04# Budak Yang Mulia Raja

20K 4.9K 1.4K
                                    

Di luar hujan sudah berhenti, tepat setengah 1 siang saat Raja terbangun dari tidur. Kepalanya masih keliyengan. Tak urung diam-diam dia mengumpati Jov yang meninggalkannya tanpa obat, tanpa makanan. Jov itu kejamnya bukan main. Kadang-kadang kalau moodnya sedang memburuk, perempuan itu bisa menjelma jadi Medusa dengan kearifan lokal.

Meski susah payah, laki-laki itu beranjak. Tenggorokannya kering kerontang seperti tanah yang didera kemarau panjang. Dari pagi dia belum menelan apa-apa. Mau pesan makanan lewat Go Food, tapi rasanya tidak sampai hati. Tadi hujan masih turun lebat, Raja jadi tidak tega membiarkan mas-masnya mengarungi hujan hanya untuk mengantarkan makanan untuknya.

Isi lemari esnya nyaris kosong, hanya ada satu kotak jus mangga kemasan, 5 telur dan 2 kentang. Benar-benar sesepi perasaannya. Tidak heran sih, Raja malas kalau harus masak dulu sebelum makan. Dia beli bahan makan juga hampir tidak pernah. Paling-paling kalau ada waktu senggang, tante Mirna datang hanya untuk memenuhi isi kulkasnya.

Setelah bermenit-menit termenung di depan kulkas yang terbuka, Raja menutupnya kembali dengan dengusan halus. Lalu ia beranjak menuju dispenser. Mengisi gelas kosong dengan setengah air dingin dan setengah air panas. Setenggak, dua tenggak, tepat saat bel apartemennya berbunyi. Dalam hati dia kegirangan, tante Mirna selalu datang tepat waktu. Kulkasnya harus segera diselamatkan agar tidak dingin dalam kesepian panjang. Cukup perasaannya saja yang didera sepi tanpa ujung, kulkasnya jangan.

"Sebentar!"

Dia berjalan sambil menenggak sisa airnya. Yang mana ia yakin, tante Mirna pasti akan langsung ngamuk kalau tahu dia minum sambil berjalan. Memikirkannya saja sudah membuatnya terkikik.

"Tante kok nggak bilang ka-- brrrr."

Raja langsung melongo.

"Davina?!"

Di depan pintu, Davina memejam dengan senyum lebar. Dia baru pertama kali berkunjung ke rumah Raja tapi belum apa-apa sudah kena sembur. Jadi ia berpikir, ternyata Raja tidak berbohong saat mengatakan bahwa dirinya mirip boneka Annabelle. Buktinya begitu melihatnya, laki-laki itu langsung menyemburnya dengan segelas air putih.

"Yang Mulia! Kok aku disembur!"

Raja meringis melihat Davina yang mengelap wajahnya dengan bersungut-sungut.

Laki-laki itu masih tidak menyangka. Berulang kali ia memastikan bahwa sosok perempuan yang menggendong paper bag coklat berisi sayur di depannya itu adalah Davina. Kakinya masih menyentuh tanah, rambutnya masih dikepang kanan-kiri, dan bajunya masih kuning mentereng.

"Sebentar!" Ragu-ragu Raja mendekat, lalu dengan sekonyong-konyong ia menoyor kepala Davina sampai perempuan itu nyaris kehilangan keseimbangan.

"YANG MULIA!!!"

Raja menarik napas lega, "Saya pikir kamu kuntilanak."

"MANA ADA KUNTILANAK PAKAI BAJU KUNING?!"

"Ya makanya, kali aja ada kuntilanak salah pergaulan."

Davina cemberut. Seakan-akan belum habis Raja mencercanya, kemarin boneka Annabelle, sekarang kuntilanak salah pergaulan. Dav hampir tidak mengerti cara berpikir seorang Attala Rajasa.

Laki-laki itu masih geming di depannya, dengan wajah pucat dan perban yang menempel di pelipis. Dav hampir tidak melihatnya, sebab laki-laki itu menurunkan poninya yang mulai panjang.

"YANG MULIAAAA!!!!"

Raja betulan kaget. Si kuning mentereng itu tiba-tiba berada tanpa jarak di hadapannya. Wajahnya kelihatan khawatir, Raja tahu. Tapi berada dalam jarak sedekat ini membuatnya kelimpungan. Susah payah ia menjauhkan kepala Dav dengan dua jarinya, tapi nihil. Raja curiga, jangan-jangan Davina punya kesaktian.

Kaleidoskop✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang