Suatu hari ketika hujan mengguyur begitu lama dan suara petir menggelegar bak orkestra yang dimainkan oleh semesta, Raja begitu nelangsa duduk terpekur di dekat jendela kamarnya. Gorden warna kelabu sengaja ia biarkan terbuka, untuk semakin membuatnya begitu lara karena air yang menuruni jendela seperti airmatanya yang tak pernah tersampaikan.
Raja ingat mama.
Raja kangen mama.
Dulu setiap kali Raja sedih, dia selalu datang ke mama. Meskipun masalah terbesarnya hanya perkara Liana, teman sekelasnya waktu smp kelas 1 berkata terang-terangan tidak suka pada Raja karena Raja cupu. Raja sedih ditolak mentah-mentah seperti itu. Lalu mama dengan tenangnya berkata,
"Nggak pa-pa, siapa tahu nanti pas Raja makin gede- Raja ketemu sama cewek yang lebih cantik dari Liana. It's okay to cry, King. Semua manusia punya perasaan. Kamu juga."
Sesederhana itu mama bisa menghibur kegalauan Raja dua minggu berturut-turut karena Liana.
Atau ketika Raja dapat nilai matematika dibawah 70 dan papa memarahinya habis-habisan, hanya mama yang mengerti. Hanya mama yang paham kalau Raja lebih suka Bahasa Indonesia ketimbang hitung-hitungan. Sepanjang hidup Raja, laki-laki itu tidak pernah melihat mama marah. Bahkan saat Raja tanpa sengaja menumpahkan detergen bubuk yang masih utuh, mama cuma bilang-
"Nggak pa-pa, kan bisa diberesin." Dengan senyum hangat khas mama.
Mama adalah satu-satunya makhluk paling baik yang pernah Raja punya.
Dan hujan yang jatuh malam itu mengingatkan Raja pada mama berkali-kali lipat lebih parah dari biasanya.
Raja kangen teh manis buatan mama.
Raja kangen diselimutin waktu kedinginan sama mama.
Atau semangkuk mie sedap kare dengan irisan sawi, tomat dan bawang merah ala mama.
Sekarang, dia hanya bisa menekuk lututnya dengan bibir bergetar. Alih-alih mama, dia memeluk dirinya sendiri dalam tangis yang tak bersuara.
Mama pergi terlalu jauh. Sangat jauh sampai Raja sama sekali tak mampu menggapainya.
Raja kangen dipeluk mama disaat sedih seperti sekarang.
Dulu mama bilang, nama Raja itu sangat berarti buat mama. Karena ketika Raja lahir, mama berharap suatu saat nanti anak mama bisa tumbuh seperti seorang raja yang mahsyur. Mampu mengayomi masyarakat dan mampu membuat keputusan-keputusan yang bijak. Mama ingin, anaknya bisa tumbuh dalam lingkungan yang baik. Mama ingin, kapan dan dimana pun- Raja selalu bahagia. Harapan mama begitu sederhana.
Tapi semesta mungkin tidak setuju dengan harapan mama.
Semakin dewasa, Raja semakin paham alasan kenapa ia dilahirkan ke dunia ini. Raja harus cepat tumbuh agar Raja bisa melindungi mama dari apapun yang bisa menyakitinya. Termasuk papa.
Dari luar, kilatan cahaya menyambar seperti lampu flash. Lalu tidak lama muncul gelegar suara menakutkan mirip di film-film horor. Kepergian mama waktu Raja baru lulus SMA karena sakit adalah kehilangan pertama Raja. Minggatnya papa 2 tahun sebelumnya tidak terhitung, sebab Raja benar-benar tidak peduli. Bahkan diam-diam bersyukur, sebab mama tidak perlu sakit hati dan menangis lagi.
Setelah perginya mama, Raja tidak tahu lagi kemana dia harus berlabuh atas semua laranya. Sebab hanya mama yang mampu memahaminya. Sebab hanya mama yang mengerti disaat Raja tidak ingin bersuara. Meski masih ada tante Mirna- yang sama baiknya dengan mama, tapi sampai kapanpun mama tidak akan pernah bisa tergantikan.
Mama adalah segalanya. Tanpa mama, Raja seperti berjalan disuatu pagi yang dingin dan berkabut. Tanpa bisa melihat dengan jelas kemana ia harus pergi- Raja tertatih. Mencari jalan baru supaya dia tidak mengecewakan mama meskipun beliau sudah tidak ada lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaleidoskop✔
Romance[SUDAH TERBIT] TRILOGI BAGIAN 2 Bagi Davina, dia dan Jovanka adalah dua hal yang berbeda. Hidupnya terlalu rumit untuk dijelaskan, seperti terjebak dalam labirin waktu yang membingungkan. Tapi bagi Raja, keduanya sama saja. Raja mencintai Davina dan...