[10] Kejujuran

8.8K 1.3K 372
                                    

Baca bismillah dulu. Habis itu tekan bintang.
.
.
.
.
.
.
.
.

"K-kamu mau minum apa Rain?" Tanya Doyoung pada Raina yang kini duduk di depannya.

Ya. Kedua orang itu memutuskan untuk bertemu di restoran baru Doyoung setelah Raina menelpon Doyoung.

Raina menggeleng pelan, "Nggak usah Pak."

Doyoung menghela napas. Ia kemudian meminta pelayannya membawakan Raina minuman yang sama dengan minuman miliknya, "Saya tidak tahu sudah berapa kali mengatakan ini padamu. Saya minta maaf Raina. Saya menyesal."

"Ya Pak. Saya udah maafin Bapak. Saya juga ngerti kenapa Bapak kayak gitu," Katanya, "Bapak rindu istri Bapak kan?"

Doyoung mengangguk, "Sangat. Saya merindukannya lebih dari apapun."

Oke. Raina semakin sadar posisi dirinya di sini.

"Pak Doyoung," Panggil Raina pelan. Bahkan lebih terdengar seperti berbisik.

"Ya?"

"Saya mau jujur tentang sesuatu sama Bapak. Tapi---" Ucapan Raina menggantung.

"Tapi setelah tau ini, saya mohon sama Bapak tolong jangan membenci saya," Raina benar-benar takut kalau Doyoung tahu siapa penyebab kecelakaan itu, Doyoung akan membenci dirinya. Raina tidak siap itu terjadi. Apalagi kalau Doyoung sampai tidak mau berteman dengannya lagi.

Doyoung mengerutkan keningnya. Ia tidak paham maksud Raina, "Kamu mau jujur tentang apa Rain?" Tanya Doyoung.

Raina menggigit bibir bawahnya ragu.

Doyoung menghela napas, "Tidak apa-apa. Jujur saja meski itu pahit. Saya janji tidak akan marah sama kamu."

"Sebenarnya penyebab kecelakaan enam tahun yang lalu ada hubungannya dengan saya," Raina melirik Doyoung. Wanita itu penasaran dengan respon yang Doyoung berikan. Tapi pria itu hanya menatapnya dengan tatapan yang teduh dan menyejukkan, "S-saya dan saudara kembar saya yang menabrak mobil Bapak waktu itu..."

Dengan suara bergetar, Raina mulai menceritakan kronologis bagaimana ia dan Jaehyun bisa menabrak Doyoung lalu kabur.

"Maaf Pak. Saya nyesel. Saya bener-bener ngerasa bersalah sama Pak Doyoung dan keluarga Bapak."

Doyoung tidak tahu harus merespon apa. Hatinya mendadak nyeri. Ia ingin marah. Tapi Doyoung berusaha menahannya. Karena Doyoung pikir ini bukan sepenuhnya kesalahan Raina.

"Saya juga minta maaf buat Aksa sama Kiana. Gara-gara saya, mereka nggak pernah ngerasain kasih sayang dari seorang ibu selama enam tahun terakhir ini."

Doyoung menghela napasnya. Pria itu menghapus air matanya yang sempat jatuh, "Saya tidak marah Raina. Saya sudah memaafkan kamu."

Raina menggeleng pelan, "Bukan cuma itu Pak. S-saya juga sebenarnya menaruh perasaan pada Bapak," Raina memberanikan diri untuk menatap Doyoung, "Saya tau ini salah. Nggak seharusnya saya punya perasaan atau suka sama Bapak. Tapi Bapak tenang aja, saya usahakan untuk menghilangkan rasa yang seharusnya nggak pernah ada ini. Karena saya sadar, posisi saya nggak ada apa-apanya dibandingkan Keira. Saya cukup tahu diri untuk tidak menganggu rumah tangga Bapak."

"Tolong jangan membenci saya karena saya yang suka sama Bapak ini. Tolong tetap jadi Pak Doyoung yang sekarang. Yang selalu care sama Raina dan selalu ada di saat Raina senang maupun susah."

"Mungkin permintaan saya ke Bapak terdengar nggak tau malu setelah apa yang terjadi. Tapi saya cuma minta, tolong tetap jadi teman saya ya Pak?"

Doyoung tersenyum tipis kearah Raina, "Terimakasih karena sudah jujur dan menyukai pria yang tidak ada apa-apanya seperti saya Raina. Saya merasa senang sekaligus bersyukur karena banyak orang yang menyayangi saya," Kata Doyoung tenang, "Saya tidak akan membenci kamu hanya karena kamu menyukai saya dan telah menabrak saya dan istri saya. Saya janji Raina, kita akan tetap menjadi teman yang baik. Dan saya akan terus mendoakan kamu supaya kamu mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dan soleh dari saya."

PAPA ; Kim Doyoung [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang