yang di rumah sakit."
Keira menggeleng, "Mama sini aja. Papa mana?"
"Lagi cari sarapan sama adek."
Keira mengangguk paham.
Tidak lama kemudian Doyoung datang sambil membawa bubur di tangan kanannya, "Kamu sarapan dulu ya Ma, Kia juga," Ujar Doyoung menyerahkan dua bungkus bubur itu pada Kiana, "Papa sama Kahfi udah sarapan di sana tadi."
Keira hanya menatap kotak bubur itu tanpa minat.
Percuma. Nafsu makannya benar-benar hilang dari semalam.
"Kei, makan dulu," Kata Doyoung lagi.
"Nggak nafsu."
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA ; Kim Doyoung [END✔]
FanficSequel dari Dosen ; Kim Doyoung "Keira masih hidup. Nggak mungkin kalau Doyoung menikah lagi Mah, meskipun itu permintaan anak-anak," -Kim Doyoung Highrank #2 in Lia (23/11/2019) #2 in KimDoyoung (23/11/2019)