[26] Istimewa

7K 1K 131
                                    

.
.
.
.
.

Setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit, akhirnya Aksa diperbolehkan pulang oleh dokter. Keadaan anak itu juga sudah membaik. Bahkan bisa dibilang Aksa pulih begitu cepat dari perkiraan dokter.

Tapi semenjak Aksa dinyatakan gagal jantung, Keira sedikit menjadi lebih pendiam. Bukan yang bagaimana-bagaimana. Keira hanya lebih banyak merenung.

"Kei, udah solat maghrib?" Tanya Doyoung begitu ia selesai mengambil wudhu.

Keira yang tengah duduk di pinggir ranjangnya menggeleng pelan, "Baru mau ambil wudhu."

Doyoung hanya mengangguk.

Selang beberapa menit keduanya selesai solat dan berdoa kepada Allah.

Begitu selesai melipat mukenanya, Keira langsung beranjak ke dapur dan membuat makan malam tanpa banyak bicara.

Doyoung yang melihat itu hanya menghela napasnya dalam. Ia tahu Keira sedang sedih. Tapi kali ini Doyoung juga tidak bisa berbuat banyak.

"Nggak usah masak Kei. Kita beli di luar aja gimana?" Tawar Doyoung sembari memeluk Keira dari belakang.

"Masak aja. Aku nggak mau anak-anak makan-makanan yang sembarangan. Kamu taukan Aksa sekarang nggak boleh makan yang macam-macam?"

"Iya, Mas tau," Katanya, "Tapi kamu taukan sedih lama-lama juga nggak bagus buat kamu sama si adek?" Doyoung mengikuti cara bicara Keira.

Keira hanya diam. Tapi beberapa detik kemudian terdengar isakan kecil yang berasal dari wanita itu.

"Kok nangis by? Kenapa? Tangannya keiris?"

"Mata aku keiris, makanya nangis," Jawab Keira asal. Doyoung yang mendengar itu terkekeh pelan.

Doyoung membalik tubuh Keira menghadapnya, "Udah dong sayang. Cukup empat hari kemarin kamu nangis. Sekarang jangan nangis lagi," Katanya, "Mas emang nyuruh kamu nangis kemarin dan nggak ngelarang kamu. Tapi Mas rasa air mata itu udah cukup. Jangan ditambah lagi."

"Aku takut," Katanya pelan. Bahkan hampir seperti bisikan kecil. Tapi Doyoung masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"Takut kenapa?"

"Takut kehilangan anak kita untuk yang kedua kalinya Mas."

:(

Keira terisak, "Aku nggak mau itu terjadi lagi. Aku nggak mau kehilangan orang-orang yang aku sayangi untuk kesekian kalinya."

Doyoung memeluk Keira erat. Mengusap punggung wanita itu dengan lembut seolah-olah Keira itu benda yang mudah hancur, "Jangan takut. Ada Allah sama kita Kei."

"Liat muka Mas coba," Pinta Doyoung pada sang istri.

Keira menggeleng pelan. Menolak apa yang dipinta Doyoung.

"Kalau gitu Mas aja yang jongkok biar bisa liat muka istri Mas," Baru saja Doyoung akan berjongkok, tapi tidak jadi karena Keira menahan tangan pria itu.

Doyoung tersenyum tipis saat Keira mau melihat wajahnya.

Ah, pria itu tidak tega melihat wajah sembab Keira seperti sekarang, "Tau nggak Kei---"

PAPA ; Kim Doyoung [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang